OBITURI; Idham Hamid, Pengurus PWI Yang Bersahaja Berpulang
4 min readDUKA mendalam dirasakan kawan-kawan pengurus Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Sumatera Barat dan karyawan RRI Padang, atas berpulangnya ke rahmatullah, sahabat, senior, dan kakak bagi banyak teman di Padang, Idham Hamid, Kamis, (25/3/2021) di kediaman keluarganya, sekira pukul 08.30 WIB.
Idham Hamid yang biasa dipanggil Da Am, meninggal dalam usia 68 tahun, di perumahan Taman Raya, Bekasi, Blok E2/25, RT 008, RW 021, Mangun Jaya, Tambun Selatan, Bekasi.
Demikian berita yang tersiar luas di media-media siber di Sumatera Barat seperti dapat dibaca di Minangsatu.com dengan pemimpin redaksi Heranof Firdaus, sahabat baik almarhum.
Heranof, Ketua PWI Sumbar ternyata yang menulis sendiri obituari almarhum.
Begitu pula Zulnadi, SH, Pemimpin Redaksi Semangatnews.com juga menulis berita kematian Idham Hamid, sekaligus memberikan kesaksian kebaikannya.
“Kami kehilangan kawan baik Da Am,” kata Zulnadi, Ketua Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Sumbar yang juga Sekretaris DKP PWI Sumbar, ketika dihubungi Ketua PWI Peduli Pusat M. Nasir.
Heranof Firdaus sahabat dekat almarhum menulis obituari di media yang dipimpinnya, Minangsatu.com sebagai berikut:
Kepergian almarhum mengagetkan banyak pihak, karena selama bulan Februari dan awal Maret 2021 ini, Da Am masih aktif berkomunikasi lewat grup WA, bahkan video call dengan sesama mantan (pensiunan) karyawan RRI Padang, seperti Indra Bakti Yusuf, Hakri, Daryos Darman yang sama-sama berada di Jakarta, dan merantau ke Jawa.
Tidak ada tanda-tanda sakit berat yang diderita Idham Hamid, yang diketahui sebelumnya.
“Saya sebulan sekali kontrol dan berobat ke RS Gatot Subroto,” ungkap almarhum dalam suatu pertemuan di RRI Padang, dua tahun lalu.
Malah, dalam video call terakhir, dia menyatakan berniat kembali ke Padang untuk memperingati Hari Radio di RRI Padang.
“Insya Allah kita bertemu nanti di Padang, Om Ranof,” katanya kepada saya kadang lewat handphone, atau lewat video call.
Selalu optimis dan bersemangat. Itu kesan yang ditunjukkan almarhum Idham Hamid. Barangkali juga dirasakan oleh teman-teman pengurus PWI Sumbar lainnya yang pernah video call dengannya, Gusfen Khairul, Basril Basyar, dan Zulnadi.
Ketika ditelpon pagi tadi, istri almarhum Ni Upik (Ernie Ranti Syahidin-juga pensiunan RRI), dengan tangis yang tak tertahankan menyebutkan, suaminya terlihat sesak nafas dan merasa nyeri di dada kanan.
“Hanya itu keluhannya,” urai Ernie. “Maafkan segala kesalahan Da Am, ya Nof, sampaikan kepada teman-teman di Padang, mintakan maaf atas kepergian Da Am,” getar suaranya di balik gagang telpon.
Am Hamid, begitu biasa dipanggil teman-teman seangkatannya yang jadi wartawan generasi tahun 70-an seperti Darlis Syofyan (alm), Dr.H. Mafri Amir (sekarang dosen UIN Jakarta), Akmal Darwis (Singgalang), dan banyak lagi yang lain, dikenal sangat akrab dan mudah bergaul.
Tidak jarang teman-teman almarhum juga mengenal keluarganya. Ni Upik (istri almarhum) juga mengenal dekat teman-teman suaminya. Berteman bagi Da Am, tidak hanya sebatas pada jam kantor di RRI Padang. Di luar jadwal dinasnya, almarhum sering bergaul dengan sesama wartawan dari hampir semua media yang ketika itu beroperasi di Padang, Harian Haluan, Singgalang dan Semangat, dan media radio, Arbes dan Febrianta.
Beberapa jabatan di kepengurusan PWI Sumbar, pernah dipercayakan kepadanya, sebagai Bendahara dan anggota Dewan Kehormatan Daerah (sekarang Dewan Kehormatan Provinsi).
Di RRI Padang, ia terbilang beruntung dengan bekal ijazah SMA, mampu menjadi sebagai Kasi Pemberitaan dan promosi sebagai Kepala Bidang Siaran, di RRI Medan, hingga pensiun tahun 2012. Teman-teman seangkatanya, tentu merasa kehilangan orang yang bersahaja ini. H. Nasril Nazar, H. Alex Lincoln.
Di RRI Padang tempat almarhum mengabdi paling lama, ia pernah menggarap banyak acara. Salah satunya yang bertahan cukup lama, acara Pacar (Padang Bicara) yang idenya dilahirkan bersama rekan Alda Wimar (alm). Dalam acara itu, ia menyebut dirinya dengan panggilan khas, “Om Bolang” yang selalu ceria menyapa pendengarnya.
Acara ini membahas persoalan yang dihadapi masyarakat dan pemerintah kota Padang. Sering terdengar dialognya didampingi narasumber pejabat pemko Padang, bahkan kadang kala menghadirkan Wali Kota Padang, ketika itu Fauzi Bahar.
Saya mengenalnya sangat dekat karena lama bergaul sejak dari penyiar sampai menjadi anggotanya ketika bertugas sebagai reporter di redaksi Seksi Pemberitaan RRI Padang. Ciri positif yang melekat ketika dia menjadi Editor Berita, selalu mendiskusikan suatu kalimat dengan cara bersahabat.
“Kalau dirubah begini kalimatnya, gimana..? Bagus ndak..” Itu gaya bahasanya ketika ingin memperbaiki berita yang saya tulis. Sungguh kenangan indah dan tak terlupakan.
Selamat jalan sahabat senior, semoga Ni Upik dan keluarga diberi ketabahan dan meneruskan hidup dengan penuh kesabaran, sehat dan berbahagia dengan anak cucu.(*)