Analisis Empat Bakal Pasangan Calon Gubernur Jambi
7 min readJAMBIDAILY POLITIK – Bakal Pasangan Calon Gubernur Jambi mulai mengerucut pada empat pasang kandidat yaitu; Sy Fasha – Asafri Jaya Bakri, Al Haris – Abdullah Sani, Fachrori Umar – Safrial, dan Cek Endra – Ratu Munawwaroh. Bagaimana peta kekuatan masing-masing bakal pasangan calon? Berikut analisis Direktur Pusakademia:
Fasya-AJB. Keunggulan Fasha, sejak dahulu telah melakukan branding politik melalui pencitraan disemua media tentang keberhasilan pembangunan di Kota Jambi dan sebagai pemimpin milenial yang dekat dengan generasi muda, kemudian mencoba membangun citra melalui hasil survei yang memposisikan dirinya mempunyai electabilitas melebihi bacagub yang lain, bahkan lebih tinggi dari HBA yang dianggap masyarakat tokoh paling popular untuk menjadi gubernur. Hasil survei ini seharusnya membuat Fasha memilki bargaining position, menjadi magnet dan dilamar banyak parpol, sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya terlalu mahal untuk mendapatkan “perahu”.
Kelemahan Fasha adalah tidak mesra dengan para kepala daerah (bupati) yang lain, dianggap bukan putra daerah dan tersandera dugaan kasus korupsi pipanisasi di Kab. Tanjung Jabung Barat. Hal ini tentu rawan digunakan oleh lawan politik untuk menjatuhkan citra dan menguras energi untuk konsentrasi di pilgub.
Gagalnya merebut kursi DPD 1 Golkar Jambi juga semakin membuat jalan terjal mendapatkan tiket, meskipun sudah mendapatkan signal hijau bakal didukung PPP, namun masih rawan dijegal di DPP.
Untuk calon wakil, sementara ini hanya AJB yang terlihat harmonis dengan Fasha, bila jadi berpasangan tentu harapannya AJB selaku ketua dewan pertimbangan Partai Demokrat akan mengamankan perahu Demokrat yang memiliki 7 kursi. Namun mendapat kursi demokrat juga tidak mulus karena kursi ini juga diincar Fachrori dan Al Haris.
Sementara itu elektabiitas AJB juga biasa-biasa saja, meskipun membawa nama Kerinci, namun belum tentu rakyat Kerinci bisa satu suara bulat mendukung AJB.
Sebenarnya Fasha potensial mendapat dukungan Partai Gerindra karena faktor hubungan mesra didua kali pilwako serta keuntungan bagi Gerindra bila Fasha menang, karena Wawali sekarang Maulana akan menggantikannya sebagai wali kota.
Untuk dapat tiket Gerindra yang terpenting lobi ke DPP harus kencang, karena Partai Gerindra adalah partai komando, artinya pendekatan kepusat menjadi kunci mendapat tiket.
Sebelum wabah Covid-19, beredar kabar Fasha coba mendapatkan kursi PDIP, namanya sudah masuk ke DPP PDIP bersama Abdullah Sani dan Safrial. Namun perlu diingat berdasarkan sejarah, PDIP adalah partai yang selalu menjagokan kader murni.
Fasya masuk ke PDIP dengan opsi akan menggandeng kader PDIP sebagai wakil, namun karena hubungan dengan Abdullah Sani dan Safrial kurang harmonis, kecil kemunginan mendapat perahu PDIP.
Namun, tidak ada yang tidak mungkin dalam politik, melihat mesranya PDIP dan Gerindra dipusat bisa saja Fasya akan “di PDIP kan” dan wakilnya dari Gerindra, hal ini untuk kepentingan pemenangan Pemilu 2024. Untuk saat ini, Kemungkinan partai pendukung: PPP, Demokrat, Gerindra, Hanura dan PDIP
Al Haris- Abdullah Sani. Haris oleh sebagian orang dianggap dan dibranding sebagai representasi orang asli Jambi, keseriusan Haris maju bisa dilihat dari geliat pembentukan tim pemenangan disemua kabupaten/kota, Haris dicitrakan sosok yang sederhana “ndeso” dan dekat dengan rakyat kecil. Melihat hasil survey saat ini memang popularitas haris masih biasa-biasa saja, kekuatan yang perlu dioptimalkan saat ini adalah faktor kedekatannya sebagai “anak emas” HBA, Haris harusnya benar-benar memanfaatkan momen tersebut sebelum penetapan calon dan masa kampanye, karena bila sudah masuk tahapan, HBA akan tersandera dengan statusnya sebagai Ketua Dewan Pertimbangan DPD I Partai Golkar, karena arah dukungan partai ke CE, maka tidak etis bila HBA mengkampanyekan AL Haris.
Al Haris juga diuntungkan kedekatannya dengan beberapa bupati di Prov Jambi, seperti Bupati Kerinci, Muaro Jambi, Tanjabtim dan Bungo. bila kekompakan itu bisa dijaga, maka arah dukungan bupati akan cukup efektif untuk mendongkrak suara Haris.
Setelah kursi DPD I golkar direbut CE, kunci perahu Haris ada di Abdullah Sani, sebagai kader murni PDIP dan Tokoh Central Masyarakat Jawa-Jambi digadang-gadang layak mendapat dukungan PDIP. Tentunya harapannya juga akan menggerakkan mesim ormas Jawa yang notabene menempati urutan ke 2 etnis terbesar di Jambi. Namun langkah ini tidak otomatis mulus, karena Safrial dan Fasha juga mengincar 9 kursi PDIP. Mengamati gerilya Haris maka partai yang berpeluang mengusungnya adalah PKS, PKB, Berkarya dan PDIP.
CE-Ratu. Cek Endra adalah bacagub yang terlihat berambisi merebut kursi BH-1, strategi yang diterapkan lebih menggunakan saluran komunikasi personal dan social dengan menggandeng tokoh masyarakat dan tokoh agama yang ada didaerah. Kondisi masyarakat Jambi yang masih menikmati patron klien maka strategi ini sebenarnya masih sangat efektif diterapkan dalam kontestasi pilgub. CE dibranding sebagai tokoh yang sangat agamis dengan program subuh kelilingnya serta dikenal dekat dengan kalangan islam dan pesantren.
Dengan berhasil merebut kursi DPD I Golkar, CE sudah mengamankan 7 kursi dan tinggal mencari 4 kursi lagi sebagai syarat minimal mendaftar ke KPU. Untuk cawagub CE masih bongkar pasang, komunikasi sedang berjalan dengan beberapa tokoh, awalnya bersama Sukandar dengan harapan suara mayoritas Tebo dan Jawa akan bersamanya, namun gerbong Jawa Sukandar juga akan pecah bila Abdulah Sani maju.
Saat ini komunikasi coba dibangun dengn PAN, dengan 7 kursi di DPRD PAN sangat seksi untuk diajak bergabung, awalnya H. Bakri berniat maju sendiri namun sampai saat ini tidak menampakkan proges. Maka opsi yang sedang dijajaki adalah berpasangan dengen Trah Keluarga Nurdin Ibu Ratu Munawwaroh.
Ratu sendiri sudah menyatakan siap maju dan mendapat restu dari keluarga, sebagai satu-satunya perempuan dalam perhelatan ini tentu membawa keuntungan merebut hati pemilih perempuan bila mampu membangun narasi yang pas.
Berlatar belakang keluarga politik, tentu bagi generasi tua nama besar almarhum mungkin masih menjadi magnet. Tapi perlu diingat jaman sudah berubah, dulu memang keluarga besar almarhum berjasa membangun Jambi, namun sang putra mahkota juga pernah membuat cacat nama keluarga. Lawan politik bisa memanfaatkan dan menjadi sasaran empuk untuk kampanye negative.
Selain ketokohan CE dan Ratu, dukungan partai sangat berpengaruh, bila mesin Partai Golkar dan PAN kompak akan lebih mudah memenangkan pertarungan, apalagi bila kepala-kepala daerah dari golkar dan PAN bisa allout mendukung, seperti; Bupati Batang Hari, Tebo, dan Muaro Jambi.
Fachrori Umar – Safrial. Sebagian publik merasa ragu pada kepemimpinan FU karena faktor gagalnya pembangunan Jambi Tuntas saat ini, juga karena kapasitasnya belum teruji dalam menahkodai Provinsi Jambi. Namun politisi Nasdem yang biasa dipanggil Pak Puk tekenal dengan gaya kepemimpinan yang jujur dan tidak neko-neko (tidak korupsi), hal itu yang coba dibranding untuk merebut hati masyarakat dengan slogan “Jambi berkah”.
Sebagai petahana FU tentunya sangat diuntungkan dengan semua kekuatan yang dimiliki, seperti program anggaran APBD maupun pencitraan yang dibungkus dengan dana ke-humasan. Apalagi kondisi wabah Covid-19 ini anggaran bantuan social sangat melimpah, bila mampu “dimanfaatkan” dengan baik tentu akan menambah simpati masyarakat yang menerima bantuan.
Petahana yang gemar berpantun ini memilik sumber daya capital yang besar bersama keluarga besar, tentu dengan itu akan lebih memudahkan mengkoordinasikan semua dukungan. partai yang berpeluang diamankan adalah Nasdem, Hanura dan PDIP. Kekuatan FU akan bertambah apabila mampu mengamankan perahu demokrat yang memiliki 7 kursi diparlemen dan Safrial mampu merebut tiket PDIP.
Kelemahan FU adalah bila kasus dugaan korupsi “ketok palu” sang istri dimanfaatkan lawan politik untuk membuat citra negative, selain itu Safrial sendiri juga dianggap hanya punya basis suara di Tanjab Barat didaerah Merlung, Tungkal Ulu, Tebing tinggi sampai perbatasan Suban, selebihnya belum ada pergerakan massif Safrial membuat tim pemenangan di 11 kabupaten/kota lain.
Berdasarkan hasil survey terakhir, tidak ada satu pasangan calon yang memilik suara dominan, rata-rata hampir sama dan masih banyak peluang untuk membalikkan keadaan. Wabah Covid-19 juga akan mempengaruhi metode kampanye kedepan, untuk itu para kandidat perlu merumuskan strategi kampanye yang tepat dalam kodisi new normal.
Namun pertarungan sengit saat ini adalah bagaimana bisa mengamankan tiket dari partai politik, itu yang terpenting!
—————
Ditulis: Mochammd Farisi *Pengamat Politik, Pusat Kajian Demokrasi dan Kebangsaan (PUSAKADEMIA)