15 November 2024

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

Konsep ‘Zoo Airport’ Pertama di Dunia Gagal? Taman Rimba Jambi Bakal Dipindah, Satwa Stres Akibat Bising

5 min read

Pengunjung yang Sedang Menaiki Gajah di Taman Rimba Jambi/Foto: Hendry Nursal/jambidaily.com

JAMBIDAILY WONDERFUL – Taman Rimba Jambi yang berada di Kecamatan Jambi Selatan, Kota Jambi kurang lebih sekitar 500 meter dari bandar udara Sultan Thaha Sayaifuddin (DJB) Jambi. Dikabarkan bakal berpindah lokasi ke Kecamatan Sungaigelam Kabupaten Muarojambi.

Menurut penguasa di istana Telanaipura alias Gubernur Jambi, Al Haris bahwa tidak layak lagi bagi keberlangsungan hidup satwa yang ada. Salah satu sebab ialah luas yang hanya 6,6 Hektar.

“Taman Rimba, harus memiliki lahan yang layak untuk kehidupan satwa. Taman Rimba kita hari ini yang seluas 6,6 hektar, kalau diperkirakan lahan yang dibutuhkan Taman Rimba Jambi berkisar 40 hektar,” Ungkap Al Haris, sebagaimana dilansir pilarjambi.com mediagroup jambidaily.com (Selasa, 22/03/2022).

Sebelumnya, beberapa tahun terakhir banyak satwa yang berada di Taman Rimba Jambi ini kabarnya mati, salah satunya kematian beberapa ekor rusa pada tahun 2019 lalu yang diduga karena faktor kebisingan di wilayah tersebut. Sebab, rusa merupakan salah satu satwa yang memiliki kepekaan pendengaran yang tinggi mengakibatkan stres.

Tentu kata Al Haris, tidak ideal lagi lantaran berada dikawasan Bandara Sultan Thaha Jambi serta terletak wilayah Kota “Secara psikologis, para satwa terganggu dengan kebisingan transportasi,” Ujarnya.

Terkait Polusi suara dikutip dari kompas.com, dapat disimpulkan sebagai kebisingan yang dapat mengakibatkan berbagai macam masalah kesehatan bagi manusia. Semua suara ataupun bunyi diukur dalam satuan dB (desible). Suara napas manusia sebesar 10 dB, suara gemerisik daun sebesar 20 dB, suara percakapan manusia 60 dB.

Lebih bising lagi, ada suara mesin mobil dan mesin truk sekitar 70 dB hingga 80 dB, sedangkan suara mesin pesawat jet dapat mencapai 130 dB, dan perangkat sonar angkatan laut bahkan bisa mencapai 235 dB.

Encyclopedia Britannica menulis batas aman dari kebisingan adalah 85 dB, diatas itu dapat mengakibatkan gangguan pendengaran. Jika seseorang terpapar kebisingan diatas 85dB dalam waktu yang lama, dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman seperti kecemasan, gangguan tidur, penyakit jantung, dan tekanan darah tinggi.

Lalu National Geographic menyebut seseorang yang berada di jalan yang bising, bandara, ataupun pusat keramaian biasanya terpapar polusi suara dalam jangka waktu yang sangat panjang sehingga menyebabkan stress. Stress akibat polusi suara dapat berupa gangguan kognitif dan memori, konsentrasi yang rendah, dan masalah kesehatan mental.

Polusi suara juga dapat menyebabkan terganggunya hewan yang bergantung pada suara untuk menentukan arah dan mencari makan. Mereka adalah serangga, burung, kelelawar, paus, dan lumba-lumba.

Zoo Airport

Jika kita kembali menoleh kebelakang, PT Angkasa Pura II (AP II) mengoperasikan konsep bandara terbaru di Indonesia dan dunia. Bandara yang dilengkapi dengan kebun binatang (Zoo Airport) akan dikembangkan oleh AP II di Bandara Sultan Thaha Syaifuddin (DJB), Jambi.

“Sebetulnya kan jalan akses masuk airport Jambi itu melewati kebun binatang Jambi, ada gajah ada macam-macam,” kata Salahudin Rafi Direktur Teknik dan Kebandarudaraan AP II di acara Press Gathering Angkasa Pura II dengan Forum Wartawan Perhubungan, di Hotel The Mirah, Bogor, Jumat (7/3/2014).

Sebagaimana dilansir detik.com, Dikatakan Rafi, pemerintah daerah telah menghubungi pengelola Taman Safari Indonesia untuk juga mengelola kebun binatang di Bandara Jambi. Diperkirakan pada tahun 2015, Indonesia akan memiliki bandara berkonsep kebun binatang pertama di dunia.

“Ini pertama di dunia,” katanya.

Selain kebun binatang, di bandara Jambi yang kini telah beroperasi ini pun akan terintegrasi dengan kawasan bisnis, rumah-rumah adat tua yang nantinya bisa jadikan kawasan wisata. “Itu nanti bisa 24 jam,” tutup Rafi.

Kondisi Taman Rimba dan Taman Eks Arena MTQ

Warga kota Jambi tentu tidak asing lagi dengan dua nama taman tersebut, taman yang memiliki sejarah panjang. Dalam berbagai referensi Taman Rimba sudah ada sejak awal tahun 80-an, tetapi sekarang areanya semakin sempit dan mengecil.

Entah apa yang terjadi, kelalaiankah? atau sengaja diterlantarkankah? karena belum terdengar secara luas ke publik kondisi benang merah disana. Taman rimba sempat dihebohkan dengan peristiwa 22 Agustus 2009 Kasus pembunuhan dan pencurian harimau berjenis kelamin betina yang sudah menghuni Taman Rimba Jambi selama 19 tahun.

Harimau betina yang diberi nama Shela sebagai seekor satwa liar langka dan dilindungi terbunuh. Bukan hanya di dalam negeri, Dunia Internasional mengecam pencurian disertai pembunuhan seekor harimau Sumatera (panthera tigris Sumatrae) di dalam kandang Kebun Binatang Taman Rimba Jambi.

Kini pengunjung masih disuguhkan dengan berbagai jenis burung, monyet, rusa, ular, buaya, beruang, kuda, gajah dan lainnya. Namun secara kasat mata, ada kesan tidak maksimal, tidak serius dan setengah hati menjaga keberlangsungan Taman Rimba Jambi. Terkait Sumber Dana atau Sumber Daya Manusia? jawabannya ada di otoritas terkait.

Lantas bagaimana dengan Taman Eks MTQ yang dianggap sebagai Taman Mininya Jambi,? tahun 1997 saat Provinsi Jambi menjadi tuan rumah MTQ (Musabaqoh Tilawatil Quran) Nasional, tempat ini menjadi saksi sejarah.

Tapi sayang, kondisinya kini seperti pepatah ‘Hidup segan mati tak mau’ Anjungan provinsi Jambi yang menyajikan rumah adat Melayu, rumah betiang atau rumah sepucuk Jambi sembin lurah, yang mulai dibangun April 1974 dan diresmikan setahun kemudian.

Singkat cerita, dikutip dari ampar.id Pada tahun 1979 dibangun sebuah panggung berbentuk perahu angsa, perahu tradisional daerah Jambi, dinamakan kajang lako. Di belakang rumah betiang terdapat bangunan berupa lumbung (blubur), yakni tempat penyimpanan hasil pertanian beserta peralatannya, sedangkan di sampingnya berdiri bangunan balai digunakan untuk kantor pengelola anjungan dan ruang pameran berbagai jenis hasil alam, industri, serta kerajinan kayu dari 10 kabupaten/kota.

Eks Arena MTQ Jambi, katanya dicanangkan menjadi objek wisata oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi. Kawasan tersebut bakal menjajakan kuliner khas Jambi, dan menyediakan souvenir.

Jambikita.id (19/06/2021) melaporkan bahwa Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jambi, Sri Purnama Syam mengatakan rencana pembangunan wisata di lokasi tersebut sudah dibicarakan bersama Pj Gubernur Jambi, Hari Nur Cahya Murni.

Ia pun mengatakan bahwa Disbudpar Provinsi Jambi akan menyiapkan fasilitas di lokasi itu. Wisata yang dimaksud bakal menjajakan ragam kuliner khas kabupaten dan kota yang ada di Jambi.

“Kemudian ada wisata souvenir. Mengingat ini berdekatan dengan Bandara Sultan Thaha dan Taman Rajo Mudo, tentu para wisatawan akan mencari oleh-oleh ataupun cinderamata dari Jambi,” katanya.

Kita tunggu saja hasil semua rencana dari pihak terkait,? karena hal itu juga menjadi harapan bagi warga kota Jambi. (*/HN)

 

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

− 2 = 5