Palerak Pantang Wak Kocai “Turun Mandi Anak Keaek” di Taman Budaya Jambi
3 min readJAMBIDAILY SENI, Budaya – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata provinsi Jambi UPTD Taman Budaya Jambi (TBJ) persembahkan pentas apresiasi seni Palerak Pantang Wak Kocai “Turun Mandi Anak Keak” di Gedung Teater Arena Taman Budaya Jambi (Rabu, 07/09/2022).
Karya ini dalam upaya melestarikan dan mengembangkan kesenian di provinsi Jambi khususnya dan Indonesia umumnya, maka perlu dilakukan upaya kegiatan yang berpihak pada pemajuan kebudayaan daerah sebagai bentuk apresiasi kepada komunitas seni.
“Kami menyadari bahwa banyak upaya yang telah dilaksanakan pemerintah dan pihak-pihak terkait dalam mengembangkan kebudayaan dan kesenian daerah. Maka kami Palerak Pantang Wak Kocai “Turun Mandi Anak Keak (Ke Air-red)” yang merupakan tradisi turun temurun dalam masyarkat Jambi yang kebanyakan bermukin di pinggir Sungai Batanghari dan sungai-sungai lainnya,” Ungkap Wak Kocai yang terdiri dari 4 Personel tersebut.
Tradisi ini dilaksanakan setelah anak berusia 7 hari dan telah lepas tali pusat. Anak akan dimandikan di Jamban oleh keluarga yang dipercaya bersama kelengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaannya yaitu berupa kembang tujuh warna, banle jaringo, taik besi, benang dan jarum.
“Ritual ini untuk keselamatan agar terhindar dari mistik tasapo dari hantu aek. Setelah sampai di rumah kembali makan-makan dan menghibur diri,” Imbuhnya.
Menurut Eri Argawan, Kepala Taman Budaya Jambi bahwa Sekumpulan masyarakat menggunakan upacara adat sebagai media pewarisan norma-norma, adat istiadat dan kaidah-kaidah luhur dalam falsafah hidup. Hasil akhir yang dijelaskan dengan analisis sosiologis dan psikologis yaitu setiap budaya memiliki nilai-nilai sebagai akibat perilaku khusus setiap orang dalam budaya tersebut.
“Untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan, masyarakat menggunakan nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang tumbuh di lingkungannya. Dengan begitu, untuk kebutuhan masyarakat setempat dibuat nilai-nilai dan norma-norma yang sesuai dimana nantinya akan menjadi adat istiadat. Setiap daerah memiliki adat istiadat mereka sendiri dan adat istiadat tersebut mewujudkannya dalam bentuk tata upacara. Hubungan antara alam dan manusia tidak dapat dipisahkan karena hubungan mereka mempunyai nilai-nilai sakral yang sangat tinggi,” Jelas Eri Argawan.
Pentas ini diselenggarakan Pemerintah provinsi Jambi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata provinsi Jambi UPTD Taman Budaya Jambi, didukung penuh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui Dirjen Kebudayaan dalam bingkai Dana Alokasi Khusus (DAK).
Konsep upacara dalam pameran ini menurut Kepala Taman Budaya Jambi, Eri Argawan Sesuai kesepakatan seniman, bahwa tahun 2022 semua karya eksperimentasi, pengolahan dan Apresiasi di Taman Budaya Jambi wajib bertema Upacara.
“Inilah program pengembangan seni tradisional, kegiatan pembinaan kesenian yang masyarakatnya pelaku lintas daerah kabupaten/kota pada sub kegiatan peningkatan kapasitas tata kelola lembaga kesenian tradisional dan sub kegiatan peningkatan pendidikan dan pelatihan SDM kesenian tradisional,” Tandas Eri Argawan.