23 November 2024

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

AS-China Memanas Tekan Rupiah ke Rp14.845 per Dolar AS

2 min read

Nilai tukar rupiah melemah 50 poin ke Rp14.845 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Selasa (18/8) sore.(ANTARA FOTO/Aprillio Akbar).

JAMBIDAILY EKONOMI – Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.845 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Selasa (18/8) sore. Posisi ini melemah 50 poin atau 0,34 persen dari Rp14.795 pada Jumat (14/8).

Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.907 per dolar AS atau menguat dari Rp14.917 per dolar AS pada Jumat (14/8).

Di kawasan Asia, rupiah hanya melemah bersama baht Thailand minus 0,02 persen. Sedangkan dolar Hong Kong stagnan.

Mata uang lain berhasil ke zona hijau. Yen Jepang menguat 0,4 persen, dolar Singapura 0,2 persen, ringgit Malaysia 0,18 persen, rupee India 0,17 persen, peso Filipina 0,16 persen, yuan China 0,13 persen, won Korea Selatan 0,06 persen.

Begitu juga dengan mata uang utama negara maju, semuanya kompak menguat dari dolar AS. Rubel Rusia menguat 0,74 persen, poundsterling Inggris 0,47 persen, dolar Kanada 0,4 persen, euro Eropa 0,31 persen, dolar Australia 0,3 persen, dan franc Swiss 0,18 persen.

Analis sekaligus Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah terjadi karena sentimen dari luar dan dalam negeri. Dari luar, pertama, sentimen datang dari kelanjutan hubungan dagang antara AS dengan China.

“Pasar merasa lega dengan penundaan peninjauan perdagangan AS-China minggu ini,” ungkap Ibrahim.

Kedua, pasar menanti pengumuman hasil rapat bulanan dari bank sentral AS, The Federal Reserve. Ketiga, ekonomi Jepang terkontraksi 7,8 persen pada kuartal II 2020.

Dari dalam negeri, sentimen datang dari surplus Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) sebesar US$9,2 miliar pada kuartal II 2020 dan surplus neraca perdagangan US$3,26 miliar pada Juli 2020. Menurutnya, meski kedua neraca surplus, namun ada penurunan dari ekspor dan impor yang membuat pasar menangkap pemulihan ekonomi akan sedikit terhambat.

“Sehingga harapan pasar terhindar dari resesi akan kembali sirna,” pungkasnya.

 

(uli/age)/cnnindonesia.com

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

86 + = 93