Mari Ke Balai, Setelah Pekerjaan Rumah Selesai! | Oleh: Titas Suwanda
4 min readJAMBIDAILY JURNAL – Di lingkungan kami, lingkungan para pelaku seni-khususnya seni teater Jambi, beberapa bulan terakhir ini, heboh. Apa pasal? Muncul suatu organisasi yang menamai diri mereka sebagai Yayasan Pelaku Teater Indonesia (PTI). Secara nasional, didukung oleh nama-nama besar di bidang seni teater. Lebih kuat lagi, organisasi ini hadir dengan kelengkapan administrasi. Resmi! Lalu, pergerakan mereka merambah ke bawah dengan membentuk kepengurusan di level provinsi.
Berbekal surat mandat dari pusat, maka hadir pulalah kepengurusan PTI Korda Jambi. PTI Korda Jambi dikomandoi Hendry Nursal sebagai pemegang mandat. Hendry dikenal sebagai pelaku teater yang bergiat di Teater Tonggak. Selain itu, Hendry adalah seorang jurnalis ngetop Jambi yang saat ini juga dipercaya sebagai ketua organisasi wartawan di Kota Jambi.
Perlu diapresiasi, gerakan cepat seorang Hendry. Dia bersegera membangun komunikasi dengan para pelaku teater di Jambi. Tak hanya praktisi, para pemerhati, akademisi, kritikus, para teknisi yang berkaitan dengan kelengkapan panggung, tak pandang tua-muda, tak pandang asal komunitas, semua dikumpulkannya. Manuver lebih besar, Hendry aktif melakukan audiensi dengan pihak-pihak pemangku kebijakan, eksekutif, legislatif, ataupun stakeholder lainnya, guna mengukuhkan keberadaan. Tak luput dirintisnya segala persyaratan kelengkapan administrasi sebagai bentuk sikap ketaatan hukum, legal standing.
Berhadap-hadap dengan dinamika ini, saya sebagai ketua Teater Art in Revolt (AiR) Jambi perlu menentukan sikap. Mengingat dalam lingkungan seni teater, saya berperan sebagai kepala keluarga yang bertanggungjawab atas para pegiat teater yang bernaung di rumah besar kami-Teater AiR Jambi. Sikap ini penting sebagai pengingat rel, sekaligus posisi tawar kami dalam menyambut kehadiran PTI Korda Jambi.
Prinsipnya, kami menyambut gembira kelahiran Yayasan PTI dan kepengurusan PTI Korda Jambi. Rasa gembira ini melahirkan harapan adanya organisasi profesi seniman teater yang dikemudian hari bisa meningkatkan kompetensi pelaku teater Jambi dalam berbagai bidang. Kegembiraan juga karena ada genah tempat kami berkeluh kesah. Menyampaikan curhatan terkait kondisi kami di tengah himpitan persoalan dunia seni Jambi. PTI Korda Jambi semoga bisa menjadi corong, menyampaikan suara-suara yang mungkin selama ini kami telan sendiri.
Sebagai bargaining power, PTI Korda Jambi semoga bisa membangun jaringan kuat, khususnya di lingkungan seni Jambi dalam upaya mengawal kebijakan pemerintah agar berpihak pada seni-khususnya seni teater. Serta membangun iklim kondusif penerimaan berbagai perbedaan pandangan sebagai bentuk dialektika pemikiran, bukan sesuatu yang berseberangan (dikotomi). Alhamdulillah, harapan kami ini sepertinya juga diakomodir di AD ART PTI. Semoga aktualisasinya mendatang juga tidak keluar dari jalur itu.
Kami, penghuni rumah Teater AiR Jambi, memosisikan PTI Korda Jambi sebagai “Balai Pertemuan” kami dengan pemilik rumah (Komunitas maupun individu) lain yang juga bertumbuh di lingkungan seni teater Jambi. Ada banyak rumah-rumah lain yang datang ke Balai dengan identitas, visi, dan ideologinya masing-masing, dan kami menghargai hal itu. Sebut saja komunitas-komunitas teater yang selama ini bergiat di Jambi baik komunitas umum seperti Teater Tonggak, Teater Ananda Sakato, Teater Rasi, maupun komunitas yang tumbuh di kampus dan sekolah, maupun individu-individu yang bersinggungan dengan seni teater di Jambi.
Sebagai kepala keluarga Teater AiR Jambi, saya berharap Hendry Nursal memosisikan diri sebagai kepala balai sekaligus Ketua RT. Artinya, dalam menetapkan program kerja, selain mengacu pada arahan PTI pusat, yang menerima berbagai keragaman “rumah-rumah” sebagai bentuk kekayaan dan dialektika pemikiran. Jikapun ada rumah yang tampil di agenda PTI baik di pusat, maupun di Korda, adalah representasi keadaan lingkungan kita yang beragam. Fokusnya tetap pada peningkatan kompetensi pelaku teater. Bisa saja ada sebuah garapan pementasan yang menggabungkan beberapa rumah, namun itu bukan tujuan utama. Jika memang tak bisa, jangan pula dipaksakan. Sebab, rumah-rumah yang berkumpul di balai memiliki pekerjaan rumah masing-masing.
Sekali lagi, PTI Korda Jambi bagi kami adalah “Balai Pertemuan”. Sekali balai, tetaplah menjadi balai. Sebagai kepala rumah yang juga berhimpun di balai, kepada para penghuni rumah kami-Teater AiR Jambi- saya selalu menghimbau, marilah ke balai setelah pekerjaan di rumah selesai. Tabik.
*Penulis, adalah ketua Teater AiR Jambi, Wakil Ketua 2 PTI Korda Jambi