9 Oktober 2024

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

Cakap Inklusi dan Literasi Keuangan, Jambi Maju Stabilitas Negara Terjaga

9 min read

Hendry Nursal

Oleh: Hendry Nursal

JAMBIDAILY JURNAL – ‘Asing’ menjadi jawaban utama, ketika pertanyaan yang dilontarkan penulis ke berbagai latar belakang sumber terkait Inklusi dan literasi keuangan. Padahal manfaat besar yang ditimbulkan ketika generasi muda Jambi maupun Indonesia lebih memahami, dapat mendukung stabilitas keuangan negara sehingga berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi, mendorong terciptanya lapangan pekerjaan, penurunan tingkat kemiskinan, hingga meminimalisir kesenjangan sosial.

Manfaat besar yang terkandung, pada akhirnya akan membawa kita mencapai kesejahteraan hidup tetapi sayangnya minim diketahui. Jika kita mencari-cari apa sebabnya, itu tidak akan menyelesaikan permasalahan, tidak pula memberikan kemajuan positif. Tentu sangat bijak, kita bedah dan kita uraikan dengan harapan dapat meningkatkan pemahaman Inklusi dan Literasi Keuangan terutama generasi muda penerus bangsa di provinsi Jambi.

Perlu menjadi perhatian besar, Berdasarkan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) yang dilaksanakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2019, indeks literasi keuangan Provinsi Jambi hanya sebesar 35,17%. Hal ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang penduduk Provinsi Jambi hanya 35 orang yang memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga keuangan dan produk jasa keuangan serta memiliki keterampilan akan produk jasa keuangan. Sedangkan untuk inklusi keuangan tercatat sebesar 64,73% hal tersebut menunjukkann bahwa dari 100 orang yang memiliki akses baru 65 orang yang memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan.

Dalam riset mini yang dilakukan penulis kepada 30 orang, Rentang Usia 19-35 tahun, dengan latar Mahasiswa hingga beragam profesi, sebanyak 90 persen memberikan jawaban tidak mengetahui bahkan sangat asing terdengar. Sementara selebihnya ada yang hanya mengetahui salah satu saja, ada juga yang mengetahui secara umum.

Padahal OJK tak henti-hentinya berupaya mengedukasi masyarakat dalam upaya peningkatan pemahaman juga pengaplikasian Inklusi dan Literasi Keuangan, seperti adanya Bulan Inklusi pada Oktober setiap tahunnya. Tidak hanya terbatas melalui publikasi saja, door to door pun ditempuh yang melibatkan pemerintah daerah juga stackholder terkait.

Teranyar, September 2020 OJK Jambi bersama Gubernur meluncurkan Gerakan Jambi KEJAR (Satu Rekening Satu Pelajar) serta penandatanganan komitmen bersama pembukaan serentak 1.000 rekening pelajar, dalam peringatan hari Indonesia gemar menabung di kantor pusat Bank Jambi. Dengan memupuk kebiasaan menabung sejak dini, menjadi upaya OJK agar terus menggenjot generasi muda cakap Inklusi dan literasi keuangan.

“Potensi pelajar sangat besar yang juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia, Tahun 2019 dari data pusat statistik jumlah pelajar 55,7 juta mencapai 20 persen dari total penduduk Indonesia. Itu bisa mendorong perekonomian, kami dari OJK akan terus berupaya mendorong angka penabung dari tahun ke tahunnya agar terus bertambah,” Ungkap Endang Nuryadin Kepala OJK Provinsi Jambi, dalam kata sambutannya (Kamis, 10/09/2020).

Dikutip dari laman OJK, dalam Menyambut Bulan Inklusi Keuangan 2020, OJK bersama kementerian/lembaga, regulator keuangan, dan industri jasa keuangan telah menyiapkan berbagai program sesuai Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) seperti meningkatkan jumlah penabung di masyarakat dengan meluncurkan program Satu Rekening Satu Pelajar (KEJAR).

Anggota Dewan Komisioner OJK bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Tirta Segara menjelaskan bahwa inklusi keuangan memiliki peranan penting dan strategis sehingga diharapkan dapat menjadi solusi jitu untuk mempercepat pemulihan ekonomi nasional akibat pandemi Covid-19.

“Kami meyakini, dengan tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat yang lebih baik mengenai produk dan layanan keuangan diiringi kemampuan pengelolaan keuangan yang memadai akan dapat mendorong masyarakat untuk menggunakan produk dan layanan keuangan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka dalam beraktivitas ekonomi,” kata Tirta dalam pembukaan Bulan Inklusi Keuangan 2020.

Sejalan dengan Visi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah menjadi lembaga pengawas industri jasa keuangan yang terpercaya, melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat, dan mampu mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar perekonomian nasional yang berdaya saing global serta dapat memajukan kesejahteraan umum.

Serta misi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) adalah: Mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam sektor jasa keuangan secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel; Mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil; Melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.​​

Selain program langsung, edukasi tertulis turut serta menjadi senjata ampuh, dengan diterbitkannya buku oleh OJK, pada Agustus 2016. Buku didedikasikan untuk pembelajaran dan manfaat bagi Mahasiswa guna memiliki pemahaman yang baik, berjudul “Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan pengawasan mikroprudensial” mengenai peranan strategis OJK dalam membangun industri jasa keuangan.

Seharusnya dengan perkembangan transformasi teknologi komunikasi di masa kini bukanlah penghalang atas ketidaktahuan Inklusi dan Literasi keuangan, karena semakin mudah bisa membaca langsung melalui telepon pintar, gadget dan sebagainya.

Apalagi Orang (Indonesia) Berdasarkan sebuah penelitian dari Digital GFK Asia yang dilansir ekrut.com, perempuan Indonesia setidaknya menghabiskan waktu selama 5,6 jam per hari saat mengutak-utik layar gawai mereka. Regional Director Digital GFK Asia, Karthik Ventkatakrishnan, menyampaikan bahwa perempuan Indonesia membuka sekitar 45 aplikasi atau alamat situs per hari.

Sementara itu pria Indonesia, setidaknya menghabiskan waktu selama 5,4 jam sehari dan membuka sekitar 47 aplikasi atau alamat situs. Rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu dengan gawainya selama 5,5 jam sehari dan membuka 46 aplikasi dan alamat situs.

Peneliti menemukan variasi topik dan konten yang diakses berdasarkan usia. Pengguna di kelompok usia 13-22 tahun, misalnya, lebih suka berita hiburan, hobi, lalu fashion, dan kecantikan. Sementara kelompok usia 23-32 tahun cenderung menyukai topik bisnis dan ekonomi, traveling, serta hobi.

Menariknya lagi, studi yang dilakukan oleh Research Director Deka Insight berjudul ‘Indonesia Consumer Mobile Habit and Data Management Survey’ sebagaimana dilansir detik.com Juli 2019, hanya 11 persen mengakses aplikasi perbankan, jauh lebih besar mengakses media sosial (63%), berselancar melalui peramban (61%). Selanjutnya adalah kelompok aktivitas dengan tujuan hiburan yang meliputi bermain game (55%), menonton video (49%), dan mendengarkan musik (17%).

Hasil riset diatas, minimal dapat memberikan gambaran masih dikesampingkannya informasi-informasi berbau perbankan yang notabene ialah bagian dari Inklusi dan Literasi Keuangan.

Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 76/POJK.07/2016, pengertian inklusi keuangan adalah Pemenuhan akses pada berbagai lembaga, produk, dan layanan jasa keuangan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masyarakat dalam rangka memperkuat kesejahteraan dan mengurangi penyebab inflasi.

Inklusi keuangan dapat diistilahkan terwujud jika seluruh orang dapat mengakses layanan keuangan dengan mudah. Efek yang diinginkan tentu saja meningkatnya kemampuan ekonomi dan berkurangnya kemiskinan serta kesenjangan ekonomi.

Efek positif dari inklusi keuangan tersebut bakal dirasakan banyak orang kalau layanan keuangan yang tersedia menjangkau masyarakat luas. Dengan kata lain, semakin banyak orang yang dengan mudah mengakses layanan keuangan, semakin cepat ekonomi bertumbuh.

Sedangkan pengertian Literasi keuangan adalah pengetahuan dan kecakapan untuk mengaplikasikan pemahaman tentang konsep dan risiko, keterampilan agar dapat membuat keputusan yang efektif dalam konteks finansial untuk meningkatkan kesejahteraan finansial dan menghindari resiko keuangan, baik individu maupun sosial, dan dapat berpartisipasi dalam lingkungan masyarakat.

Provinsi Jambi dalam angka tahun 2020, sebagaimana data Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa Negeri Sepucuk Jambi Sembilan Lurah terdiri dari 9 kabupaten dan 2 kota, terdapat 141 kecamatan 1.375 desa dan 187 kelurahan, Dengan jumlah Penduduk 3.624.579, untuk usia 50 tahun keatas 624.156; usia 20-49 tahun 1.724.830 dan usia 19 tahun kebawah 1.275.593.

Data tersebut menampakkan hampir 50 persen ialah usia 20-49 tahun, generasi muda dalam usia produktif baik belajar maupun bekerja, beberapa sumber mengaku perlu lebih masif lagi OJK, perlu juga perhatian khusus pemerintah provinsi Jambi melalui instansi-instansi terkait untuk menggelar edukasi yang dapat menyentuh hingga paling bawah, hingga usia sangat dini demi kesuksessan menanamkan pemahaman masyarakat terhadap Inklusi dan Literasi keuangan.

“Jujur saya tidak mengetahui apa itu inkluasi dan literasi keuangan dengan alasan saya sendiri tidak pernah membaca berita demikian. Rasanya tidak semua generasi muda Jambi bisa memahami terkait inkluasi dan literasi keuangan. Bagi yang memahami mungkin karena mereka membacanya dan sebaliknya mereka yang tidak memahami, mereka tak membaca berita tersebut bahkan mungkin bahasanya yang terdengar asing bagi mereka. Asing juga bagi saya,” Ungkap Anisa Aisyah Putri.

(Anisa Aisyah Putri/Foto: Ist)

Pengakuan polos serta merasa sangat asing dengan kata inklusi dan literasi keuangan terucap dari Anisa, gadis cantik berusia 19 tahun yang kini tercatat sebagai mahasiswi semester pertama Universitas Batanghari

“Bahasa itu masih asing bagi saya. Sebagai salah satu generasi muda Jambi untuk memahami inklusi dan literasi keuangan itu sangat penting karena hal itu dapat berpengaruh dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara global. Saya harus baca terkait ini,” Tutup Anisa, tersenyum lebar.

Disisi lain, Nofriyanti Arsela Amd.Far, penggiat di Komunitas Instravelmate Jambi merasa lebih beruntung telah mengetahui Inklusi dan Literasi keuangan.

“Lumayan tau, saya mengetahui karena pernah mengikuti suatu kegiatan bersama OJK. Saran saya mungkin Ojk atau perbankan membuat webinar atau seminar atau kampanye atau pemberitahuan dan sejenisnya tentang inklusi keuangan dan literasi keuangan,” Jelas Nofriyanti Arsela, yang juga terus aktif sebagai anggota Pramuka.

Dia tak menepis, bahwa ketidaktahuan generasi muda Jambi terhadap Inklusi dan literasi keuangan, bukanlah semata-mata hanya peran OJK saja. Tetapi dibutuhkan kepeduliaan, dibutuhkan pro aktif dari masayarakat.

“Seharusnya generasi muda khususnya anak Jambi, memahami apa itu inklusi dan literasi keuangan. Apa lagi kalau sudah tau Inklusi sebaiknya tau literasi keuangannya. Semoga generasi muda memahami hal itu untukm endukung stabilitas sistem keuangan di negera kita. Kalau tentang hukum saja kita lihat beberapa waktu ini generasi muda seperti sangat mengerti, semoga mereka juga bisa ikut memahami inklusi dan literasi keuangan,” Harap Nofriyanti Arsela

“Pelajari tentang inklusi keuangan dan literasi keuangan, kita sudah banyak memakai jasa keuangan seperti perbankan. Apa lagi kalau kita memahami literasinya, mungkin akan luar biasa hasilnya,” Tandasnya berpesan.

Mungkin itulah pekerjaan rumah (PR) tersendiri bagi OJK, dan pemangku kebijakan agar sampai hingga ke pelosok desa di provinsi Jambi.

“Terkait inklusi dan literasi keuangan sampai hari ini saya secara pribadi hanya mengetahui dalam gambaran umumnya saja, belum secara detail. Mungkin bisa diadakan kegiatan promosi atau pemberian informasi bagi pemuda melalui media sosial karena memang sebagian pemuda sudah memiliki aksesnya. Dan alangkah lebih baiknya jikalau door to door ke pemuda yang ada di pelosok desa,” Ujar Asih Verawati (Selasa, 20/10/2020).

Asih Verawati (29) ialah mantan Gadis Jambi tahun 2011 dan Harapan 2 Putri Indonesia Jambi tahun 2012 yang kini kesehariannya selain sebagai ibu rumah tangga, juga Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Sungai Baung, Kecamatan Muara Bulian, Kabupaten Batang Hari, Provinsi Jambi

“Harusnya ya generasi muda di zaman sekarang memahami secara detail tentang inklusi dan literasi keuangan, baik positif dan negatifnya. Sehingga mereka bisa memanfaatkannya dengan sebaik-baik mungkin. Semoga generasi muda Jambi bisa menerima dan memanfaatkan hal-hal yang sifatnya positif untuk kemajuan dan perkembangan serta manfaat bagi generasi muda itu sendiri,” Tandasnya.

Sementara itu, Hendri Purnama Putra, Runner Up II Bujang Jambi tahun 2011 mengaku hanya mengetahui literasi keuangan, tidak mengetahui apa yang dimaksud Inklusi keuangan.

Sudah sepantasnya, tidak lagi menunda maupun hanya memanfaatkan kemudahan teknologi komunikasi sebatas hiburan belaka. Namun mulailah mencari, membuka referensi terkait inklusi dan literasi keuangan.

Setelah paham, pada akhirnya akan diterapkan di kehidupan. Mulailah sedini mungkin, mulai dari sekarang, mulai dari diri sendiri, ada skala prioritas transaksi keuangan, ada jangka pendek dan jangka Panjang.

Mulailah memikirkan Tabungan, Investasi, Asuransi Kesehatan dan Jaminan pensiun. Membagi persentase skala prioritas tersebut terhadap kebutuhan sehari-hari, namun tidak melupakan dana darurat sehingga konsentrasi rencana keuangan tetap fokus.

Terpenting saat ini perkuat pemahaman kita, terutama kaum muda terkait Literasi dan Inklusi keuangan. Masa depan provinsi Jambi ada ditangan Generasi Muda,  karena cakap Inklusi dan Literasi Keuangan, Jambi Maju Stabilitas Negara Terjaga”

 

*Penulis adalah: Wartawan dan Pemimpin Redaksi jambidaily.com

 


Artikel Lainnya:
Milenial Cerdas ‘Usia Muda Rajin Investasi Tua Merajut Mimpi’

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

+ 14 = 18