17 November 2024

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

Waden hingga Tambo dan Berisik Bisik Penonton

3 min read

JAMBIDAILY JURNAL – Selasa 5 juli 2022, walau di guyur hujan lebat Gedung Teater Arena Taman Budaya Jambi tetap padat oleh penonton, untuk menyaksikan karya kolosal dari anak anak muda Jambi, karya yang digarap oleh para mahasiswa Program Studi Sentratasik karya pertama berjudul “WADEN” sebuah karya yang meceritakan bagaimana keteguhan seorang wanita minang di perantauan.

Karya yang diangkat dari akar tradisi, digarap dalam bentuk tari dan musik, digabungkan dengan gerakan silat tuo, karya yang menguras energi banyak hingga di mata awampun ia bisa dimengerti, begitupun karya kolaborasi 5 pengkarya di jadikan satu dalam panggung yang berjudul “TAMBO” karya yang diangkat dari kisah sejarah di masa lalu, bagaimana penindasan, pelecehan, pemaksaan yang dilakukan penjajah, digarap dalam bentuk tari dan musik, membuat penonton terbawa emosi.

Dari pertunjukan yang dilakukan para anak muda ini, membuktikan Jambi tak kurang, tak krisis seniman dan budayawan, gerakan akar rumput dalam memacu laju pembanggunan kebudayaan sudah tampak hasilnya, seniman seniman senior mesti berbangga hati, karena sudah lahir kader kader penerus kedepan nantinya, dan mesti sadar setiap waktu ada masanya, para senior cukup menjadi pengarah dan pemikir, beri ruang dan kesempatan pada yang muda muda, dan senior mesti sadar diri bahwa alam tak bisa dilawan, energi sudah semakin berkurang, begitupun pada yang muda mesti bisa mengambil tuah pada yang tua. Sehingga panggung tak akan pernah kosong.

Taman Budaya Jambi sebagai UPTD Kebudayaan di daerah sebagai salah satu sentra motor kebudayaan di daerah, harus memberi ruang ruang pada seniman muda, tanpa mengeyampingkan sebagai labor, bengkel yang mengeluarkan produk teruji dan bermutu, dengan berpegang pada tupoksinya, bukan karena keterpihakan, TBJ mesti mengingat dan selalu ingat bahwa pemerintah pusat telah mensupport dengan anggaran DAK nya untuk mendukung kegiatan dan pembanggunan kebudayaan di daerah, dan semestinya permerintah daerah harus ikut juga mendukung dengan APBD nya, bukan sekedar wacana, namun mesti ada realisasinya.

Pertunjukan yang luar biasa ini, sedikit terganggu dengan etika penonton, masih ada yang mengobrol, menelpon saat pertunjukan, padahal sudah di ingatkan MC dari awal, apalagi pejabat daerah, seharusnya bisa memberi contoh yang baik, kita mesti menghargai energi dari proses panjang lahirnya sebuah karya, banyak pengorbanan dalam itu baik tenaga maupun materi, apalagi dari anak anak muda, yang kita tak tahu dari mana mereka dapatkan cost produksinya, nilai nilai budaya itu adalah saling menghargai, memanusiakan manusia.

Dan pihak fasilitasi dalam hal ini TBJ, mesti mengingatkan, mengikuti aturan, etika panggung, tanpa pandang bulu, dan mesti bisa membilah bilah ini pertunjukan formal, apresiasi, atau pertunjukan independent, sehingga waktu tak habis mendengar pidato basa basi, pertunjukan malam ini seharusnya mesti ada apresiasi, dialog, memberi kritikan, saran, masukan agar kedepan anak-anak muda ini bisa mengeluarkan karya yang lebih berkualitas.

Dan para pejabat daerah yang menonton mesti berpikir bagaimana merencanakan, membuat program kedepan, untuk mengangkat potensi budaya daerah, sehingga kebudayaan bisa berdaulat dirumahnya sendiri.

 

Ditulis oleh:

Ali Surakhman, Penggiat Budaya

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

− 1 = 1