Selamatkan Dunia dan Akhirat dengan Ilmu
3 min readPERTAMA sekali dan yang paling utama diucapkan adalah “hamdalah” yang saya patri dèngan adagium Arab yang sangat populer dan menyintuh hati bagi yang punya hati; menyentuh rasa bagi kita yang serasa; memggugah otak bagi kita yang mau berpikir. Adagium itu adalah: رضيت باللهربا وبالاسلام دينا وبمحمد نبيا ورسولا وبنور العلم مدرسة sebagai pembuka kata, sebelum uraian pidato singkat saya sampai kankepada hadirin yang mulia tanpamenyebut gelar, jabatan dan status sosial para Bapak dan ibuk-ibuk serta sahabat-sahabat siswa/wi Nurul ‘Ilmi yang kami banggakan.
Ada 2 kata yang tidak pernah terpisah ketika menyebutnya, tidak pernah lupa menyebut yang satu, ketika menyebut yang lain. Ringan di lidah; tapi berat mencapainya. Apakah 2 kata itu?. Kata itu tak lak lain tak bukan ialah “dunia dan akherat”. Bila kita hanya menyebut dunia seakan-akan kita tidak mati buat selamanya. Sebaliknya, bila kita hanya menyebut “akhirat” seolah kita akan.mati besok dan berdiam di mesjid saja. Makanya, Allah selalu menggandeng dua kata ini berurutan. Agaknya filosofi 2 kata ini sangat dalam, bila dikaitkan dengan makna seorang hidup, untuk apa dan hendak kemana.
Jawabnya sederhana sekali : kita hidup di dunia menuju akhirat. Bukan sebaliknya; hidup dati akhirat menuju dunia. Buktinya, tidak ada manusia yang setelah mati kembali lagi ke dunia. Yang ada adalah setelah mati dihidupkan Allah kembali tapi berada di akhirat guna mempertanggungjawabkan “ barang pinjaman” dariAllah berupa umur, harta.danlainnua sebagai fasilitas hidup di duniakemana dan untuk apa digunakan.
***
Justeru sangat pentingnya dua keihidupan ini, maka perlu sekali kita hemat, cermat, cerdas memahami dan mengamalkanya agar jangan salah atau beryentangan dengan kehendak Yang Kuasa: diperintahkan ke kanan; tp kita ke kiri. Disurih beramal shaleh, tapi kita berbuat mungkar; disuruh patuh kepada orang tua; tapi banyak juga diantara yang melawan. Coba teman2 rasakan nanti, bila tidak punya Ibu dan Bapa. Diajak patuh ke Ustadz dan Ustadzah; malah ada juga yang pura2 patuh, tapi kenyataannya ada juga yang tidak.
Begitu beratnya hidup sukses di dunia dan di akhirat nanti sebagai do’a setiap insan: ربما اتنا في الدنيا حسنة وفي الاخرةحسنة وقنا عذاب النار , maka memerlukan kiat dan strategi untuk sukses menuju dua kehidupan itu.
***
Agar sukses hidup di dunia dan akhirat memerlukan alat. Jika kita – umpamanya –ingin mendapatkan buah mangga, persiapkan gala atau “satang” atau pandai memanjat pohon mangga. Begitu juga, untuk sukses dunia dan akhirat diperlukan ‘ilmu yang sesuai dengan kebutuhannya. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW. : من اراد الدنيا فعليه بالعلم ومن اراد الاخرة فعليه بالعلم ومن اردهما فعليهما بالعلمArtinya, semuanya harus dicapai dengan ilmu. Tanpa ilmu, sesuatu yang dikerjakan itu, kalau tidak gagal; setidak-tidaknyatidak akan berhasil dengan baik. Apalagi sesuatu yang berkaitan denganakhirat: shalat umpamanya, tidak akan sempurna bahkan bisa ditolak Allah, kalau tidak sempurna syarat dan rukunnya. Syarat danrukun harus berdasarkan ilmu. Shalat harus beruduk; beruduk ada ilmunya. Bila udhuk tidak sah, maka shalatnya juga tidak sah dan seterusnya.Bilashalat tidak sah, jangan dikira pahalanya untuk Allah. Pahalanya bagi diri sendiri. Sebaliknya kalau salah, maka tanggung jawabnyadibebankan kepada si pembuat kesalahan. Apa firman Allah: من عمل عملا صالحا فلنفسه، ومن اساء فعليها/ Barang siapa yang beramal shaleh adalah pahalanya untuknya; sispa yang berbuat jahat, tanggung jawab kejahatanyadipundaknya. Makanya menuntut ilmu wajib ‘ain hukumnya: فريضة علي كل مسلم ومسلمةطلب العلمBerdasarkan paparan sebagaimana yang saya utarakan di atas, tidak salah kalau kita menginformasikan bahwa Sekolah Islam Nurul ‘Ilmi telah melaksanakan hubungan kohesif dan timbal balik antara ilmu, dunia dan akhirat, sebelum yang lain memikirkannya. Jadi, tidak salah kalau kalauSekolah Nuril ‘Ilmi berada di garda terdepandalam mengintegrasikan ilmu, amal, iman dan akhlaq.
SAVEYOUR HERE AND YOUR HERE AFTER BY KNOWLEDGE ; كن دنياكم و اخرتكم معا بالعلم
. (*) Muhammad Faza Aulia Aldrien
.