Membumikan Kemelayuan dalam Kekaryaan Perteateran (Merayakan Hari Teater Sedunia)
3 min readOleh: Ady Santoso
Dalam pekan ini, terdapat tanggal istimewa bagi para kalangan yang bekecimpung atau berkegiatan di bidang teater, dimana pada setiap tanggal 27 Maret diperingati sebagai Hari Teater Sedunia atau World Theatre Day. Hari Teater Sedunia yang kemudian sering diperingati dengan hadirnya berbagai ucapan-ucapan selamat, semangat, seraya juga menyampaikan pesan perdamaian serta tak jarang juga diperingati dengan adanya pertunjukan-pertunjukan teater sebagai upaya dalam terus mempromosikan kegiatan teater dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesenian teater dalam kehidupan.
Namun sejatinya kegiatan teater telah hadir dekat dan melekat dalam tatanan kehidupan masyarakat Indonesia, dimana hal tersebut dapatlah dibuktikan dengan adanya bentuk-bentuk teater yang berlabel tradisional dari setiap daerah-daerah di Indonesia, seperti Lenong di wilayah DKI Jakarta, Ketoprak di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta, Ludruk di wilayah Jawa Timur, Longser di wilayah Jawa Barat, termasuk di Jambi yang memiliki bentuk teater yang berlabel tradisional, ialah Teater Dul Muluk.
Teater Dul Muluk yang berkembang di daerah Kabupaten Muara Jambi, adalah warisan teater tradisi yang telah hadir lama di tengah-tengah masyarakat Kabupaten Muara Jambi khususnya. Hal tersebut sejatinya menandakan bukti, bahwa kegiatan teater telah hadir dekat dan melekat dengan masyarakat kita. Kedekatan akan kegiatan teater yang telah terbangun dan terlaksana dalam waktu yang begitu lama, hendaknya menjadikan kekuatan sebagai sumber modal dalam pengembangan dan pemajuan seni teater modern di Jambi, dimana kekayaan akan sumber modal tersebut sejatinya dapat dijadikan sebagai idiom-idiom dalam pertunjukan teater di Jambi.
Usaha dalam membumikan teater tradisi Dul Muluk untuk terus dikembangkan dan dimajukan sebagai upaya dalam melestarikan warisan kebudayaan, telah terlaksana melalui usaha dari Pengelola Taman Budaya Jambi dengan mengadakan Sarasehan Seni Tradisi yang dilaksanakan di penghujung tahun 2021, hal tersebut saya kutip dari artikel berita di JambiDaily tertanggal 28 Agustus 2022 yang ditulis oleh Oky Akbar dengan judul “Dul Muluk Kian Lekat dalam Ingatan Rakyat”. Dalam artikel berita tersebut, telah tertuang mengenai rumusan pemajuan Dul Muluk Tradisional dan Dul Muluk Modern. Rumusan yang menurut saya sangat dapat menjadi acuan untuk pedoman dalam upaya melestarikan nilai-nilai kemelayuan (baca: dul muluk) dalam kekaryaan perteateran modern di Jambi.
Namun demikian, tentulah usaha untuk terus menjaga, meningkatkan, memajukan serta melestarikan nilai-nilai kemelayuan dalam setiap karya perteateran, perlulah menjadi agenda bersama baik dari penggiat/praktisi teater, akademisi teater, institusi pendidikan, serta Pemerintah Daerah Provinsi Jambi dalam memalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Sehingga peneguhan kekuatan dari kegiatan perteateran di Jambi akan nampak dari diterapkannya nilai-nilai kemelayuan dalam karya perteateran. Melalui tulisan ini, saya mengajak untuk berbagi pandangan dan gagasan mengenai pentingnya meneguhkan dan memajukan nilai-nilai kemelayuan yang tersalurkan melalui bentuk-bentuk karya teater di Jambi, sehingga dengan diperingatinya Hari Teater Sedunia, sejatinya dapatlah dijadikan momentum bersama untuk membumikan nilai-nilai kemelayuan dalam perteateran modern di Jambi.
Penulis: Ady Santoso (Dosen Prodi Sendratasik Universitas Jambi)