23 Desember 2024

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

Badai-Badai Urban yang Membadai dalam Temu Teatar Se-Sumatera 2021 di Taman Budaya Kota Jambi

5 min read

Dokumentasi Pementasan Badai-Badai Urban di Teater Arena Taman Budaya Jambi

JAMBIDAILY JURNAL – Senin, 15 November 2021 menjadi hari pembukaan acara Temu Teater Se-Sumatera yang dilaksanakan di Teater Arena Taman Budaya Jambi. Terdapat banyak penampil yang berasal dari berbagai daerah yang ada di Sumatera seperti, Palembang, Lampung, Bengkulu, dan tidak ketinggalan tentunya tuan rumah dari Kota Jambi.

Datang dari kota tuan rumah kali ini, adalah komunitas teater AiR, menampilkan lakon karya anggota Windy Kaunang, yang disutradarai langsung juga oleh penulis sebagai sutradaranya. Konsep yang dibawakan oleh sutradara dalam lakon Badai-Badai Urban ini mengangkat tema kondisi hiruk pikuk tentang masyarakat urban saat ini atau masyarakat yang ada dalam ruang lingkup perkotaan dengan segala hiruk pikuk dan kebisingan di dalamnya.

Naskah yang membawa konsep modern realis ini, nampaknya membawakan pertunjukannya dengan konsep yang dapat dikatakan dikonsep secara eksperimental. Sutradara membawakan inovasi yang nampaknya patut untuk diapresiasi dalam pertunjukannya tersebut. Simbolisme yang dibawakan oleh sutradara dengan mengahdirkan banyak dinding seng di sana membawa bayangan penonton tentang latar belakang kehidupan yang berbeda dari para masyarakat yang saat ini hidup dalam dunia modernitas dan strategi sosial yang berbeda untuk bertahan hidup.

Didengar dan juga dilihat secara langsung dari sinopsis dan penampilan yang dipertunjukkan, naskah ini berangkat dari mimesis kehidupan yang kompleks mengenai kehidupan dari berbagai sudut pandang yang terjadi pada realitas yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Dalam sekali tonton saja mungkin akan sulit mengetahui apa fungsi dari dinding-dinding seng yang dihadirkan oleh sutradara di atas panggung, dengan posisi yang berdekatan. Dilihat dari berbagai sudut pandang, posisi antara dinding tersebut sudah seharusnya tidak berada pada kerapatan yang tidak memungkinkan penonton melihat masing-masing pemeran.

Selain daripada posisi yang sedikit sulit untuk penonton mendapatkan sisi pandang yang baik, dari satu sisi terdapat blocking yang dilakukan oleh pelakon yang berperan sebagai wanita penjual baju obral di pusat perbelanjaan besar tersebut. Sisi kanan panggung menjadi sisi blocking yang mungkin seharusnya posisinya diletakkan sejajar dengan posisi dinding yang lainnya. Untuk segi pengeksploran panggung  mungkin dalam hal ini, sutradara harus lebih berani mengeksplore panggung yang cukup luas dari berbagai sisi tersebut. Sangat disayangkan terdapat banyak ruang yang tidak terisi dengan posisi banyaknya aktor yang dikeluarkan. Seharusnya penempatan masing-masing aktor dapat diletakkan secara strategis, dengan memencarkan masing-masing dari semua aktor yang ada agar dapat terlihat dengan jelas oleh penonton dan memudahkan penonton menangkap maksud dan pesan yang coba disampaikan oleh sutradara melalui pemeran yang dihadirkan.

Sutradara menghadirkan berbagai macam profesi di dalam lakon Bafdai-Badai Urban ini. Mulai dari tukang sapu bioskop, penjual obat, para mandor pekerja bangunan, binaragawan, seorang laki-laki botak yang diperankan oleh Titas Suwanda yang diduga sebagai lelaki gay menurut pola penghadiran dan dialog yang disajikan. Beberapa aktor mendapatkan porsi untuk menjelaskan dengan terang fungsi kehadiran mereka dengan diberikan dialog-dialog panjang dan penuh. Namun, kehadiran beberapa aktor lainnya yang datang sebagai figuran bagi pemeran lainnya menunjukkan ketimpangan porsi dalam menjelaskan fungsi dan kehadiran mereka. Karena, menurut apa yang ditunjukkan oleh konsep sutradara, aktor memberikan deskripsi terhadap profesi melalui dialog yang mereka bawakan secara individual.

Diawal dapat sama-sama dilihat, adanya aktor yang berlari, berolahraga, berdandan, dan ada yang diam berjalan dengan lambat di atas sebuah meja di sisi lain panggung. Barangkali apabila semua aktor mendapatkan kesempatan atau porsi yang merata untuk menjelaskan fungsi dan kedudukan mereka dalam pertunjukan ini makan pertunjukan dapat dilihat menjadi pertunjukan yang padat dan tidak menitikberatkan pada beberapa aktor saja.

Sutradara sebagai pengarah dari para pemain akan lebih baik untuk dapat merekonstruksi pembukaan dari pertunjukkan Badai-Badai Urban tersebut. Terdapat situasi yang mono dan pada suatu ketika tidak terkira ole penonton menjadi sesuatu yang monoton dan membosankan tatkala cerita pengantar dibawakan, dan aktor wanita yang bergerak dengan alur lambat di atas meja hanya melakukan kegiatan mengelilingi meja tersebut, padahal sutradara masih memiliki ruang yang luas untuk aktor tersebut mengeksplor bagian kosong ruang panggung teater arena. Akan lebih baik apabila sutradara dapat memperhatikan kembali porsi-porsi dari berbagai komponen yang ada dalam penataan pertunjukan tersebut.

Dalam kekacauan yang coba dihadirkan oleh sutradara dalam situasi bertubrukannya waktu dan berbagai kesibukan dengan chaos yang dihadirkan dipanggung menjadi hal yang baik karena ini membangun kembali kesadaran penonton tentang apa yang coba disampaikan oleh sutradara dalam pertunjukannya. Fokus yang seharusnya dapat ditangkap oleh penonotn tentang situasi yang saat ini berada dalam kondisi modernisasi yang merajalela, semua orang bagaikan dikejar waktu, semua orang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nafkah dan rezeki bahkan dengan jalan menipu sekalipun. Terdapat banyak pesan moril yang dapat diambil apabila penonton memperhatikan dengan seksama pertunjukan tersebut. Pola konsumerisme masyarakat yang berlebihan hari ini adalah wujud dari badai yang dianalogikan penulis sekaligus sutradara sebagai sebuah badai urban yang menimpa masyarakat perkotaan hari ini.

Pementasan yang dipertunjukan dalam acara Temu Teater Se-Sumatera ini diikuti oleh banyak sutradara dan penulis-penulis hebat dengan pertunjukan-pertunjukan luar biasa, mulai dari pertunjukan tradisional hingga kontemporer. Hal ini menjadi menarik sebagai sebuah acara yang mempertontonkan serta menawarkan banyak inspirasi bagi para kaum muda untuk turut mengekspresikan kreativitas dan hobi yang mengarah kepada bidang seni untuk tidak menyerah dan terus berkarya. Acara yang dilangsungkan selama lima hari ini berakhir pada 20 November 2021. Dengan terus diadakannya acara ini secara berkala diharapkan dapat membangkitkan jiwa seni para masyarakat khususnya yang ada di Kota Jambi, serta memotivasi para seniman dan pelaku teater di manapun berada.

 

Penulis Retno Endah Pratiwi adalah mahasiswa Magister Sastra Pascasarjana Universitas Andalas sekaligus ketua Teater Langkah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas.

 

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

− 1 = 5