30 Desember 2024

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

Peran Jurnalis Perdamaian di Masa Pandemi ‘We Are One’

7 min read

(Hendry Nursal/Foto: Ist)

Oleh: Hendry Nursal

JURNAL PUBLIK – Dari judul tentunya umum kita dengar, kata peran jurnalis atau wartawan di masa pandemi, peran yang sudah seharusnya diimplementasikan melalui karya jurnalistik sehingga dapat memberikan manfaat.

Kalau diibaratkan masa pandemi itu jurnalis mendapat tugas ke medan pertempuran, peperangan besar dan konflik. Dia datang untuk dapat menjaga hak-hak masyarakat sipil, menyuarakan kepedihan yang diderita masyarakat akibat dari pertikaian sembari mawas terhadap diri sendiri.

 

Apa itu Jurnalis perdamaian yang sedang saya bahas,?

Jurnalis atau wartawan perdamaian, hadir di tengah-tengah masyarakat dunia yang memiliki rasa dan keinginan sama agar dapat mengabarkan secara terus menerus tentang perdamaian. Berangkat dari salah satu komunitas Internasional bermarkas di Korea Selatan, dipimpin Man Hee Lee.

Lelaki yang telah menginjak usia 84 tahun tersebut, memiliki cita-cita, keinginan dan impian. Tentunya saya meyakini kita juga sama seperti pemikiran Man Hee Lee, inginnya situasi damai sebagai mahkluk penghuni bumi. Ingin damai, penuh dengan kedamaian dan menyelesaikan apapun permasalahan tidak dengan peperangan, tidak dengan kekerasan dan tidak dengan apapun kekuatannya.

Jadi tanpa peperangan namun suatu masalah diselesaikan dengan pendekatan agama, sosial budaya, dan pendekatan-pendekatan lainnya. Hal itulah yang menjadi impian utama seorang Man Hee Lee, maka dibentuklah suatu komunitas bernama Heavenly Culture, World Peace, Restoration of Light (HWPL), We Are One! Kita adalah Satu.

Jurnalis perdamaian itu, mereka yang aktif mengabarkan dan menginformasikan kepada dunia tentang program serta kegiatan HWPL di berbagai negara, yang terbaru ialah perkembangan bagaimana keharmonian yang terjadi di Mindanao-Filipina, sebuah perjanjian perdamaian atas 40-tahun konflik.

HWPL hadir di Mindanao, berperan disana bagaimana masyarakat damai. HWPL mendapatkan apresiasi yang luar biasa. Peran jurnalis perdamaian dalam konteks ini, selalu mengabarkan informasi diatas maupun lainnya kepada masyarakat luas terkait HWPL.

 

Lantas Bagaimana Peran Jurnalis Perdamaian di Masa Pandemi,?

Situasi Jurnalis Terkini & Peran Media di Beberapa Kota Indonesia di Tengah Pandemi, saya perkecil hanya di wilayah kota Jambi maupun provinsi Jambi. Kalau ditanya seperti apa situasinya,? saya akan menjawab ‘Tidak sedang baik-baik saja’

Saya tidak menyimpulkan banyak hal, yang jelas tidak sedang baik-baik saja. Saya mengalami peristiwa di masa pandemi, mendapat serangan nonfisik terkait pemberitaan pandemi covid-19. Ketika pemberitaan disajikan kepada masyarakat, saya menerima komentar yang luar biasa pedas, pahit, tak enak, didoakan yang tidak baik, bahkan disumpahi. Ini adalah serangan nonfisik, serangan digital.

Tidak hanya saya, namun beberapa rekan juga mengalami hal yang sama. Sampai pada akhirnya mereka kehilangan semangat, terlihat dari berkurangnya pemberitaan berupa ajakan atau anjuran patuh protokol kesehatan. Terbukti serangan nonfisik juga dapat meruntuhkan motivasi kami!

Padahal, jurnalis atau wartawan itu adalah mulut, mata dan telinga masyarakat yang akan menjadi jembatani ke pemerintah dan sebaliknya ketika ada kebijakan dari pemerintah kepada masyarakat.
Posisinya media berada di tengah-tengah, hanyalah penyampai.

Dalam kondisi pandemi media itu memiliki pemikiran yang sama, saya yakin itu. Pemikiran mereka untuk dapat memberikan edukasi kepada masyarakat, bagaimana bahayanya.

Kalau ada kata bahwa media hanya menakut-nakuti masyarakat, sesungguhnya kami juga mengalami benturan, kami juga mengalami peristiwa yang sama dengan masyarakat karena jelas kami juga masyarakat, terlahir dan hadir dari masyarakat. Semangat masyarakat yang membuat kami sebagai jurnalis hadir untuk memberikan yang terbaik.

Bill Kovach dan Tom Rosenstiel (2001), dalam bukunya The Elements of Journalism, What Newspeople Should Know and the Public Should Expect (New York: Crown Publishers), merumuskan prinsip-prinsip itu dalam Sembilan Elemen Jurnalisme:

  1. Kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran
  2. Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga (citizens)
  3. Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi
  4. Jurnalis harus tetap independen dari pihak yang mereka liput
  5. Jurnalis harus melayani sebagai pemantau independen terhadap kekuasaan
  6. Jurnalisme harus menyediakan forum bagi kritik maupun komentar dari publik
  7. Jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting itu menarik dan relevan
  8. Jurnalis harus menjaga agar beritanya komprehensif dan proporsional
  9. Jurnalis memiliki kewajiban untuk mengikuti suara nurani mereka

Dalam perkembangan berikutnya, Bill Kovach dan Tom Rosenstiel menambahkan elemen ke-10. Yaitu: Warga juga memiliki hak dan tanggung jawab dalam hal-hal yang terkait dengan berita.

Dari elemen 1 hingga 3, sangat ditekankan kebenaran bahwa mengabarkan dengan data dan fakta untuk masyarakat sebagai bentuk loyalitas. Data dan fakta itu wajib di verifikasi kepada pihak yang benar-benar tepat, berkompeten dibidangnya.

Wartawan itu pada dasarnya menyampaikan, pemberitaan itu lahir dan terkemas dari mulut ke mulut atau narasumber satu, narasumber dua dan seterusnya serta data, inilah bentuk verifikasi. Disiplin verifikasi tercermin dalam praktik-praktik seperti mencari saksi-saksi peristiwa, membuka sebanyak mungkin sumber berita, dan meminta komentar dari banyak pihak.

Lalu kami masih mendapatkan serangan secara digital, serangan nonfisik karena dianggap setiap pemberitaan terkait covid-19 itu adalah Bohong, mengada-ngada. Saya garis bawahi ini adalah pengalaman pribadi, pemberitaan yang saya hadirkan disebut hanyalah Iklan.

Awal pandemi, di Indonesia kasus pertama 2 Maret 2020 dan di provinsi Jambi tepatnya kasus pertama dari Kabupaten Tebo pada 23 Maret 2020. Sejak itu media di provinsi Jambi memberitakan, menginformasikan pada masyarakat, mungkin bahasa awamnya “Hallo masyarakat, ini virus telah terdeteksi ada di provinsi Jambi”

Apakah itu iklan? Tidak tentu saja tidak, tapi bentuk loyalitas kami kepada masyarakat. Ada proses verifikasi, kita kerucutkan lagi. Diantara 9 elemen diatas ada Jurnalis harus menjaga agar beritanya komprehensif dan proporsional, Jurnalisme harus berupaya membuat hal yang penting itu menarik dan relevan.

Kalau andaikata pemberitaan kami salah? ada hak jawab, hak tolak, hak koreksi yang dijamin dalam Undang-Undang No.40 tahun 1999 tentang pers, Pasal 1. Kami berupaya menjalankan kode etik jurnalistik dengan baik. Tapi kalau masyarakat masih menemukan pemberitaan tidak benar, atau mengada-ngada? itu adalah Oknum, mohon jangan disamaratakan.

Kami juga mengalami peristiwa yang sama dengan masyarakat, kami berhadapan dnegan benturan sosial budaya, benturan ekonomi. Kalau ada masyarakat di luar sana mengatakan “ini pemberitaan selalu mengajak bagaimana agar tertib, kami butuh makan”

Sama saudara saya, kami juga membutuhkan itu, tidak sedikit media yang gulung tikar. Kita sama-sama berada dalam kondisi simalakama, kita sama-sama berjuang. Intinya kami menjalankan semua ini karena ini yang seharusnya dilakukan media.

Kalau provinsi Jambi, saya belum mendengar media yang tutup dan wartawan berhenti menjalankan kegiatan jurnalistik akibat perekonomian. Namun untuk pada akhirnya turut terpapar covid-19, banyak dan inilah resiko yang juga kami hadapi, bertarung secara ekonomi dan harus siap terpapar.

Untuk peran jurnalis perdamaian itu sama dengan fungsi media sebagaimana Undang-Undang No.40 tahun 1999 tentang pers, pasal 3, ayat (1) Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial; ayat (2) Di samping fungsi-fungsi tersebut ayat (1), pers nasional dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi.

Sangat jelas, apa yang kami lakukan sesuai dengan fungsi dari media. Peristiwa pandemi, dalam pemberitaan menunjukan kami sedang melakukan kontrol sosial. Kami mengajak tertib protokol kesehatan, mari bersama-sama menghadapi wabah ini, mari bergotong royong, itu adalah fungsi edukatif yang kami jalankan.

Ada informasi disana, jelas. Lalu pers nasional dapat berfungsi sebagai lembaga ekonomi, apa yang kita hadapi sekarang, apa saja kebijakan pemerintah terkait perekonomian, strategi dan cara membangkitkannya, itu semua fungsi yang sedang kami jalankan.

Ada fungsi hiburan, kami akan berusaha menyajikan pemberitaan tidak dengan menakut-nakuti, tidak menjadi horor dan mencekam. Padahal pemberitaan yang dihadirkan berupa data, tidak bertujuan sedikitpun menciptakan rasa mencekam, itu informasi sebagai pengingat bagi masyarakat.

Fungsi media diatas, sama sebagai peran jurnalis perdamaian. Hanya saja, menurut saya jurnalis perdamaian memiliki peran kunci lainnya, yaitu We Are One, Kita Adalah Satu. Jadi selain 5 Fungsi media, lalu 9 elemen jurnalis, ada peran kunci bagi jurnalis perdamaian yang tidak bisa di tawar-tawar.

 

Kesimpulannya, bagaimana Situasi Jurnalis Terkini?

‘Tidak sedang baik-baik saja’ kami berhadapan dengan benturan sosial budaya, ekonomi, serangan nonfisik dan digital. Solusinya, saya akan tetap dan terus melakukan 5 Fungsi media, satu keinginan untuk terus dan terus menghadirkan informasi terbaik kepada masyarakat.

Indonesia sembuh, saya yakin Indonesia akan sembuh dan pasti sembuh. Semangat Gotong Royong di Indonesia terus dijaga dari leluhur hingga saat ini, Gotong royong itu adalah We Are One. Bukankah begitu,?

Jurnalis perdamaian jika terus menanamkan We Are One, maka pemberitaan komprehensif proporsional, karya-karya jurnalistik yang menyejukkan, karya yang benar, loyalitas terhadap masyarakat, menghadirkan karya jurnalistik agar masyarakat mendapatkan informasi benar serta edukatif.

Terima kasih, mohon maaf jika ada salah kata, ini adalah pendapat pribadi saya. Saya hanyalah manusia biasa tak luput dari kesalahan. Selalu tangguh untuk HWPL dan terus maju, berkembang, dan terwujudnya keinginan perdamaian di dunia tanpa peperangan.

Sehat-sehat terus untuk wartawan atau jurnalis di provinsi Jambi, di Indonesia dan di Dunia. Teruslah mengabarkan informasi positif, mengabarkan perdamaian di seluruh dunia, kita lawan virus corona dengan virus kebaikan. Apa itu,? Kita hadirkan pemberitaan yang damai dan sejuk.

Ayooooo Indonesia Sembuh, Indonesia akan terbebas dari pandemi, dari covid-19
We Are One!


(*Pemimpin Redaksi www.jambidaily.com, dan Ketua PWI Kota Jambi)

 

The Role of Peace Journalists in a Time of Pandemic, We Are One https://jambidaily.com/2021/07/22/the-role-of-peace-journalists-in-a-time-of-pandemic-we-are-one/

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

45 − 44 =