Kecemasan di Tengah Era Baru
7 min readJAMBIDAILY JURNAL – Belum berselang lama sejak pemerintah memutuskan kebijakannya demi menekan laju penyebaran covid-19 dengan adanya pemberlakuan physical distancing, social distancing dan juga PSBB, dan kini kita dihadapkan kembali dengan kebijakan baru yakni ‘’New Normal”.
New Normal adalah Sebuah kebijakan yang menuntut kita untuk merubah tatanan budaya yang biasa kita sebut normal, menjadi kenormalan yang baru. Dilansir dalam Detik.com, Juru Bicara Pemerintah terkait Penanganan Covid-19, Ahmad Yurianto mengatakan, “New normal adalah hidup sesuai protokol kesehatan untuk mencegah virus corona (Covid-19). Karena itu, jaga jarak hingga menggunakan masker akan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.”
Meskipun kebijakan ini mendapatkan penentangan dari sebagian pihak namun juga mendapat persetujuan dari banyak pihak. Kapan virus ini akan menghilang serta belum ditemukannya vaksin yang secara scientific yakni teruji secara ilmiah dapat mengalahkan virus ini, mau tidak mau kita harus tetap menjalankan aktivitas kita karena tidak semua kalangan dapat bertahan hidup dengan berdiam diri dirumah, tidak semua pekerja dapat menerapkan kerja dirumah atau yang biasa kita sering dengar dengan sebutan work from home. Untuk kesekian kalinya kita harus menghadapi realita dengan berjuang demi kehidupan ditengah pandemic yang melanda bumi ini.
Jika ingin menarik pandangan dari segi mana saja Pandemi ini membawa banyak sekali dampak, rasanya seperti keseluruhan bagian kehidupan manusia pasti terkena dampaknya mulai dari sektor ekonomi dimana tidak hanya PKL saja atau pedagang kecil yang harus jungkir balik memutar otak namun juga kalangan atas bahkan restoran seperti PHD pun yang disebagian daerah kini tampak memulai lagi usaha mereka seolah merintis lagi sedari awal. Mereka turun Kembali ke jalan demi menarik perhatian konsumen dan tentunya memastikan terjualnya dagangan mereka. Keadaan perekonomian yang tidak stabil ini kian membangkitkan tingkat kreatifitas masyarakat demi bertahan ditengah situasi yang sulit.
Disektor lain seperti Pendidikan, seluruh sekolah dan kampus menerapkan system pembelajaran dirumah. Sama-sama kita ketahui tahun 2020 waktu dimana para pelajar harus melaksanakan Ujian Nasional yang dalam periode ini menjadi kali terakhir dilaksanakannya ujian nasional setelah kebijakan ini disahkan oleh KEMENDIKBUD. Dimana yang kita tahu sangat dibutuhkan bimbingan yang tepat untuk para pelajar demi memantapkan pemahaman mereka pada materi serta mematangkan mental mereka. Dengan dimulainya pembelajaran via online-pun turut membuat para orang tua kalang kabut saat membantu anaknya belajar memahami materi dari sekolah. Dilansir dari laman CNNINDONESIA.com Wakil Jendral FSGI (Federasi Serikat Guru Indonesia) menyatakan metode Pembelajaran Jarak Jauh yang diberlakukan selama pandemic covid-19 berlangsung ini membawa dampak baik bagi siswa maupun guru. Baik guru dan siswa sama-sama tak bisa maksimal dalam proses pembelajaran, serta minimnya akses tekhnologi hingga keterbatasan materi pembelajaran yang kian turut meraimaikan kesulitan Pembelajaran Jarak Jauh.
Sektor lainnya seperti Kesehatan menjadi salah satu sektor yang menjadi garis terdepan dan terkena dampak yang paling berbahaya. Banyaknya tenaga medis yang gugur saat menyelamatkan para pasien Covid-19 baik disebabkan karena ketidak lengkapan APD, penggunaan APD yang tidak sesuai prosedur, seringnya terpapar virus hingga ketidak jujuran para pasien yang takut akan stigma namun malah membawa bahaya bagi petugas medis. Dilansir dari laman Tirto.id per 22 April 2020 sekurang-kurangnya ada 40 tenaga medis yang gugur saat berjuang digugus depan covid-19 dengan total Dokter yang gugur 24 orang dan perawat 16 orang.
Sektor lain yang kian menjadi pembahasan yakni kondisi psikologi seluruh warga dunia khususnya Indonesia saat ini. Dilansir dari laman FUTURELEARN, Dr Paul Linsey perwakilan dari Asosiasi Profesor dalam perawatan kesehatan mental, Universitas East Angelis membahas mengenai Rasa cemas yang muncul baik pada orang-tua, remaja, maupun anak-anak. Rasa cemas saat menghadapi keadaan saat ini, karena tidak semua orang dapat bekerja dari rumah. Banyak dari kita yang tetap harus keluar rumah untuk mencari nafkah. Rasa cemas terhadap kondisi lingkungan yang saat ini cukup berbahaya.
Rasa cemas bagi para orang tua mengenai Pendidikan dan Kesehatan anak-anak mereka. Perasaan cemas sebenarnya adalah perasaan yang normal, karena ada maupun tidak adanya pandemic ini pun kita tetap merasa cemas didalam beberapa waktu. Meskipun kecemasan menghadirkan rasa ketidak nyamanan namun itu hanya bersifat sementara dan akan terus berkurang hingga menghilang. Sisi baik dari rasa cemas yakni dapat mendesain situasi yang mangaktifkan, mendorong, dan menjadi tanda yang dapat menolong kita pada bahaya yang nyata. Rasa cemas dapat menolong kita bersikap terbaik dan memotivasi kita untuk belajar dan menghadapi keadaan. Dari rasa cemas yang muncul kita memiliki energi untuk melawan bahaya atau lari dari bahaya itu sendiri. Tanpa kecemasan kita tidak akan berjuang, dan kita sebenarnya membutuhkan itu sebagai bagian dari kehidupan kita.
Namun perlu pula diperhatikan, kita hanya membutuhkan sebagian kecil dari rasa cemas untuk menjadi bagian kita, atau biasa disebut kecemasan yang normal, kecemasan didalam batas wajar karena jika perasaan cemas terus menerus dirasakan atau membentuk rasa takut dan sedih yang ekstrem hal ini bisa menjadi tanda dari bentuk gejala depresi atau gangguan kecemasan. Efek dari gangguan kecemasan ini ialah terganggunya fungsi kehidupan anak-anak seperti bersosialisasi dan sikap mereka dalam menghadapi keadaan.
Sebagai orang dewasa sedikit ataupun banyak kita dapat mengolah perasaan ini dengan membincangkannya pada anggota keluarga lain maupun teman kita. Kita mampu untuk mengekspresikan perasaan tidak nyaman kita pada kondisi yang kita alami. Namun bagaimana dengan kondisi anak-anak dan remaja? karena perasaan cemas ini melanda setiap generasi. Pengalaman sebagai orang dewasa tentunya juga lebih banyak jika dibandingkan dengan anak-anak dan remaja yang sejatinya masih perlu bimbingan yang lebih.
Remaja dan anak-anak berisiko besar mengalami General Anxiety Disorder (GAD) hal ini bisa terjadi sebagai respons mereka terhadap kondisi pandemic Covid-19 ini. Dilansir dari laman Alodokter.com, GAD adalah sebuah kondisi dimana seseorangbisa merasa cemas atau khawatir secara berlebihan terhadap berbagai hal, mulai dari pekerjaan, kesehatan, hingga hal-hal yang sederhana, seperti berinteraksi dengan orang lain.
Anxiety yang muncul akibat gangguan kecemasan umum bisa dirasakan setiap hari dan menetap hingga lebih dari 6 bulan. Akibatnya, penderita gangguan kecemasan ini akan menjadi sulit menjalani aktivitas dan pekerjaan sehari-hari. Kondisi ini membawa mereka pada kekhawatiran yang tidak bisa terkontrol tentang aspek kehidupan, kejadian dimasa depan, dan hal-hal kecil lain.
Kekhawatiran tentang Kesehatan dan keamanan keluarga mereka, maupun hal-hal yang sedang terjadi dengan dunia. Kondisi ini biasanya ditandai dengan kesulitan tidur, gelisah, kelelahan sulit berkonsentrasi yang tidak bisa dikendalikan menguras energi secara fisik maupun mental. Resiko terhadap GAD dapat semakin memburuk jika mereka memandang hal-hal secara negative, tidak menyukai resiko, sulit menerima situasi baru, dan juga sikap orang tua terlalu over-protective terhadapn anak-anaknya.
Sebagai bagian dari Lead and Support system, kita sebagai orang tua, guru mesti menaruh perhatian yang lebih pada anak-anak. Kita mesti pandai dalam memperhatikan gerak gerik mereka, perasaan yang mereka alami, kondisi mereka dari hari ke hari. Kita juga harus mencoba untuk menenangkan mereka, memilah tontonan dan bacaan mereka yang tentunya saat ini Covid-19 selalu menjadi topik utama pembahasan. Berilah perhatian pada sikap mereka, jika kegiatan sehari-hari mereka menjadi terganggu maka jangan segan untuk memberi mereka pertolongan pertama dengan tetap berada disamping mereka untuk mendengar, menularkan kegiatan dan pola pikir yang positif. dan memberikan rasa tenang ataupun juga memberikan pertolongan yang serius sesuai dengan tingkat kesulitan yang mereka hadapi.
Rasa cemas tidak mungkin dihilangkan 100 persen dari bagian kehidupan kita. Karena mau bagaimanapun rasa cemas ini tidak sepenuhnya menggiring kita kedalam bahaya. Rasa cemas justru malah dapat menjadi pendorong dan motivasi bagi kita untuk melangkah dan siaga di dalam setiap langkah. Namun hal itu tidak akan berhasil jika kita membiarkan hal-hal negative berada disekitar dan mempengaruhi kita. Maka sangat penting bagi kita untuk selalu mengiringi segala kecemasan itu dengan pikiran dan sikap yang positif, bijaksana, dan juga ketenangan.
Ditulis Oleh
Nama: Dwi Anggita Putri
Mahasiswa UIN STS Jambi
Jurusan Sastra Inggris
*Isi Artikel menjadi tanggung jawab penuh penulis, termasuk Sumber dan referensi yang dicantumkan