22 Mei 2025

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

Yanti Mati, di Usia 38 Tahun Diduga Mengalami Tetanus

JAMBIDAILY WISATA – Gajah bernama “Yanti” berusia 38 tahun dengan bobot 2,8 ton dan telah menghuni Taman Rimbo Jambi sejak tahun 1985, tutup usia 8 Oktober 2020 pukul 10.00 WIB dengan dugaan mengalami tetanus.

Dalam konferensi pers Jumat (9/10/2020), Balai KSDA Jambi Bersama Dinas Tanaman Pangan, Holtikultura dan Ketahanan Pangan, UPTD Taman Satwa Taman Rimbo Jambi serta drh. Wisnu Wardana (Tenaga Ahli Gajah PKBSI) membeberkan tentang kematian gajah Sumatera betina tersebut.

“Turut Berduka cita atas kematian gajah Sumatra betina bernama Yanti di dengan usianya 38 tahun pada tanggal 8 oktober 2020 pukul 10.00 WIB. Gajah Yanti ini merupakan hasil penyerahan dari Bupati Bungo dan diserahkan kepada Ibu Sri Sudewi yang merupakan istri dari Bapak Gubernur saat itu yakni Maskun Sofwan, yang langsung diberi nama Yanti. Gajah Yanti datang ke kebun binatang pada tahun 1985 di usia 3 tahun dengan kondisi luka pada kaki terkena jeratan dan ditinggal induknya sehingga mendapatkan perawatan yang intensif hingga pulih dan sehat kembali,” Terang Kepala Balai KSDA Jambi, Rahmat Shaleh, S.Hut.MSi

“Gajah Yanti termasuk gajah yang tidak rewel, selera makan bagus dan jarang sakit. 2 hari sebelum gajah Yanti mati tampak ada gejala yang tidak biasa yang dialaminya yaitu tidak mampu memasukkan makanan kedalam mulutnya, tim medis terus melakukan observasi dengan menyuapi makanannya kemudian memberikan terapi cairan (infus) serta obat-obatan, lalu tim medis melakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan dan hasilnya darah gajah Yanti rendah. Kondisinya semakin melemah dengan tidak mampu menelan makanan, kesadaran pun hilang terjadi dehidrasi diberikan cairan hingga 19 liter oleh tim medis dan tidak lama kemudian gajah Yanti menghembuskan nafas terakhirnya,” Ungkapnya kepada awak media.

Rahmad shaleh juga menerangkan sebulan yang lalu gajah Yanti pernah mengalami sakit dengan mengeluarkan buih putih dari mulutnya, tidak mau makan dan kondisinya lemas sehingga dilakukan penanganan dan kemudian membaik,” Memang riwayat gajah Yanti ini sebulan yang lalu sempat mengalami sakit dengan mengeluarkan buih putih dari mulutnya tidak mau makan dan kondisinya lemah, kami semua melakukan penanganan dengan memberikan makan pepaya, semangka, pisang, air kelapa serta terapi cairan sebanyak 10liter dan gajah sudah terlihat normal dan membaik,” Terangnya.

Terkait dengan penyebab kematian gajah Yanti, adapun dokter hewan yang telah menangani sejak tahun 2009 drh. Wisnu Wardana (tenaga ahli gajah PKBSI) menjelaskan

“Gajah Yanti ini gajah yang luar biasa penilaian fisik itu prima, sejak tahun 2009 saya mengenalnya jarang sekali sakit karena prilakunya normal dan kesejahteraan bagus. Nah sejak beberapa hari yang lalu saya memeriksanya ternyata racun yang mungkin terdapat pada kuman sehingga tiba-tiba gajah jatuh sakit. Semua sudah kita lakukan sesuai dengan S.O.P sampai habis 130 botol infus,” Jelasnya.

“Hasil pemeriksaan Nekropsi sementara bahwa gajah mengalami adanya pendarahan di otot jantung, ada penebalan vertikel di otot jantung, adanya pembengkakakn pada organ hati,” tutupnya.

Selain itu, Menurut keterangan Tim Dokter yang menangani (drh. Wisnu Wardana, drh. Zulmanudin, drh. Yuli Akmal, drh. Yuli, drh. Tarmizi, drh. Elfridayanti) dugaan sementara satwa gajah mati disebabkan tetanus. Namun untuk memastikannya maka akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut yang dikirim ke Balai Besar Veteriner Baso, Bukit Tinggi.

 

 

(Ilhamsyah)

Jambi Daily