Mimpi Ku Kemarin Di Ujung Jalan Itu
16 min readKarya Hendry Nursal
Pemeran:
Raka : Usia 30 tahun, Wartawan
Istri Raka : Usia 23 tahun
Pras : Pimpinan Raka
Rey : Wartawan yang lebih mementingkan uang
Mafia : Pengusaha Kaya Raya Terlibat Bisnis Ilegal
Bos Aparat | Aparat I, II, III | Teman | Utusan Mafia | Penelpon
FADE IN
SEORANG WARTAWAN KETIKA SEDANG MEMOTRET AKTIVITAS ILEGAL, TIBA-TIBA DIDATANGI OLEH 3 ORANG APARAT, MAU DIAMBIL PERALATANNYA BERUPA KAMERA DAN TELEPON PINTAR. WARTAWAN TIDAK MENYERAHKAN SERTA MENOLAK SEHINGGA TERJADI SALING TARIK MENARIK
Raka : Hei, kenapa saya ditarik-tarik, kenapa saya dipegang seperti ini? Ada apa ini bang, saya wartawan, saya salah apa
Aparat I : (tidak menjawab dan terus berupaya menarik serta ingin mengambil kamera)
Raka : Lepaskan saya, ada apa ini? Apa salah saya, saya ini wartawan
Aparat I : Lantas kenapa kalau wartawan? (membentak) Kau pikir kami takut dengan wartawan! Apa yang kau potret? (menarik kamera)
Raka : Saya memotret untuk kebutuhan berita siber di tempat saya bekerja, salah saya apa. Saya dilindungi undang-undang dan berhak menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Saya sedang memotret karena adanya aktivitas ilegal!
Aparat II : (langsung memegang tangan Raka dari belakang)
Aparat I : (mengambil kamera dan melihat kartu tanda pengenal yang tergantung di leher Raka)
Aparat III : (menggeledah dan mengambil telepon pintarnya)
Raka : Kalian jangan semena-mena
APARAT TIDAK MENGACUHKAN DAN TERUS MEMERIKSA HASIL PEMOTRETAN DI KAMERA SERTA TELEPON PINTAR, LANTAS MENGHAPUSNYA
Raka : Aku akan melaporkan perbuatan kalian, kalian telah melakukan tindakan menghalangi-halangi seorang wartawan. Kalian telah melakukan kekerasan terhadap saya, kalian melakukan intimidasi dan ancaman
Aparat III : (melepaskan tangan Raka)
Aparat I : (mengembalikan kamera Raka) Ini kamera dan telepon mu, Ingat jangan kamu coba-coba kembali mengintai dan memotret semua aktivitas disini, apa kau paham!
Raka : Kalian akan saya laporkan, karena kalian melindungi perbuatan Ilegal, kalian menghalangi wartawan, kalian melakukan pengancaman dan melakukan kekerasan
Aparat II : (tertawa) mana buktinya kami melindungi kegiatan Ilegal?
Raka : Kalian menghapus bukti aktivitas ilegal yang aku dapatkan
Aparat III : Mana saksinya? Kami juga tidak melakukan kekerasan, mana bukti luka di tubuh mu? Kami menghalangi profesi mu, melakukan pengancaman pada mu? Mana saksinya?
Aparat I : (sambil tersenyum) silahkan laporkan, maka kami akan laporkan kembali kamu atas tuduhan pencemaran nama baik
Raka : (terdiam)
APARAT MENINGGALKAN RAKA, SEDANGKAN RAKA TIDAK BISA BERBUAT BANYAK ATAS PERISTIWA YANG BARU SAJA DIALAMINYA. SEMENTARA ITU, ISTRINYA TERLIHAT GELISAH KARENA SUDAH LARUT MALAM RAKA BELUM PULANG
Istri Raka : Kemana ya suami ku, kenapa belum pulang? (gelisah dan coba menelpon)
Raka : (mengetuk pintu saat akan memasuki rumah dengan wajah yang muram, namun dia rubah menjadi ceria agar Istrinya tidak mengetahui)
Istri Raka : Abang baru pulang, Abang sudah makan? (sambil membawa segelar air minum dan kopi)
Raka : (dengan senyum ceria) Abang sudah makan
Istri Raka : Abang kenapa baru pulang?
Raka : Tadi ada liputan khusus dan menunggu Konferensi pers yang waktunya molor, jadi abang pulangnya kemalaman.
Istri Raka : ya udah, mari istirahat
Raka : Kamu duluan saja ya, Abang menyelesaikan satu pemberitaan. Terkait Bisnis Ilegal yang dimiliki seseorang bernama Kai
Istri Raka : Hati-hati bang, karena itu berbahaya
Raka : Abang tidak akan menyebutkan nama bahkan Inisial di dalam tulisan berita
Istri Raka : Baiklah, setelah itu langsung istirahat. Ingat abang juga harus jaga kesehatan
Raka : (menjawab dengan senyuman)
RAKA BERGEGAS MEMBUKA LAPTOP DAN MENGETIK BERITA YANG BARU SAJA DIA SELIDIKI. NAMUN DIA TERLIHAT RAGU UNTUK MENYIARKAN BERITA TERSEBUT. DIA TERLIHAT BERPIKIR KERAS DAN MEMUTUSKAN MENYIARKANNYA, RAKA AKHIRNYA TERTIDUR DI DEPAN LAPTOP HINGGA PAGI MENJELANG.
Raka : (terbangun adanya suara telepon) hallo, iya
Mafia : Hebat berita mu, kau Raka ya?
Raka : iya saya Raka, anda siapa ya? Berita yang mana?
Mafia : Berita kamu baru saya baca pagi ini, hebat kamu. Semua orang tau siapa saya
Raka : Oh anda Kai, gimana pak? Apa yang bisa diluruskan? Apakah bapak mau saya wawancarai untuk menuntaskan berita saya, karena saya sudah berusaha berkomunikasi namun telepon saya tidak dijawab oleh bapak
Mafia : kamu tidak perlu basa-basi, berita kamu hebat
Raka : Ada yang salah pak, saya tidak menyebutkan nama bahkan inisial Anda
Mafia : Tanpa kamu menyebutkan nama pun, semua orang juga tau saya yang menguasai seluruh wilayah disini dan itu bisnis saya
Raka : Saya tetap tidak dalam posisi menuduh siapapun (telepon terputus) hallo…hallo pak
Istri Raka : Ada apa bang?
Raka : Tidak apa-apa, kamu sudah bangun ya?
Istri Raka : Abang mau saya buatkan kopi?
Raka : Boleh
Istri Raka : (sambil membawa segelas kopi) bang, saya pergi dulu ya, mau berbelanja ke pasar
Raka : Anak-anak masih tidur ya?
Istri Raka : Tadi pagi, sebelum abang bangun, anak-anak ke rumah neneknya
Raka : Baik, hati-hati membawa motornya
Istri Raka : Iya bang (cium tangan dan berlalu pergi)
Raka : (telepon kembali berdering) hallo pak
Mafia : kamu mau coba-coba dengan saya ya?
Raka : Waduh maaf pak, saya hanya manusia biasa, bukan orang hebat dan berpengaruh seperti bapak
Mafia : Tapi kamu berani menantang saya, berita kamu adalah tantangan untuk saya
Raka : Saya tidak menantang bapak, kalau bapak seperti ini artinya berita saya benar ya pak? Kalau bapak merasa itu salah, saya bisa kutip sekarang dan lakukan sanggahan pak
Mafia : Kamu benar-benar ingin mati ya, aku habisi kamu!
Raka : Saya tidak berani pak, saya orang lemah pak, hanyalah wartawan biasa di media siber dari perusahaan kecil
Mafia : Saya tau dimana kamu, saya habisi keluarga kamu
Raka : (marah) Hei kamu, dengar saya baik-baik, dari tadi saya berlaku sopan menjawab telepon kamu. Berita saya tidak ada menyebutkan nama kamu, kamu mau laporkan saya secara jalur hukum, silahkan! Saya mengetahui semua aktivitas ilegal yang kamu lakukan. Kamu jangan membawa-bawa keluarga saya! Urusannya ada di saya, kamu catat alamat saya, saya tinggal di lorong Kenangan, anda masuk lalu belok ke kanan, ikuti jalan itu hingga berjumpa Masjid berjarak 200 meter disebelah kiri rumah kontrakan warna kuning 12 pintu, saya nomor tiga. Jika keluarga saya anda sentuh, saya yang akan menjadi Iblis pencabut nyawa Anda. Saya sudah biasa lapar, saya tidak takut mati, apa Anda sanggup untuk miskin, untuk lapar?
Mafia : (mematikan telepon)
Raka : Hallo, hallo
Raka : (Telepon berdering) hallo…
Penelpon : Kamu jangan coba-coba mengganggu hidup orang lain!
Raka : Kamu siapa?
Penelpon : Aku habisi kamu!
Raka : kamu coba mengancam saya, kamu….(telepon mati)
KETUKAN PINTU TERDENGAR
Raka : Iya, sebentar (menuju pintu dan membuka pintu terlihat 3 Aparat yang telah menghapus hasil potretan Raka) ada apa kalian datang ke rumah saya?
Aparat I : kamu memang mau mencari mati! (mendorong masuk ke dalam rumah hingga terduduk di kursi)
Raka : Apa salah saya
Aparat I : Jangan berlagak bodoh kamu!
Istri Raka : Assalamualaikum… (melihat Raka bersama 3 Orang)
Aparat : (dikejutkan dengan pulangnya Istri Raka dan langsung berubah sikap)
Istri Raka : Eh tamu, kok tidak dibuatkan minuman bang
Aparat I : Tidak apa-apa bu, kami cuma sebentar dan kebetulah lewat tadi. Ini udah mau pergi lagi
Istri Raka : Oh begitu baiklah, saya tinggal ke belakang ya, mau menjemur pakaian (sembari menuju masuk)
Aparat I : Baik ibu (Kepada Raka) kamu akan terima akibatnya nanti (meninggalkan rumah Raka)
3 APARAT MENINGGALKAN RUMAH RAKA, SEMENTARA RAKA MASIH TETAP DUDUK. TAK LAMA KEMUDIAN PRAS DATANG MENJUMPAI RAKA
Pras : (mengetuk pintu)
Raka : (berdiri dan membuka pintu) Eh pak pras, masuk pak, silahkan duduk pak (memanggil istrinya) sayang, ada pak pras
Istri Raka : Apa kabarnya pak pras, mau saya buatkan minuman teh kopi atau mau apa pak?
Pras : Terima kasih, air biasa saja karena saya cuma mampir sebentar
Istri Raka : baik pak (masuk ke dalam)
Raka : Dari mana ini pak? Sepertinya ada sesuatu yang sangat penting, yang harus dibicarakan
Pras : Jadi Begini
Istri Raka : (membawa segelar air) Silahkan pak pras, dan saya tinggal ya pak
Pras : baik, terima kasih (kepada Raka) saya ingin membicarakan terkait pemberitaan kamu mengenai aktivitas Ilegal
Raka : pak pras ditelpon oleh mereka?
Pras : Tidak, cuma ada beberapa rekan mengingatkan saya untuk waspada selaku pimpinan. Namun, kamu tentunya juga harus sangat berhati-hati. Kamu menghadapi bukan sembarang orang, itu berbahaya.
Raka : Lantas, bapak meminta saya untuk menghapus berita tersebut?
Pras : Tidak, saya tau persis sikap kamu. Dan setiap berita yang sangat sensitif mana mungkin kamu siarkan jika tidak dengan bukti, fakta, serta data yang kuat.
Raka : Saya akan terus menjaga itu pak, walaupun sudah ada ancaman yang datang ke saya
Pras : Berhati-hatilah, kalau ada ancaman dan kekerasan kepada mu maka kita akan tempuh jalur hukum. Tapi itu tidak mudah! dan satu hal Keselamatan dan nyawa kamu jauh lebih berharga.
Raka : Baik pak
Pras : Kalau begitu saya permisi ya, berhati-hatilah. Lalu saya berharap kemanapun kamu pergi dalam satu pekan ini, harus meninggalkan jejak dengan cara berkabar kepada saya juga istri mu. Kita tetap harus meminimalisir resiko. Ya sudah saya permisi ya, salam dengan istri mu
Raka : Baik pak, terima kasih pak
PRAS MENINGGALKAN RAKA, BERIRINGAN DATANGNYA REY
Rey : Pak pras
Pras : Rey, gimana kabar kamu, sehat?
Rey : Sehat pak
Pras : Saya pamit duluan ya
Rey : Baik pak
Raka : Ayo masuk Rey
Istri Raka : Lah kemana Pak Pras? Rey baru datang? Mau saya buatkan minum apa
Raka : Iya, Pak Pras hanya sebentar
Rey : Kopi boleh deh kak
Istri Raka : Sebentar ya
Raka : Dari mana kamu, habis liputan ya?
Rey : Iya, tadi liputan biasalah. Berita ringan untuk Advertorial, tugas kantor. Setelah itu bingung mau kemana lagi, dari pada saya jalan tak jelas ya saya mampir kesini saja.
Istri Raka : Ini kopinya, dan saya tinggal ya. Bang Raka, saya mau ke rumah ibu ya mau antar makanan kesukaannya dan lihat anak-anak.
Raka : Baik sayang, hati-hati dan salam sama ibu
Istri Raka : Baik bang (berlalu pergi)
Rey : (melihat Raka) kamu kelihatan muram, ada masalah apa kamu?
Raka : Tidak, tidak ada masalah
Rey : Kamu cerita saja, ada apa? Masalah dengan istri mu? Atau masalah keuangan
Raka : Tidak
Rey : Dengan tetangga atau teman sesama wartawan?
Raka : Tidak juga
Rey : Masalah berita?
Raka : (diam saja)
Rey : kamu cerita, mungkin kita bisa temukan solusinya
Raka : Iya, saya sedang bermasalah dengan berita. Saya menulis terkait ilegal dan saat ini saya sedang mendapat ancaman, bahkan mau dibunuh
Rey : Sudahlah kamu hentikan saja, terima saja apa penawaran mereka
Raka : Saya tidak mau, apa salahnya berita saya. Faktanya mereka memang salah, mereka melanggar hukum
Rey : Iya saya paham, tapi sampai kapan kamu berada disituasi yang mengancan nyawa mu, istri mu, anak mu dan siapa saja yang berada di dekat mu
Raka : Kalau mereka melakukan itu, saya tidak akan tinggal diam
Rey : Seberapa kuat kamu? Jangan terlalu berlebihan, jangan meletakkan nyawa mu di ujung jalan
Raka : Iya, mimpi ku kemarin di ujung jalan itu
Rey : Itu pertanda, jangan lagi kamu teruskan. Biarkan saja pihak berwenang yang menyelesaikannya
Raka : Tapi…
Rey : Tidak usah lagi membantah, aku ini teman mu. Aku peduli dengan keselamatan kamu dan keluarga. Ingat tidak ada berita seharga nyawa, walaupun kita memikirkan untuk kebaikan orang banyak. Daya kita sangat terbatas, pada hakikatnya kita ini hanyalah menyampaikan. Hanya pembaca yang menyimpulkan, kita bukan pengambil keputusan.
Raka : itu yang aku lakukan
Rey : Kamu menyentuh area berbahaya, ingat keselamatan mu
TERDENGAR SUARA MENGETUK PINTU
Raka : (Menuju pintu dan membukanya) Kamu siapa? Dan mencari siapa?
Utusan : Boleh saya masuk, nanti saya jelaskan di dalam
Raka : Silahkan
Rey : Maaf anda siapa?
Raka : Rey (memintanya untuk diam)
Utusan : Dia siapa? Keluarga atau teman mu
Raka : Dia teman saya sesama wartawan
Utusan : Suruh dia keluar, saya hanya ingin berbicara dengan kamu
Rey : Maksud kamu!
Raka : Biarkan saja dia disini, tidak masalah dan dia bisa dipercaya
Utusan : Saya datang membawa pesan dari bos kami Pak Kai (meletakkan sebuah bungkusan besar) silahkan dibuka
Raka : (membuka dan terkejut melihat tumpukan uang) apa maksudnya ini?
Utusan : Kami hanya mengantarkan
Rey : Terima saja Raka
Raka : Tidak
Rey : (menarik Raka berdiri) ambil saja, sudahlah! Itu uang yang jumlahnya besar, bisa kamu gunakan untuk membeli rumah. Tidak lagi seperti ini mengontrak bertahun-tahun
Raka : Tapi tidak dengan uang dari cara begini
Rey : kamu tidak memintanya, mereka yang memberi. Apa salahnya menerima pemberian orang lain
Raka : Itu semua adalah suap, itu semua untuk membunuh suara ku, menumpulkan hati ku selamanya. Itu semua untuk menutup semua fakta yang aku ketahui
Rey : kamu dengarkan aku baik-baik, kawan ada masanya kita memakai jubah Idealisme itu dan ada masanya membuka
Raka : Saya tidak mau
Rey : terserah kamu!
Raka : (kepada utusan Kai) Anda silahkan bawa kembali uang ini, silahkan sampaikan pesan saya, bahwa saya tidak mau menerima pemberian ini
Utusan : kalau bos kami marah, kamu akan menerima akibatnya. Semua berada dalam kendali dia, kamu tidak bisa minta tolong kemana pun!
Raka : Bisa! (marah) Dia bukan Tuhan, dan aku yakin masih sangat banyak aparat penegak hukum yang menjaga amanahnya dengan baik. Silahkan anda pergi, jangan pernah kembali lagi. Apapun yang kalian berikan, aku menolak
Utusan : Baik (pergi meninggalkan Raka dan Rey)
Rey : kamu mau apa? Mereka bukan sekedar memberikan itu, tapi juga sebagai pertanda mereka tidak lagi membuat mu berada dalam ancaman
Raka : Sekali tidak tetap tidak
Rey : (menggelengkan kepala dan meninggalkan Raka)
ADA SUARA LUMAYAN KERAS MEMANGGIL NAMA RAKA, DATANG BOS APARAT BERSAMA BAWAHANNYA
Bos Aprat : Raka, hei keluar kamu
Raka : (Raka menuju pintu) Kamu siapa?
Bos Aprat : (Membuka kacamata dan topi) Raka?
Raka : Nah, Pak? Saya pikir siapa teriak di depan pintu. Masuk pak, mari pak
Bos Aprat : Saya pikir Raka yang disebut-sebut siapa, ternyata kamu. (kepada bawahannya) Kalau ini adik saya, jangan ada yang menyentuhnya!
Aparat I : Siap Pak
Bos Aprat : Apakah kamu dipukuli mereka? Apa mereka melakukan kekerasan pada mu Raka?
Raka : Tidak pak, mereka tidak ada memukul saya
Bos Aprat : Kamu sendirian di rumah?
Raka : Iya istri saya sedang berkunjung ke rumah orang tua
Bos Aprat : baik, kita langsung saja ke pokok permasalahan. Selain mereka bertiga, apakah ada lagi yang datang kesini dan mengancam keselamatan mu?
Raka : Kai yang mengancam saya melalui telepon karena berita padahal saya tidak menyebut namanya bahkan Inisial, tadi ada utusannya kesini membawa sejumlah uang dan saya menolaknya
Bos Aprat : Saya sudah mengira itu yang terjadi, kamu pasti menolak. Saya kenal betul dengan pendirian mu, saya dikirimkan pesan oleh beliau. Silahkan baca sendiri (melihat pesan di telepon genggamnya)
Raka : Lakukan saja pak, biar tidak dianggap membangkang
Bos Aprat : Kamu gila apa! Kamu adik saya, tidak! Kamu adik saya, kamu wartawan benar, wartawan yang menjalankan fungsi sebenarnya, wartawan yang menulis berita berdasar data. Saya pikir wartawan yang dimaksud dia, adalah wartawan yang hanya mengincar uangnya, yang menjadikan berita sebagai senjata
Raka : Saya jadi merasa bersalah kalau berita ini juga berakibat buruk bagi bapak
Bos Aprat : Tidak, tidak berefek apapun bagi saya. Nanti saya jelaskan kepada beliau (kepada bawahannya) kalian mulai detik ini jangan ganggu Raka terkait beritanya kemarin (kepada Raka) jika ada yang mengkhawatirkan telepon saya atau mereka (kepada bawahannya) kalian siaga, jika ada telepon dari Raka, segera kesini
Aparat : Siap Pak Laksanakan!
Bos Aprat : Raka, kamu paham betul dan saya tidak perlu lagi menjelaskan penyebab saya sampai kesini. Terpenting permasalahan yang engkau ungkap ke publik, biarkan penegak hukum bekerja. Lalu ingat, keselamatan mu yang utama
Raka : baik pak
Bos Aprat : Saya permisi ya dan jangan lupa pesan saya
Raka : (mengangguk)
BOS APARAT BERSAMA BAWAHANNYA MENINGGALKAN RUMAH RAKA, TAK LAMA DATANG LAGI TEMAN RAKA YANG TERNYATA JUGA TEMAN KAI
Teman : Permisi
Raka : Iya, wah…abang, lumayan lama kita tidak berjumpa. Masuk bang, ada apa ini gerangan menyempatkan diri mampir ke rumah saya
Teman : Saya langsung aja, kamu ada masalah apa dengan Kai?
Raka : Ternyata masih masalah orang yang sama, silih berganti yang datang ke rumah saya termasuk abang, yang dibahas ialah Kai. Lantas apa tujuan abang datang, meminta saya menghapus berita! Apakah abang sudah membaca berita saya? saya tidak menyebutkan nama Kai dalam pemberitaan. Abang mengenal saya selama ini, saya tidak suka menghapus berita
Teman : Iya saya sudah membaca berita mu dan saya datang ini bukan meminta kamu untuk menghapus berita, saya paham betul dengan kamu. Dan kamu tau sendiri, selama kita berteman saya tidak pernah mencampuri profesi mu. Kebetulan Kai menelpon saya, menceritakan pemberitaan kamu. Raka, saya tidak meminta apapun. Tetapi kamu mengetahui bahwa beberapa bulan belakangan dia adalah pelanggan terbesar di tempat usaha yang saya bangun selama ini dan sempat hampir bangkrut. Ada lebih dari 40 orang karyawan yang bekerja, kehadiran Kai menyelamatkan karyawan saya, jika tutup kasihan karyawan saya.
Raka : (terdiam)
Teman : Aku hanya ingin mengatakan itu saja
Raka : Baik, saya akan hentikan beritanya namun tidak untuk menghapus berita yang sudah ada. Lalu sampaikan pesan pada Kai, dia tidak perlu mengancam dan mengirimkan apapun untuk saya
Teman : Sebentar saya telepon Kai (berbicara di telepon) hallo kai, iya saya sedang bersama Raka. Raka berpesan Kai tidak perlu mengancam dan mengirimkan apapun. Baik, baik Kai akan saya sampaikan (kepada Raka) Kai ingin mengajak mu berbisnis, keputusan ada di tangan kamu
Raka : Saya akan bicarakan dengan Istri
Teman : Kenapa harus dibicarakan ke Istri?
Raka : Saya bekerja dan mencari nafkah untuk dia, dia harus mengetahui dari mana uang yang saya berikan
Teman : Saya tunggu kabar dari mu dan saya permisi
Raka : baik , terima kasih bang
TEMAN RAKA, PERGI BERLALU MENINGGALKAN RUMAH RAKA. RAKA TERUS BERPIKIR TERKAIT TAWARAN BERBISNIS, BEBERAPA SAAT KEMUDIAN ISTRINYA PULANG
Istri Raka : (Tanpa mengetuk dan salam) Pintunya kenapa terbuka bang? Ini udah mau gelap
Raka : (tersenyum) Kamu udah pulang, bagaimana kabar ibu? Anak-anak mana?
Istri Raka : baik bang, sehat. Anak-anak nanti Jam 8 diantar ibu.
Raka : Sini duduk, abang mau menanyakan sesuatu. Kamu bosan tidak hidup di rumah kontrakan, inginkah tinggal di rumah sendiri dan lebih besar, punya mobil dan lainnya
Istri Raka : Sangat ingin, sudah sangat bosan berada di rumah kontrakan
Raka : Jadi abang ada tawaran bisnis dari Kai, nanti kita bisa beli rumah tidak lagi tinggal dikontrakan, bisa punya mobil. Kamu mau kan? abang ingin membuat mu merasakan hidup lebih mapan, mimpi abang kemarin di ujung jalan itu
Istri Raka : Mimpi apa bang, ada apa di ujung jalan
Raka : Abang beberapa malam ini sering bermimpi seakan umur tidak lagi panjang. Abang memikirkan kamu dan anak-anak
Istri Raka : Jangan seperti itu bang, jangan mendahului Tuhan. Semua manusia akan berada di ujung jalan itu, ujung jalan kehidupan yaitu Kematian. Bisnis yang abang maksud, bukankah yang tadi malam abang beritakan?
Raka : Iya benar (bersemangat)
Istri Raka : (tersenyum) Saya tidak bosan bang tinggal di rumah kontrakan, saya merasa sangat nyaman, menikmati dan bahagia tinggal dikontrakan ini karena bayarnya betul-betul hasil keringat. Biarlah tidak punya rumah besar, mobil mewah kalau harus terlibat bisnis itu
Raka : (tersenyum) Inilah yang selalu membuat abang memiliki semangat sendiri, dan terima kasih untuk terus berada disamping ku
Istri Raka : sama-sama Abang
Raka : (mau memeluk)
Istri Raka : Etttt…..abang belum mandi, mandi sana
Raka : Nanti aja sekalian
Istri Raka : Maksudnya, udah hampir jam 7 malam ini
Raka : Mumpung anak-anak masih di tempat neneknya, nanti saja Sekalian mandi wajib (mematikan lampu)
FADE OUT
T A M A T