‘Tuah Hidang yang Hilang’ Warnai Dibukanya PALAMJAMBE oleh Gubernur Jambi
3 min readJAMBIDAILY WONDERFUL – Pameran seni rupa asal Palembang provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Lampung, Provinsi Jambi dan Provinsi Bengkulu dalam agenda ‘PALAMJAMBE’ resmi dibuka Gubernur Jambi (Senin, 25/10/2021).
DR. Sri Purnama Syam, SST.M.Sn, Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi dalam sambutannya sampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas gelaran Palamjambe yang kembali digelar oleh Taman Budaya Jambi.
“Saya mengapresiasi digelarnya kembali Palamjambe kepada seluruh peserta, apresiasi kepada Plt Kepala Taman Budaya Jambi. Palamjambe ini digagas pertama oleh pak Jafar Rassuh, tentunya kita akan terus berupaya kedepan berkesinambungan memberikan ruang kreativitas seniman,” Ujarnya.
Gubernur Jambi, dalam hal ini diwakili oleh Asisten II Sekda Provinsi Jambi Bidang Perekonomian dan Pembangunan, Ir.Agus Sunaryo,M.Si berharap gelaran seni terus berlangsung secara kontinuitas.
“Saya menyampaikan permohonan maaf pak gubernur belum berkesempatan hadir karena adanya agenda yang tak dapat ditinggalkan, mungkin dalam kesempatan lain bisa hadir. Saya mengucapkan terima kasih untuk para perupa yang berpameran semoga gelaran ini menjadi se-sumatera,” Ucap Agus Sunaryo, sembari membuka secara resmi dengan ditandai penandatanganan prasasti.
Pembukaan menghadirkan teater tubuh, persembahan Teater Tonggak karya Didin Siroz, berjudul ‘Tuah Hidang yang Hilang’ mampu memukau Agus Sunaryo dan para tamu undangan lainnya. Menariknya lagi, setting panggung turut menjadi bagian dari pameran rupa, karya Instalasi Didin Siroz.
Pameran telah dibuka secara resmi dan berlangsung hingga 30 Oktober 2021. Adapun Karya yang akan dipamerkan berjumlah 114 karya dari 81 orang perupa, yaitu 4 orang berasal dari Bengkulu, 8 orang berasal dari Palembang, 12 orang berasal dari Lampung, 57 orang berasal dari Jambi.
Pada masa pandemi, seni mungkin bukan jadi prioritas bagi orang-orang yang tidak bekerja di ranah seni. Tapi mereka yang berkecimpung di ranah tersebut punya pendapatnya sendiri karena seni merupakan stimulus bagi kehidupan. Hal ini bisa terjadi karena praktik berkesenian bisa membantu mengatasi permasalahan yang saat ini tengah dihadapi.
Seni merupakan medium kreatif yang sangat fleksibel dan mampu merespons berbagai situasi serta menginspirasi dalam menciptakan alternatif kreatif dalam mencari solusi permasalahan yang ditemui.
Pandemi menjadi tantangan tersendiri bagi seniman untuk membingkai apa yang terlihat dan memaknainya, sekaligus menguji media dan teknik serta konsep dan acuan karya yang dihasilkannya. Pandemi, bukanlah alasan untuk menjadikan seniman tiarap tapi harus terus bergerak karena salah satu bagian dari seni adalah mendukung kehidupan itu sendiri.
Walaupun ada keterbatasan jumlah pengunjung, TBJ memanfaatkan teknologi dengan cara pengunjung dapat menyaksikan secara langsung maupun tidak dengan kata lain luar jaringan (Luring) alias Offline dan Dalam Jaringan (Daring) alias Online.
Selaku lembaga pemerintahan yang bergerak di bidang pembinaan dan pengembangan seni dan budaya serta bertanggung jawab atas keberadaan dan perkembangan lokalitas kesenian setempat.
Hal ini menyangkut pewarisan terhadap keberadaan seni dari masa ke masa. Bentuk pembinaan dan pengembangan yang dilakukan oleh Taman Budaya berupa kegiatan laboratories seperti pengkajian, revitalisasi, pengolahan dan eksperimentasi seni yang ditujukan untuk generasi muda sebagai bentuk upaya menanamkan kepedulian untuk menciptakan ruang pemikiran dan kecintaan terhadap kesenian lokal sehingga tercipta produktivitas seni dan budaya kreatif.