16 November 2024

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

Penerima Satya Lencana dari Presiden RI, Diboyong ke TBJ Menjadi Narasumber Workshop Musik 2023

4 min read

JAMBIDAILY SENI, Budaya – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jambi melalui UPT Taman Budaya Jambi (TBJ) gelar workshop seni pertunjukan dengan menghadirkan tiga genre seni yaitu Teater, Musik dan Tari pada 25-27 Mei 2023.

Dibidang Musik Pemateri yang dihadirkan sebagai narasumber, yaitu DR. Suhendi Afrianto, S.Kar, MM; Drs Jafar; Prof. Dr. Mahdi Bahar, S.Kar, M.Hum; dan Indra Gunawan, S.Sn, M.Sn.

Hari pertama (Kamis, 25/05/2023) Penerima Satya Lencana dari Presiden RI, Diboyong ke TBJ Menjadi Narasumber Workshop Musik 2023, yaitu DR. Suhendi Afrianto, S.Kar, MM.

Suhendi Afrianto merupakan Staf Pengajar Jurusan Karawitan ASTI-STSI-ISBI Bandung sejak 1986 – sekarang, Staf pengajar Pascasarjana STSI-ISBI Bandung sejak 2011 – sekarang, Komposer versi Broadcast Music Incorporation (BMI) New York sejak 1989 – sekarang, Asesor BAN-PT sejak tahun 2011 – sekarang, Asesor BKD Nasional sejak 2017 – sekarang, , Asesor Kompetensi Profesi Bidang Musik sejak 2019 – sekarang, Chairman The Foundation of Komunikasi Karawitan Indonesia sejak 2021.

Dia seorang Doktor Kajian Pendidikan Nilai Universitas Pendidikan Indonesia Bandung – Lulus tahun 2013 dan Lektor Kepala/Associate Professor/IV/c – Pembina Utama Madya ISBI Bandung bidang Seni Gamelan sejak 2012.

Selain pernah menjadi Mahasiswa Teladan Tingkat Nasional tahun 1983, juga Dosen Teladan Tingkat Nasional tahun 1994, Penerima Adhitya Tridharma Nugraha dari Mendikbud RI 1994, Penerima Satya Lencana 10 tahun – 20 tahun – 30 tahun dari Presiden RI, Penerima Anugrah sebagai Dosen Inspiratif ISBI Bandung dari Rektor ISBI Bandung tahun 2019 dan Penerima Anugrah Budaya sebagai Tokoh Inspiratif dari Walikota Cirebon tahun 2019.

Saat workshop berlangsung, Suhendi Afrianto menggambarkan bagaimana begitu beragam dan kayanya Indonesia akan musik tradisi dari berbagai suku bangsa yang ada.

“Saya sudah begitu banyak mengamati musik tradisi di Indonesia, misalkan Maumere yang awalnya tidak begitu dikenal namun ketika dikemas menyesuaikan perkembangan zaman, Maumere lebih dikenal. Kita harus menyesuaikan transformasi saat ini dengan tetap menjaga tradisi sendiri,” Ungkap Suhendi Afrianto.

Menurutnya begitu banyak penggemar K-Pop, itu karena kemasan yang dipertontonkan menjadi lebih menarik dan memiliki daya tarik.

“Bicara Boyband Girlband, tentunya di Amerika, di Eropa jauh lebih dulu mengenal itu. Lantas mengapa sekarang begitu digemari K-Pop? karena mereka mempelajari lebih dari 20 tahun tradisinya sendiri. Itu bisa menjadi pembelajaran bagi kita, kita kaya akan tradisi,” Tutur Suhendi Afrianto.

Menjawab pertanyaan peserta Suhendi Afrianto, menekankan tetap semangat dan jangan berhenti karena jika berhenti maka itu berbahaya bagi kelestarian tradisi.

“Kalau tadi ada minta tips bagaimana, jika dicontohkan ke Dul Muluk? Sabar dan terus saja berbuat jangan berhenti, sama yang satu lagi misalkan apa yang anda buat selalu disalahkan tanpa solusi jangan berhenti, spririt tradisi terus di jaga. Kalau anda apa yang dibuat tidak artinya, lalu anda berhenti? maka itu berbahaya alamat buruk karena benar-benar tidak ada lagi yang mempertahankan untuk menjaganya,” Urai Suhendi Afrianto.

Dihari kedua workshop seni pertunjukan di TBJ (Jum’at, 26/05/2023) sesi III Drs Jafar dipandu Hendry Nursal sebagai Moderator dan sesi IV Prof. Dr. Mahdi Bahar, S.Kar., M.Hum, dipandu Jeff Pasaribu sebagai moderator yang dihadirkan untuk 150 orang peserta dari tiga genre dan juga selain dari kota Jambi terdapat peserta Workshop dari Kabupaten Batanghari, Muarojambi, Tanjungjabung Barat, Tanjungjabung Timur, Merangin, dan kota Sungaipenuh.

Maestro seni rupa di Jambi ini membahas tentang Menjadikan Budaya Tradisi Jambi Sebagai Obyek Kekaryaan Pengolahan/ Eksperimentasi Seni.

“Setiap karya itu sudah seharusnya dilalui dengan proses riset, kita berupaya mendapatkan sumber, bahkan melihat langsung peristiwa dalam kaitan tradisi atau upacara agar tidak terjadinya kekeliruan atau misinformasi saat dipergelarkan. Jika itu tidak dilakukan dan menjadi kekeliruan tentunya berbahaya, maka sudah seharusnya riset,” Ungkap Drs Ja’far.

“Kalaupun kita hanya bisa melihat dari referensi bacaan, ataupun dokumentasi berupa audio visual masih ada strategi lain. Perlu diingat materi tradisi, materi upacara adat bukan dihadirkan utuh kalau sudah menjadi seni pertunjukan, materi itu menjadi inspirasi,” Tutur Drs Ja’far menjawab pertanyaan peserta.

Selain Drs Jafar, pada hari kedua Workshop seni pertunjukan, mendatangkan Prof. Dr. Mahdi Bahar, S.Kar, M.Hum

Sedangkan Prof. Dr. Mahdi Bahar, S.Kar., M.Hum membahas tentang Tradisi Jambi Sebagai Obyek Penciptaan Karya Musik.

“Kita tidak lagi berpikir sebatas kekayaan yang dimiliki oleh berbagai suku namun sudah harus berpikir dunia, bagaimana itu semua mendunia. Kalau kita bicara Jambi misalkan ada Ngayun Luci, Asek, Krinok, Senandung Jolo, memiliki ciri khas dan tentunya kekayaan bagi kita,” Urainya.

Disamping memberikan wawasan proses berkarya, Dia juga beberkan bentuk-bentuk musik sumber tradisional sebagai referensi, pola hingga contoh audio visual yang ditayangkan dari hasil penelitiannya.

Sementara itu, di hari ketiga (Sabtu, 27/05/2023) dengan narasumber Indra Gunawan, S.Sn, M.Sn dan dipandu selaku Moderator workshop musik, yaitu Jeff Pasaribu.

Workshop seni pertunjukan Melalui pembiayaan yang bersumber dari dana APBD Provinsi Jambi dan DAK Non Fisik Bantuan Operasional Penyelenggaraan Taman Budaya bertujuan untuk mendorong terpenuhinya standar pelayanan taman budaya sebagai lembaga pelestari budaya dan media edukasi bagi masyarakat, serta untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. (*/HN)

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

62 − 52 =