Kita Menulis Akhir Cerita Kita Sendiri
10 min readKarya Hendry Nursal
Pemeran:
Raka : Usia 30 tahun, Wartawan
Istri Raka : Usia 23 tahun
Pras : Pimpinan Raka
Rey, Ardi : Wartawan
Mafia : Pengusaha Kaya Raya Terlibat Bisnis Ilegal
Pejabat, Ajudan, Wanita I, II, Pria I, II, III, Pedagang, Penjual, Aparat I, II, III
FADE IN
SEDANG TERBARING TIDUR DI SEBUAH RUANGAN SEORANG WARTAWAN BERMIMPI KETIKA SEDANG MEMOTRET AKTIVITAS ILEGAL, TIBA-TIBA DIDATANGI OLEH 3 ORANG APARAT, MAU DIAMBIL PERALATANNYA BERUPA KAMERA DAN TELEPON PINTAR. WARTAWAN TIDAK MENYERAHKAN SERTA MENOLAK SEHINGGA TERJADI SALING TARIK MENARIK
Raka : Hei, kenapa saya ditarik-tarik, kenapa saya dipegang seperti ini? Ada apa ini bang, saya wartawan, saya salah apa
Raka : Lepaskan saya, ada apa ini? Apa salah saya, saya ini wartawan
Raka : Saya memotret untuk kebutuhan berita siber di tempat saya bekerja, salah saya apa. Saya dilindungi undang-undang dan berhak menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Saya sedang memotret karena adanya aktivitas ilegal!
Raka : Kalian jangan semena-mena
APARAT TIDAK MENGACUHKAN DAN TERUS MEMERIKSA HASIL PEMOTRETAN DI KAMERA SERTA TELEPON PINTAR, LANTAS MENGHAPUSNYA
Raka : Aku akan melaporkan perbuatan kalian, kalian telah melakukan tindakan menghalangi-halangi seorang wartawan. Kalian telah melakukan kekerasan terhadap saya, kalian melakukan intimidasi dan ancaman
Raka : Kalian akan saya laporkan, karena kalian melindungi perbuatan Ilegal, kalian menghalangi wartawan, kalian melakukan pengancaman dan melakukan kekerasan
Raka : Kalian menghapus bukti aktivitas ilegal yang aku dapatkan
Raka : (terdiam)
APARAT MENINGGALKAN RAKA, SEDANGKAN RAKA TIDAK BISA BERBUAT BANYAK ATAS PERISTIWA YANG BARU SAJA DIALAMINYA. SEMENTARA ITU, ISTRINYA TIBA-TIBA MEMBANGUN RAKA DARI MIMPINYA
Istri Raka : Kamu kenapa bang? Bang, bangun bang
Raka : (masih berteriak agar dijauhi) Jangan, jangan, kalian sudah menghapus semua foto dan rekaman bukti, kalian mau apa lagi
Istri Raka : Bang, aku istri mu! Bangun bang
Raka : (terbangun) Kenapa dengan ku?
Istri Raka : Kamu tertidur disini bang, aku baru kembali dari rumah Ibu. Abang sudah pulang dari tadi ya, Abang sudah makan?
Raka : (dengan senyum ceria) Abang sudah makan, jam berapa sekarang?
Istri Raka : Jam 9 Malam, Abang mau saya buatkan kopi?
Raka : Boleh (termenung)
Istri Raka : (sambil membawakan segelas kopi dan air biasa) Abang kenapa sampai mengigau begitu, berteriak-teriak?
Raka : Mungkin abang kelelahan
Istri Raka : ya udah, mari istirahat
Raka : Kamu duluan saja ya, Abang menyelesaikan satu pemberitaan. Terkait Bisnis Ilegal yang dimiliki seseorang bernama Kai
Istri Raka : Hati-hati bang, karena itu berbahaya. Mungkin itu juga menyebabkan abang sampai mengigau tadi
Raka : Tidak kok, abang akan berhati-hati, Abang tidak akan menyebutkan nama bahkan Inisial di dalam tulisan berita
Istri Raka : Baiklah, setelah itu langsung istirahat. Ingat abang juga harus jaga kesehatan
Raka : (menjawab dengan senyuman)
RAKA BERGEGAS MEMBUKA LAPTOP DAN MENGETIK BERITA YANG BARU SAJA DIA SELIDIKI. NAMUN DIA TERLIHAT RAGU UNTUK MENYIARKAN BERITA TERSEBUT.
DIA TERLIHAT BERPIKIR KERAS DAN MEMUTUSKAN MENYIARKANNYA, RAKA LALU TERMENUNG. DALAM LAMUNANNYA TERLIHAT BANYAK ORANG BERLALU LALANG, DENGAN KESIBUKAN MASING
Wanita I : Kamu ada baca berita tidak?
Wanita II : Berita yang mana?
Wanita I : Terkait aktivitas Ilegal, saya mendukung wartawan itu agar terus membongkar praktek-praktek yang merugikan negara
Wanita II : Tapi itu berbahaya bagi keselamatan dan keamanan dia maupun keluarganya
Wanita I : Saya yakin banyak pihak yang akan berada disebelahnya melindungi (kemudian berlalu pergi)
Wanita II : (Mengikuti Wanita I berjalan) Kita pikirkan saja harga-harga pada mahal, terpenting isi dompet aman, dapur mengepul
Pedagang : Berita hari ini sangat hebat
Penjual : Apa hebatnya?
Pedagang : iya, terkait aktivitas Ilegal
Penjual : Halahhh….nanti juga hilang, kalau mengucur uang banyak ke wartawannya
Pedagang : Tidak boleh menuduh seperti itu
Penjual : Aktivitas Ilegal, kalau mereka berani berbuat artinya mereka kuat, paham sendiri apa yang saya maksud kuat, kuat uangnya dan kuat….ah sudahlah. Nantinya juga beritanya hilang sendiri
Pedagang : Minimal wartawan telah membuka aktivitas itu, perkara ditindaklanjuti atau tidak, selesai atau tidak, berimbas atau tidak? Itu urusan belakangan
Penjual : Sudah, sudah kita berdagang saja yang rajin. Hari ini kalau dagangan kita tak ada yang beli, kita makan nasi pakai garam. Pikirkan saja diri kita, paham!
Pedagang : (diam saja dan berlalu pergi)
Pria I : (Sambil berjalan lalu terhenti) Apakah kalian sudah membaca berita siber pagi ini?
Pria II : Belum bos
Pria III : Iya Belum
Pria I : Tentang aktivitas Ilegal, kalian harus temukan wartawannya. Berikan dia semangat dan sampaikan pesan saya jangan takut dengan semua jenis ancaman dari pihak-pihak yang terlibat
Pria II : Kenapa harus didukung bos, bukankah yang diberitakan adalah saingan kita? Biarkan saja bos
Pria I : Kau harus paham, jika wartawan itu tidak lagi memberitakan maka merugikan kita, kalau dia meneruskan maka bisnis kita bisa meraih keuntungan lebih besar lagi.
Pria III : Tapi bos, kita juga berkecimpung di jalur di Ilegal. Nanti kita juga terkena imbas
Pria I : Makanya kita dorong terus wartawan itu, sehingga perhatian masyarakat terus ke saingan bisnis kita, paham?
Pria II : Paham bos
Pria III : Siap laksanakan (berlalu pergi)
Pejabat : (bersama satu Ajudan) apa agenda kita hari ini?
Ajudan : Sudah semua pak, agenda berikutnya hari esok
Pejabat : Bagus, kamu ada membaca berita hari ini
Ajudan : Belum pak
Pejabat : Pemberitaan terkait Aktivitas Ilegal, kalau nanti terus bergulir dan saya diminta pendapat, bagaimana?
Ajudan : Saya pikir bapak cukup menjawab dengan cara normatif saja
Pejabat : Contohnya?
Ajudan : Iya, (mencontohkan) saya selaku pemimpin di daerah ini tentunya memberikan perhatian lebih terhadap aktivitas Ilegal karena itu merugikan bagi negara, merugikan bagi masyarakat luas. Aktivitas itu dilarang, melanggar hukum! Namun kita percayakan sepenuhnya pada penegak hukum (kepada pejabat) begitu pak kira-kira
Pejabat : kalau wartawan menganggap kita membiarkan aktivitas itu, dan ada dugaan terlibatnya bawahaan saya, bagaimana?
Ajudan : (kembali mencontohkan) Tidak mungkin kami membiarkan, kita ini negara hukum. Terkait keterlibatan bawahan saya? Itu hanya dugaan perlu pembuktian, saya tentu akan menindak tegas jika bawahan saya terlibat (kepada pejabat) begitu pak
Pejabat : baik, saya akan jawab seperti itu (sembari berjalan)
PRAS SELAKU PIMPINAN DI TEMPAT RAKA BEKERJA MENDAPATKAN TELEPON TERKAIT PEMBERITAAN AKTIVITAS ILEGAL DI MEDIANYA
Pras : (sedang menelpon) hallo, iya saya pras. Ada yang bisa saya bantu pak?
Pras : Oh terkait berita hari ini, saya memberikan wewenang penuh pada Raka, sangat menghormati karya jurnalistiknya.
Pras : Betul saya pimpinannya, dan saya sudah membaca pemberitaan tersebut. Tidak ada yang dilanggar secara Kode etik, tidak juga memenuhi unsur pidana untuk tulisannya
Pras : Maaf, jika berita menyalahi baru saya akan minta dia perbaiki. Kalaupun anda merasa keberatan, silahkan lakukan hak jawab
Pras : (telepon dimatikan) hallo, hallo…..(berlalu pergi)
Rey : (Kepada Ardi) Berita Raka hari ini, terlalu berani
Ardi : Apa salahnya, dia memiliki data dan fakta yang lengkap
Rey : Dia akan berhadapan dengan masalah besar, Orang besar, Uang besar dan tentunya Resiko besar
Ardi : Selagi dia punya bukti, kenapa takut dan kalaupun dia mengalami peristiwa kejahatan setelah berita Aktivitas Ilegal, dia juga bisa melaporkan ke jalur hukum
Rey : (tertawa)
Ardi : Kenapa? Kita sudah seharusnya memberikan dukungan pada Raka selaku sesama Wartawan
Rey : Tak cukup cuma sekedar ucapan “teruskan Raka, kamu hebat, kamu harus tuntaskan, kamu jangan takut dengan ancaman dari pihak manapun” kamu pikir dengan begitu Raka bisa aman?
Ardi : Terpenting tidak menjatuhkan sesama wartawan, apalagi malah membela yang dia beritakan!
Rey : Sudahlah, berpikir saja tugas dari kantor, Udah siang ini (mereka berlalu pergi
SETELAH BEGITU BANYAK MELAMUNNYA, RAKA TERTIDUR DAN DIA KEMBALI MENGIGAU
Raka : Hei, kenapa saya ditarik-tarik, kenapa saya dipegang seperti ini? Ada apa ini bang, saya wartawan, saya salah apa
Raka : Lepaskan saya, ada apa ini? Apa salah saya, saya ini wartawan
Raka : Saya memotret untuk kebutuhan berita siber di tempat saya bekerja, salah saya apa. Saya dilindungi undang-undang dan berhak menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Saya sedang memotret karena adanya aktivitas ilegal!
Raka : Kalian jangan semena-mena (terbangun)
KETIKA TERBANGUN, RAKA MEMINUM SEGELAS AIR PUTIH DI MEJA RUANG TAMU YANG DISIAPKAN ISTRINYA DAN KEMBALI MELAMUN
Mafia : (melalui telepon) Hebat berita mu, kau Raka ya?
Raka : iya saya Raka, anda siapa ya? Berita yang mana?
Mafia : Berita kamu baru saya baca pagi ini, hebat kamu. Semua orang tau siapa saya
Raka : Oh anda Kai, gimana pak? Apa yang bisa diluruskan? Apakah bapak mau saya wawancarai untuk menuntaskan berita saya, karena saya sudah berusaha berkomunikasi namun telepon saya tidak dijawab oleh bapak
Mafia : kamu tidak perlu basa-basi, berita kamu hebat
Raka : Ada yang salah pak, saya tidak menyebutkan nama bahkan inisial Anda
Mafia : Tanpa kamu menyebutkan nama pun, semua orang juga tau saya yang menguasai seluruh wilayah disini dan itu bisnis saya
Raka : Saya tetap tidak dalam posisi menuduh siapapun
Mafia : kamu mau coba-coba dengan saya ya?
Raka : Waduh maaf pak, saya hanya manusia biasa, bukan orang hebat dan berpengaruh seperti bapak
Mafia : Tapi kamu berani menantang saya, berita kamu adalah tantangan untuk saya
Raka : Saya tidak menantang bapak, kalau bapak seperti ini artinya berita saya benar ya pak? Kalau bapak merasa itu salah, saya bisa kutip sekarang dan lakukan sanggahan pak
Mafia : Saya tau dimana kamu, saya habisi keluarga kamu
Raka : (marah) Hei kamu, dengar saya baik-baik, dari tadi saya berlaku sopan menjawab telepon kamu. Berita saya tidak ada menyebutkan nama kamu, kamu mau laporkan saya secara jalur hukum, silahkan! Saya mengetahui semua aktivitas ilegal yang kamu lakukan. Kamu jangan membawa-bawa keluarga saya! Urusannya ada di saya, kamu catat alamat saya, saya tinggal di lorong Kenangan, anda masuk lalu belok ke kanan, ikuti jalan itu hingga berjumpa Masjid berjarak 200 meter disebelah kiri rumah kontrakan warna kuning 12 pintu, saya nomor tiga. Jika keluarga saya anda sentuh, saya yang akan menjadi Iblis pencabut nyawa Anda. Saya sudah biasa lapar, saya tidak takut mati, apa Anda sanggup untuk miskin, untuk lapar?
Mafia : (mematikan telepon dan berlalu pergi)
Raka : Hei kamu kemana? Jangan pergi kamu
Aparat I : kamu memang mau mencari mati! (mendorong masuk ke dalam rumah hingga terduduk di kursi)
Raka : Apa salah saya
Aparat II : Jangan berlagak bodoh kamu! Kau harus menghapus beritanya
Aparat III : Jika tidak, Kamu akan terima akibatnya nanti (meninggalkan rumah Raka)
Raka : Hei tunggu, kalian siapa (sambil setengah mengejar ke arah pintu, tiba-tiba datang seseorang yang bertanya)
Wanita I : Apakah kau Raka
Raka : (belum sempat menjawab, terus berdatangan dan pertanyaan yang sama, Raka kebingungan)
Wanita II : Apakah Kau Raka
Pedagang : Apakah kau Raka
Penjual : Apakah kau Raka
Pria I : Apakah kau Raka
Pria II : Apakah kau Raka
Pria III : Apakah Kau Raka
Pejabat : Apakah Kau Raka
Ajudan : Apakah Kau Raka
Raka : (berteriak) diam!
PERTANYAAN YANG SAMA TERUS TERLONTAR, SEMUA ORANG SELAYAKNYA MAYAT HIDUP DAN TERUS BERGERAK TIDAK BERHENTI HINGGA RAKA TERDUDUK KE KURSINYA, LALU SEMUA ORANG BERLALU PERGI
Raka : (berteriak) diam! Menjauh dari ku, jangan ganggu aku!
Istri Raka : Kamu kenapa bang? Bang, bangun bang
Raka : (masih berteriak agar dijauhi) Jangan, jangan, aku tidak kenal kalian. Menjauhlah dari ku
Istri Raka : Bang, aku istri mu! Bangun bang
Raka : (terbangun) Kenapa dengan ku?
Istri Raka : Abang kenapa, bangun bang sudah pagi. Abang ada apa sebenarnya? Mengapa mengingau hal yang sama?
Raka : (sambil menggelengkan kepala dan tersenyum)
Istri Raka : Jika itu masalah berita, dan dapat berakibat buruk bagi kehidupan kita, tinggalkan bang, tak perlu lagi diteruskan
Raka : Ini untuk kepentingan orang banyak, mimpi ku kemarin di ujung jalan itu
Istri Raka : Orang banyak tidak peduli dengan kepentingan kita bang
Raka : jangan begitu, Tuhan tidak tidur
Istri Raka : Sudah cukup berita abang terkait aktivitas Ilegal, terpenting abang sudah berbuat. Cukuplah sebatas kemampuan dan jangkauan abang, kita menulis akhir cerita kita sendiri. Cerita mereka bukan lagi menjadi urusan abang, cukup bang. Garis merahnya, Tuhan tidak tidur!
Raka : (terdiam) aku tidak ingin menghilang cerita, seharusnya aku bebas menentukan akhir cerita, cerita mimpi di Ujung jalan itu.
FADE OUT
T A M A T