24 November 2024

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

Perusahaan Tambang Bersiap, Batu Bara Tak Laku 20 Tahun Lagi?

2 min read

Foto: Bongkar Muat Batu bara di Terminal Tanjung Priok TO 1, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

JAMBIDAILY EKONOMI – Batu bara RI disebut tak akan laku lagi 20-30 tahun lagi. Hal ini terungkap dari pernyataan Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arfiyan Arifin.

Hal ini membuat perusahaan terus meningkatkan daya angkut batu bara dari tambangnya di Tanjung Enim, Sumatera Selatan, baik melalui sungai maupun kereta api. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan penggunaan cadangan yang ada saat ini.

“Peningkatan pengangkutan, deposit mencapai 3,3 miliar ton, kalau tidak diangkut dalam 20-30 tahun lagi tidak ada yang pakai batu bara, sehingga harus segera dimanfaatkan. Ini pentingnya harus ditingkatan pengangkutan,” tegas Arfiyan dalam konferensi pers virtual, Jumat (6/11/2020).

Kenyataan itu juga membuat perusahaan mempersiapkan diri bila tak ada lagi permintaan batu bara ke depan. Bisnis mulai ditransformasikan, bukan hanya sekedar menjadi penambang dan penjual batu bara.

Dia menjelaskan, sejumlah langkah yang dilakukan perusahaan adalah dengan melakukan pembangunan dan mengelola pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) mulut tambang. Langkah ini sudah dimulai perusahaan dengan membangun PLTU Sumsel-8 berkapasitas 2×620 megawatt.

PLTU ini merupakan bagian dari proyek 35 ribu MW dan dibangun oleh PTBA melalui PT Huadian Bukit Asam Power (PT HBAP) sebagai Independent Power Producer (IPP). PT HBAP merupakan konsorsium antara PTBA dengan China Huadian Hongkong Company Ltd.

Progres pembangunan proyek PLTU yang nantinya membutuhkan 5,4 juta ton batu bara telah mencapai sebesar 55%. Pembangkit listrik ini diharapkan bisa beroperasi penuh secara komersial pada kuartal pertama 2022.

Selanjutnya adalah rencana pengembangan gasifikasi yang akan dimulai tahun depan. Arfiyan menyebut gasifikasi ini bisa mengubah batu bara kalori rendah menjadi produk turunan mulai dari bahan baku pupuk hingga pakaian.”

Ini ke depan 30, 40, 50 tahun lagi di Tanjung Enim akan berdiri industri petrokimia, bukan batu bara, tapi bahan baku utamanya batu bara. Sumber dayanya 8 miliar ton, kalau itu, kita bisa jadi indepent dari crude oil,” jelas dia.

Rencana lainnya yang sedang disiapkan perusahaan adalah menjadi penyedia listrik dengan membangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di kawasan bekas galian tambangnya.

“Jadi itu visi, tidak cuma gali dan angkut tapi sudah transformasi beyond coal,” tandasnya.

 

 

(cnbcindonesia.com)

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

74 + = 77