24 November 2024

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

Banjir Penonton, Pementasan ‘Nunggu Guru’ Di Taman Budaya Jambi

2 min read

JAMBIDAILY SENI, BudayaKelahiran atau Kematian? Kenapa kita tidak mempersiapkan untuk sesuatu yang pasti datang?

Setidaknya dua kalimat itulah yang melekat dalam ruang batin penonton ketika menyaksikan pementasan Teater Smanda (SMA Negeri 2) Jambi dengan tajuk “Nunggu Guru” di Teater Arena Taman Budaya Jambi, 11-12 Maret 2023.

Pertunjukan teater ini merupakan karya kreatif E.M. Yogisawara yang langsung disutradarai oleh dirinya sendiri.

Kelahiran atau kematian?
Kelahiran dan kematian bukanlah sebuah pilihan. Kelahiran dan kematian menjadi sebab bagi keduanya. Kelahiran sesungguhnya akan mempersiapkan jalan kita menuju sebuah kematian. Kematian sesungguhnya akan mempersiapkan jalan kita menuju “kelahiran” yang abadi.

Kelahiran kita di dunia disambut dengan segala bentuk syukur. Air mata dan senyuman menjelma menjadi doa. Doa yang mengharapkan perjalanan hidup, kehidupan, dan berkehidupan yang baik dan membawa kemaslahatan bagi diri sang jabang bayi, kedua orang tuanya, agamanya, dan tentunya bangsa dan negaranya.

Kelahiran mengantarkan kita pada hidup, kehidupan, dan berkehidupan di dunia. Setiap kita menjalani “naskah kehidupan” yang telah disiapkan oleh Sang Maha Pencipta. Setiap kita memiliki naskah yang berbeda, baik itu dari alur, seting, durasi waktu, kedalaman cerita, dan ending. Yang sama dari naskah itu adalah endingnya. Setiap kita akan mengalami ending (akhir cerita: kematian) dengan caranya sendiri-sendiri.

Dalam pertunjukan “Nunggu Guru”, Rahel, Brenda, Zahra, Muthia, Risky, Kayla, Andara, Saddam, Aldo, dan Teguh sangat menikmati permainan dari satu episode ke episode lainnya. Kelas sebagai “ruang kehidupan” para siswa menjadi menarik untuk diisi dengan berbagai aksi dan kreasi kekinian.

Semuanya bisa diakukan oleh siswa manakala mencoba menghidupkan “ruang kelas” yang menemaninya selama tiga tahun di SMA. Saat guru belum hadir di kelas, setiap siswa memiliki kemerdekaan untuk mengekspresikan dan mempublikasikan dirinya di hadapan kawan sejawatnya.

Para siswa mencoba memainkan perannya masing-masing sesuai dengan potensi diri yang dimilikinya. Tak jarang, siswa secara bersama-sama larut dalam permainan yang menghebohkan ruang kelas sambil sesekali menghadirkan kekonyolan yang tak terpikirkan.

Mendengar informasi kalau guru mau masuk, para siswa kembali dalam perannya sebagai siswa yang taat aturan dalam ketertiban belajar di kelas. Itulah kehidupan para siswa di ruang kelas saat menunggu guru. (*/HN)

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

17 + = 21