21 November 2024

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

L E M A R I (Sketsa) IV

15 min read

Pergelaran Lemari, Juni 2022/Foto: Pugga

Karya: Hendry Nursal

Para Pelaku:

Levon: Licik, Sombong, Egois, Pemarah, dan Keras

Mahesa: Berjiwa Pemimpin dan Tegas

Rian: Melankolis dan  Mudah Terpengaruh

 

HEMBUSAN DINGIN TERASA LEMBUT MENYAPA KULIT DITENGAH MALAM DALAM SEBUAH RUMAH SEDERHANA NAMUN TERASA BEGITU BESAR KARENA TANPA SATUPUN PROPERTI KECUALI LEMARI,  TERDENGAR SUARA MUSIK SIARAN RADIO DAN LEVON SESEKALI MEMAINKAN PINTU LEMARI BERBUNYI YANG DIBUKA TUTUP BERULANG-ULANG KALI SEMBARI BERCELOTEH.

Levon : Mungkin Merasa sendiri berjalan diputaran badai, mencekam. Mungkin Bagian inti dari ketegaran ada kata itu, sendiri. Mungkin Bukan diri ku dibalik raut wajah ini namun tindakan cermin diri, aku. Mungkin Disudut paling sesal ada guru kesunyian akan itu, waktu.

Mungkin Debaran rindu terdalam ialah ketika sunyi mendekap, diam. Mungkin Ketika siang silaukan mentari rindu maka malam saksi sejuknya pertemuan, nanti. Mungkin Hilang ku menjadi pesan hidup, ku. Mungkin itulah potongan mungkin menjadi aku, mungkin

Levon : (keluar dari dalam Lemari) “Apa ini cara mengobati kebosanan, hanya bergumul dengan satu benda tua, sudah aku bilang jual saja sekaligus rumah ini, Biar nanti beli rumah yang baru dengan peralatan baru, serba baru. (Marah) Aku bosan, bosan, bosan…(Terdiam sejenak) mempertahankan yang tidak layak, itu sama saja membuat perangkap bagi diri sendiri, lama-lama aku sakit jiwa!”

(suara siaran radio)

Radio : Berita terkini, warga dihebohkan dengan adanya penemuan dua mayat didalam lemari pada sebuah rumah yang berada dipinggiran kota, otoritas setempat melaporkan dari hasil identifikasi awal, mayat berjenis kelamin laki-laki tersebut telah meninggal selama tiga hari, sementara tidak ditemukan luka ataupun kekerasan secara fisik. Adapun….(Levon bergegas mematikan radio)

Levon : (gelisah) “Jika tidak ada kekerasan fisik lantas mengapa bisa kehilangan nyawa,? (berpikir) mungkin dia kehabisan nafas, lah…mengapa sampai di dalam lemari, bukankah oksigen ada juga diluar lemari, apa mungkin dibunuh terlebih dahulu,? atau dia bermain-main di dalam lemari lalu tertidur dan tidak bangun-bangun lagi (bingung dan bertanya-tanya) jadi aku bisa juga kehilangan nyawa, kalau bermain-main di dalam lemari,? Oh ya informasi tadi belum aku dengarkan keseluruhan” (kembali menyalakan radio)

Radio : (Musik)

Levon : “Heh…mana berita terkini tadi,?” (Mencari-cari frekuensi siaran) Kau jangan main-main dengan aku, aku ini diberi nama Levon oleh orang tua ku dalam bahasa Armenia, atau Leon yang berarti Singa (Menunjuk-nunjuk radio) itu artinya kalau aku sudah marah, maka bagai singa. Aku ini adalah Raja, jangan coba-coba membantah apalagi mempermainkan singa, (Membentak radio) apa kau paham,?”

(Terdiam dan menghela nafas, seperti mengingat sesuatu)

Mengapa nama ku diambil dari bahasa Armenia,? negara Eropa-Asia yang wilayah daratnya terjepit oleh negara lain. Negara ini berbatasan dengan Turki di sebelah barat, Georgia di sebelah utara, Azerbaijan disebelah timur, dan Iran sebelah selatan. Kapan pula orang tua ku melancong kesana,? Warisan saja cuma gubuk ini, lemari dan radio.

(Kepada lemari dan Radio) “ehh…kenapa kalian tersenyum, senang kalian ya,? Mengejek aku kalian, kalau bukan karena pesan ibu bapak, sudah lama aku buang kalian ke tempat rongsokan, dijual pun tak ada lagi harganya kalian.

(Rian datang dan terheran-heran, melihat kelakuan Levon)

Rian : Sudah Gila!

Levon : (tersenyum) Ada apa tuan Raja yang rupawan dan bersih,?

Rian : Apa maksud mu,?

Levon : Benar bukan,? Nama mu Rian itu berarti Raja atau dalam bahasa lainnya berarti rupawan dan bersih. Sementara kakak tertua kita bernama Mahesa artinya pemimpin hebat, orang tua kita menitipkan do’a agar dia mampu menjadi pengambil keputusan terbaik. Aku berarti Singa, Nah..Pemimpin hebat, Singa dan Rupawan, itulah kita bertiga.

Rian : Engkau berusaha menutupi kegilaan mu, Levon

Levon : Aku mengatakan yang sebenarnya

Rian : ya benar-benar gila

Levon : Aku sudah membaca berbagai referensi dan banyak buku, terkait arti nama mu, Rian

Rian : (Menuju lemari) Buku apa, dimana,? Isi lemari ini hanyalah debu dan aroma tubuh mu, tidak ada buku disini. Engkau memang sudah gila kerasukan lemari usang ini!

Levon : Itu yang kalian inginkan

Rian : Apa maksud mu,? Menginginkan engkau menjadi gila. Tidak mungkin, itu tuduhan kejam kepada saudara mu sendiri, aku ini saudara kandung mu, kita satu orang tua. Tidak akan sejahat itu aku berpikir

Levon : (tersenyum) aku bukan menuduh seperti itu, tetapi tetap adanya lemari ini, di ruangan ini adalah keinginan kau dan Mahesa, bukan,? Dari dulu setelah orang tua kita tiada, aku minta jual lah rumah ini beserta isinya. Kalian Menolak

Rian : Bukan menolak

Levon : (tertawa) lantas apa,? Menunda

Rian : Tidak begitu

Levon : (tertawa) menunggu,?

Rian : Apa yang ditunggu,?

Levon : Sampai aku menggila lalu mati didalam lemari karena dihantui kebosanan, kalian bisa puas berdua menguasainya dan berbagi hasil penjualan tanpa harus dibagi tiga. Begitu bukan,? (tertawa lebih besar)

Rian : Sungguh tidak sejahat itu, kita hanya bertiga. Kita saling berbagi dan menguatkan, kita tidak boleh terpecah hanya karena harta peninggalan ini.

Levon : Apalagi yang harus dipertimbangkan, kita jual rumah ini kemudian kita beli yang baru, lebih bagus, lebih baik artinya warisan tetap terjaga.

Rian : Ada hal lain yang engkau tidak mengerti Levon

Levon : Apa susahnya menjelaskan pada ku, menerangkan semuanya,? Kalian berdua terlalu banyak rahasia, merahasiakan yang menurut ku juga harusnya aku ketahui.

(Radio berbunyi, tembang lawas kesukaan orang tua mereka)

(Levon dan Rian terdiam)

Levon : (kepada rian) Lihat, ada saja misteri di rumah ini. Setiap kita membahas akan menjual rumah, radio itu dengan sendirinya berbunyi, selalu lagu lama kesukaan orang tua kita.

Rian : (masih tetap terdiam)

Levon : (kepada rian) Engkau takut,? Sudahlah mungkin itu kebetulan saja, tadi aku lupa mengecilkan volumenya, saat mencari siaran berita terkini, kemudian hilang suaranya. Mungkin disana listriknya padam, sekarang baru menyala jadi seolah-olah radio ini menyala sendiri.

Rian : Aneh

Levon : Apanya yang aneh

Rian : Engkau sendiri yang mengatakan ada saja misteri di rumah ini. Setiap kita membahas akan menjual rumah, radio itu dengan sendirinya berbunyi, selalu suara lagu lama kesukaan orang tua kita.

Levon : Aku hanya bercanda (tersenyum)

Rian : Inilah bukti, jika mereka tidak merestui

Levon : Mereka siapa,? Merestui apa,?

Rian : Orang Tua kita

Levon : Merestui apa,?

Rian : Menjual rumah ini (tersadarkan) Oh tidak, bukan itu, maksud ku…

Levon : Jadi itu sebabnya kalian bersikeras tidak mau menjual rumah ini

Rian : Tidak pernah orang tua kita berpesan seperti itu

Levon : Sudahlah, engkau telah mengucapkannya tadi

Rian : Ucapan yang mana,?

Levon : Jangan membantah lagi tuan, dasar gila

Rian : Siapa yang gila,?

Levon : ya kamu, aku benar-benar akan menjadi gila berhadapan dengan kegilaan kata-kata mu (Meninggalkan Rian)

(Rian berdiri di depan Lemari dan Memperhatikannya)

Rian : Haruskah aku ceritakan semuanya, akankah aku biarkan saja menjadi rahasia sampai kapan pun,? Namun seberapa lama aku bertahan agar rumah ini tetap tidak di jual (terdiam)

Aku ingin menyapa angkasa, berterbangan bagai kunang-kunang, kecil, penuh kerlipan cahaya

Congkak aku akan benar ku. Angkuh aku akan daya ku, Namun Kasih-MU lahirkan aku dalam pesona maha besar-MU, Tuhan. Aku ingin menyapa angkasa, Melayang bagai burung, kepak sayap kibaskan angin bertiup, Menengadah dalam jeritan gundah, menggerutu dalam kata tak bertepi. Namun, Sayang-MU lahirkan aku dalam pesona maha besar-MU, Tuhan

Dalam renungan kisah dibalik kesunyian, dekap aku di pesona Maha besar-MU, Tuhan. Aku ingin menyapa angkasa, lantunkan senandung langit-langit

(Mahesa datang sambil membawa cangkul)

Mahesa : (kepada rian) mengapa kau tatap lemari itu,?

Rian : Aku bingung menjelaskan pada Levon, tentang alasan kita tidak menyetujui jika rumah ini dijual

Mahesa : Bukan rumah ini, sebenarnya adalah lemari ini karena pesan orang tua kita, jangan pernah memindahkan lemari ini dari tempatnya. Jika rumah ini dijual maka pemiliknya bisa saja memindahkan bahkan membuang lemari ini.

Rian : Aku paham Mahesa, disini engkau anak tertua. Engkau bernama Mahesa artinya pemimpin hebat, orang tua kita menitipkan do’a agar engkau mampu menjadi pengambil keputusan terbaik.

Mahesa : Sejak kapan engkau menjadi lebih pintar, bisa memaknai nama ku

Rian : Itu kata Levon

Mahesa : Oh kemana dia,?

Rian : Aku tidak tau, dia pergi setelah kami sedikit berdebat mengapa rumah ini tidak di jual.

Mahesa : Aku ada solusi, tadi dipasar terpikir sesuatu maka aku membeli cangkul ini, bagaimana kalau kita buat saja lobang dibawah lemari, kita kuburkan lemari. Dengan begitu lemari tetap diposisinya tanpa berpindah. Akhirnya rumah ini bisa kita jual, wasiat orang tua tidak terabaikan.

Rian : Itu ide bagus, namun kalau Levon bertanya kemana lemari ini, kita menjawab apa,?

Mahesa : Harus tetap kita rahasiakan, kalau kita ceritakan, maka akan timbul pertanyaan, ada apa dengan lemari ini,?

Rian : Kamu benar, kapan kita menggali lobang,?

Mahesa : Saat akhir pekan nanti, ketika Levon pergi bersama teman-temannya ke Pantai

Rian : (menggangguk)

(Tiba-tiba Levon datang)

Rian : Levon,?

Mahesa : (hanya melihat diam)

Levon : (melihat mahesa memegang cangkul) mau berkebun kau, mahesa,? Di dalam rumah ini,? Atau di dalam lemari,?

Mahesa : Ini untuk memperbaiki saluran limbah di belakang

Levon : Tidak ada masalah dengan saluran, apa yang mau dicangkul,? Kalaupun tersumbat biarkan saja, mungkin dengan begitu kalian berubah pikiran dan mau menjual rumah ini

Mahesa : Tidak, kita tidak boleh menjualnya. Sudah beberapa kali aku mengatakan, jangan lagi membahas akan menjual rumah ini

Levon : Apa kita akan terus berada di rumah dengan seonggok lemari dan satu radio tua itu,?

Mahesa : (marah) Apapun yang terjadi, runtuh pun langit ke bumi lemari itu tetap disitu. Tidak boleh ada yang memindahkan dari tempatnya!

Levon : Jadi ini sebab utamanya, lemari…ya lemari, bukan kalian tidak mau menjual rumah, namun lemari. Mengapa Mahesa,?

Mahesa : (kebingungan) Bukan itu….(menggumam, melihat Rian)

Levon : Kalian tidak menganggap aku saudara, kalian tidak menganggap aku ada, kalian menipu aku dengan berpura-pura peduli, kalian ini siapa sebenarnya,?

Mahesa : Kamu salah mengerti Levon, tidak seperti itu namun kami harus menjalankan wasiat orang tua kita

Levon : Wasiat untuk tidak menjual lemari ini,? Ada apa dengan lemari ini. Kalian membuat aku merasa asing di rumah sendiri, merasa tamu di rumah ku sendiri, merasa orang lain diantara saudara ku sendiri. Apa yang kalian sembunyikan,?

Coba Tengok Mimpi ku, Senyum pilu iringi kata itu. Terdengar ceria, namun itu Ku tembus langit, Ku hempaskan sakitnya tuk katakan. Tak terhapus satu cerita melayang, Tak hilang kenangan terbayang, Ku basuh luka, Ku genggam keras hati tuk membuang

Coba tengok, Sejuk Embun memeluk erat, Sekuntum bunga merekah sapa sang mentari, Suara burung berkicau memetik alunan angin. Mimpi ku, Kau disana

Coba kau lihat purnama, ingatlah akan sinarnya yang lembut atau pernahkah terpikir berbaring diantara bunga yang wangi. Coba lah berpikir “Aku rindu rona senyum indah walau aku berada dalam ketiadaan” hanya kata hati berjelaga menerawang bagaikan aroma mewangi, menusuk kedalam pori-pori rasa seluruh jiwa ku nan kosong

Andai saja aku adalah penyusun waktu, Maka aku akan menuai kesenangan paling egois di dunia ini, Menunjuk bintang berkelip di langit impian, Aku sendiri tidak pernah bosan mencari setitik warna dikubangan hitam nan kelam (bersuara keras) Jual saja rumah, lemari ini, radio ini!

RADIO BERBUNYI, TEMBANG LAWAS KESUKAAN ORANG TUA LEVON

(Rian dan Mahesa hening)

Levon : Lagi, dan lagi setiap kita membahas akan menjual rumah, radio itu dengan sendirinya berbunyi, selalu lagu lama kesukaan orang tua kita.

(Rian dan mahesa, tetap diam sambil melihat kearah radio)

Levon : (mematikan radio) sudah lah, aku ingin pergi berlibur akhir pekan. Apa yang sebenarnya, wasiat macam apa yang disampaikan orang tua kita, sehingga kalian pertahankan lemari ini,? Hanya benda untuk penyimpanan, Ruang, Tempat, Sekat, Pintu, Kunci, Gantungan, Baut, Alas, Pelapis, Cat, Engsel. Tidak ada yang istimewa, terbuat dari kayu bahkan sudah rongsok. (kepada rian dan mahesa) Coba lihat, makhluk saja tidak ada hidup disini,?

Rian : Bagaimana kalau lemari ini kita gunakan, masukkan Ikan-ikan kecil dalam satu wadah yang kita letakkan di setiap rak dalam lemari ini. Mungkin bisa bermanfaat dan lebih hidup juga menyejukkan mata saat membuka pintu lemari

Levon : (tertawa) dimana bagusnya,? Biarkan dia hidup bebas dilautan lepas. Tidak seperti kita hanya melihat lemari dan radio ini setiap waktu

Rian : Sampah membuat mereka tidak nyaman dilautan, lebih baik berada di Akuarium. Apa engkau tidak mengetahui, tangan-tangan egois dan perilaku buruk manusia yang membuang sampah sembarangan, yang pada akhirnya berujung di lautan.

Levon : Itu bukan urusan kita!

Rian : Kita ini sesama makhluk hidup harus saling menjaga, Lautan penuh dengan sampah, penuh plastik itu bisa membunuh hewan laut. Ah Sudahlah, perlu engkau ketahui sebagai makhluk yang berakal, sebaiknya kita belajar dari kehidupan hewan yang hidup di dalam air yaitu ikan. Hewan tersebut selalu berenang ke arah depan apapun kondisi yang dialaminya dan tidak pernah berenang mundur meskipun ada hal yang membuat dia untuk mundur. Seperti itulah yang harus kita contoh dalam meraih kesuksesan yang kita impikan. Jangan pernah mundur dalam hidup apapun yang terjadi.

Levon : ya seperti itulah kalian tidak pernah berubah pikiran, walaupun aku memaksa untuk menjual rumah ini,?

Rian : Bukan begitu, Mahesa ayo jelaskan pada Levon

Mahesa : Ada benarnya kata rian

Levon : Sudahlah, lemari bukan untuk menyimpan Makhluk hidup. Lemari hanyalah tempat menyimpan rahasia dan pada akhirnya hilang, kalian bahkan belum pernah membuka pintu lemari itu,?

Mahesa : Lemari menyimpan kehormatan seseorang, menyimpan jubah-jubah kebesaran seseorang, lemari penjaga terbaik…

Levon : Lemari juga pemisah antara si jelek dan si bagus, si pintar dan si bodoh, karena pakaian terhormat akan berbeda letak susunannya dengan celana dalam mu, walaupun masih dalam satu lemari. Sama seperti kita, kalian memiliki rahasia yang tidak aku ketahui. Aku merasa berada di rak berbeda di dalam lemari kita (mengingat sesuatu) Oh jadi itu sebabnya lemari ini dipertahankan, biar menjadi simbol perbedaan aku dan kalian.

Mahesa : Engkau berpikir terlalu jauh Levon

(Levon tidak menjawab dan berlalu pergi)

Rian : Apa yang harus kita lakukan, kalau seperti ini terus, lama-lama akan terbongkar rahasia besar kita, rahasia yang tidak mungkin kita ceritakan pada Levon

Mahesa : Sssssstttttt, nanti didengar Levon, apa kau sudah gila

Rian : (Bergegas menuju pintu belakang) Dia sudah pergi, berlibur katanya tadi, berlibur dalam khayalan seakan di pantai, padahal terduduk, tertawa sendiri, seolah sedang bersama teman-temannya. Semua hanya dalam imajinasi diantara pepohonan dan semak belukar. Benar kata wasiat orang tua nya kalau dia tidak waras…

Mahesa : Lalu apa yang kita lakukan, apa engkau lupa kata-kata yang diucapkan oleh kedua orang tua kita

Rian : Kita,? Mereka orang tua Levon, bukan kita. Kita terpaksa mengatakan Levon saudara kita, jika tidak ingin dihantui dan menjadi gila seperti Levon. Kita terjebak di rumah tua ini, ini adalah neraka bagi kita.

Mahesa : Saat akan merampok, bukankah engkau yang mengajak masuk ke rumah ini,?

Rian : (marah) Aku tidak mengetahui kalau hanya ada lemari dan radio tua ini, entah apa yang menyebabkan sampai kita membunuh orang tua nya, dan mendengar pula kata-kata terakhirnya untuk tidak memindahkan juga membuka pintu lemari itu, Kini kita terjebak disini bersama seseorang yang gila

Mahesa : Jika kita pergi, kita akan menjadi gila seperti sumpah orang tua Levon

Rian : Kalau begini terus, sudah dua kali purnama disini, kita tetap saja akan menjadi gila.

Mahesa : Kita buang lemari ini, aku tidak peduli lagi dengan wasiat yang diucapkan dua orang yang sudah membusuk di dalam tanah.

Rian : (menggangguk)

RIAN DAN MAHESA BERGEGAS MENGIKAT LEMARI, LANTAS MENARIKNYA DAN MENGELUARKAN DARI DALAM RUMAH. KEDUANYA MENEMBUS HUTAN DAN GELAPNYA MALAM.

Mahesa : Satu titik cahaya menyapa dikeheningan tak bertuan dalam seringai alunan nada-nada sayatan, sesosok manusia menanti dalam gerak dan langkah tertatih seakan pilu untuk tergerak melangkah menuju titik cahaya.

Walaupun ku merangkak diantara dentang, namun luka menganga, semarak malam menikam. Entah siang menabur tuak rindu, entah fajar menulis embun tragedi.

Ku tuang garam di cawan nestapa hingga meruah, di altar pembaringan sang durga, yang menyeringai gelap, menerawang. Angkara bukan salah ku, luka menganga, goresan gurat yang tersentuh bencana.

Rasa menyatu dalam diri dan jiwa atas kebusukan-kebusukan yang selama ini menjadi pakaian hidupnya, sehingga ketakutan menggumpal, menyiksa batin berada diantara kesalahan diri dan menyalahkan orang lain.

(Rian dan Mahesa mulai kelelahan)

Rian : Apakah kau baik saja Mahesa

Mahesa : iya, kita terus bergerak dan lemari ini telah membuat hidup kita sengsara, marilah Rian teruskan berjalan, tarik lemari ini hingga jauh.

Rian : Aku lelah, mari kita beristirahat sejenak, kaki terasa kaku dan sungguh aku lelah

Mahesa : Baiklah, kita sudah lumayan jauh. Kita duduk saja di dalam lemari itu, biar bisa tidur menjelang siang hari. Mari kita buka mungkin saja ada harta kekayaan didalamnya.

RIAN DAN MAHESA TERTIDUR SETELAH MEMBUKA PINTU LEMARI, LEVON DATANG DAN KEBINGUNGAN MELIHAT RIAN BERSAMA MAHESA TERBARING  BERADA DI DEKAT PINTU LEMARI

Levon : Sekarang mereka sendiri yang bermain-main dan melanggar wasiat, kalian juga bosan rupanya seperti aku (membuka lemari pakaian dan lemari yang terlihat rian dan mahesa tertidur) Hanya lemari ini yang menjadi tempat melepas lelah ku, jadikan rak ikan kata mu Rian, jadikan tempat bersembunyi kata mu Mahesa (tertawa). Jadikan saja cerita kalian, kalian pikir aku gila dan tidak mengetahui rahasia yang coba ditutup rapat. Lalu kalian akhirnya ingin membuang lemari yang dianggap barang rongsokan, lemari ini telah bersama sejak aku lahir.

Tertidurlah disana seperti kalian membuat orang tua ku berada disana hingga akhir hayatnya akibat kebiadaban kalian. Kini kalian menjadi seonggok sampah seperti lemari itu, hanya aku yang mampu bertahan di dalam sana karena roh orang tua ku menjaga nafas ku, kalian tidak mungkin bisa bertahan atas aroma racun yang ada disana.

LEVON MEMBUKA LEMARI TERDAPAT IKAN DALAM SATU WADAH, LEVON MENGELUARKAN DAN MELETAKKAN DI DEPAN LEMARI. LEVON MELIHAT IKAN SAMBIL MENGINGAT KENANGAN MASA LALUNYA.

Levon : Aku ingin membenci diri ku sendiri, hati ku sendiri, mencintai di waktu dan tempat yang salah, aku cinta kamu, aku ingin bersama mu. Tapi impian yang mustahil, takdir ku bukanlah kamu. Cuma kesunyian, jawaban atas ingin ku.

Angkara bukan ingin ku, luka duka goresan gurat, yang tersentuh liarnya cinta, ku tuang geram di kalbu hingga tidak seorangpun tau. Jangan bilang siapa-siapa, cukup antara kita saja.

Bukan kah kau juga merasakan hal yang sama, aku tau engkau sebenarnya tau, walau berkilah engkau hingga ujung jalan, detakan dan setiap tatapan mu menceritakan semua kehangatan itu. Aku hanya ingin berjalan menatap teduh, berpayung nyata ku. Aku hanya ingin melangkah terbentang alas, kelembutan rasa. Mungkin hanya kata, karena dirangkai dengan arti namun bisa juga kata, menuangkan murka dengan rangkaian.

Maaf kan aku atas rasa, tak kuasa aku membuangnya. Tak perlu engkau tertekan akan itu, biarkan saja aku menikmati keteduhan sinar mata mu, kelembutan senyuman mu bersama angan ku, aku genggam mimpi kosong, menyimpan sedalamnya sudut-sudut sunyi di lemari diri, lemari hari-hari ku, lemari yang akan terus ada selagi ku bernafas.

Terima kasih, meskipun sesaat aku begitu bahagia. Biarkan aku terus terpaku menyaksikan langit, penuh harap dan penantian yang tak bertepi atas semua mimpi.

LEVON KEMUDIAN MASUK KE DALAM LEMARI DAN MEMAINKAN PINTU LEMARI, TERDENGAR BERBUNYI YANG DIBUKA TUTUP BERULANG-ULANG KALI DIANTARA SUARA RADIO

Levon : (berguman) Engkau Lemari mimpi ku, lemari duka ku. Aku salah karena berusaha menyentuh hati mu, aku salah telah mengecup rasa dan bermimpi memeluk mu. Istirahatlah lemari ku, hati ku.

 

(Black Out)

(TAMAT)

 

 

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

+ 21 = 31