15 November 2024

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

Festival Teater Remaja Jambi Oleh Medi Saputra

3 min read

JURNAL OPINI – Telah berlangsung FTR yang diselenggarakan UPTD Taman Budaya Jambi pada 28–30 Juni tahun 2021. Kali ini festival ini melibatkan 11 peserta dari kelompok/komunitas teater yang ada di Jambi.

Jumlah peserta menurun, dan asal peserta pun didominasi oleh kelompok dari Kota Jambi, hanya satu kelompok yang berasal dari Kabupaten Muaro Jambi. Berbeda dengan 2 tahun sebelumnya bahkan ada peserta dari Tanjabtim, Batanghari, hingga Sungaipenuh.

Tahun 2021 ini, panitia memberikan apresiasi terhadap 13 naskah hasil lomba penulisan naskah pada tahun 2019 untuk dijadikan naskah pilihan pada FTR. Dan informasi acara telah disebar 2 bulan sebelum acara berlangsung. Tetapi terlihat hanya 7 naskah yang dipilih peserta untuk dimainkan.

Melihat penampilan beberapa para peserta, terasa ada proses yang terburu-buru dan terkesan “nanggung”. Mungkin karena hanya ingin mencoba panggung, atau menambah pengalaman. Tetapi hakikat sebenarnya dari kompetisi adalah kemenangan.

Bukan hal yang mustahil jika setiap kelompok ingin meraih prestasi terbaik dalam sebuah festival. Tetapi kemenangan tentu tidak bisa diharapkan dengan suatu proses yang instan. Harus ada usaha, kerja keras dan keseriusan dalam menggapainya.

Kemudian untuk mencapai proses yang baik tentu harus diimbangi dengan kemauan belajar, berdiskusi dan selalu menambah ilmu pengetahuan. Baik tentang keaktoran, penataan, maupun penyutradaraan. Baik dengan yang lebih muda, sebaya, atau pun para orang tua yang jauh lebih berpengalaman. Kecenderungan generasi muda teater saat ini, adalah sungkan. Padahal dalam teater kita dituntut untuk percaya diri dan berani memainkan sebuah peran.

Teater juga merupakan seni yang kolektif. Semakin ramai yang meng”kroyok” sebuah pertunjukan, tentu akan membantu sebuah kelompok menghasilkan pertunjukan yang baik. Tidak peduli apakah teman atau lawan yang memberi masukan. Tentu selanjutnya sutradara yang akan bertindak mengambil keputusan.

Beberapa pertunjukan juga terkesan didominasi oleh kemauan sutradara. Tidak terlihat eksplorasi aktor dalam berperan. Lebih banyak muncul permainan aktor yang hanya mengikuti arahan sutradara. Hal ini tentu akan lebih baik jika komunikasi dalam sebuah proses berjalan dengan lancar.

Saling beri pendapat bahkan sanggahan hingga menemukan kesepakatan. Sungguh indah jika ada konflik dalam sebuah proses untuk menemukan kesepakatan. Sehingga konflik yang ingin disampaikan melalui teater bisa tercapai dengan maksimal.

Setiap tahunnya terlihat beberapa kelompok teater muda baru. Hanya sedikit kelompok teater muda yang terus berupaya memperlihatkan eksistensinya dari tahun ke tahun. Ini bukan sebuah kesalahan, malah lebih bagus dan semakin meramaikan kelompok teater muda di Jambi. Tapi sejauh apa akan bertahan?

Jangan sampai berakhir dan bubar ketika pengumuman dibacakan. Tentu akan indah ketika semakin banyak kelompok teater di Jambi, dan saling belajar satu sama lain. Memperkaya ilmu dengan diskusi dan latihan teater bersama. Kembali pada makna teater adalah kolektif, maka kita tidak bisa hanya berdiam diri dan terus berada pada posisi nyaman.

Di atas langit masih ada langit, tentu seusai festival masih ada kepuasan yang belum tercurahkan. Hal ini harusnya diatasi dengan melanjutkan proses hingga mencapai tujuan yang diinginkan. Panggung selalu terbuka lebar, tidak hanya saat Taman Budaya Jambi menyelenggarakan festival. Tinggal selanjutnya apakah kita masih ada kemauan untuk memperbaiki dan berproses lebih baik lagi dalam membuat sebuah pertunjukan.

Untuk kalian,
Untuk kita,
Dan tentu untuk saya,
Semoga jadi refleksi di masa yang akan datang.

*Penulis Ialah Penggiat seni, Pengajar, Aktor dan Sutradara

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

− 6 = 1