‘Penulisan Naskah yang Berakar Dari Upacara Tradisi’ Workshop Sastra 2023 Taman Budaya Jambi
5 min readJAMBIDAILY SENI, Budaya – Taman Budaya Jambi (TBJ) gelar workshop sastra tahun 2023 dengan tema ‘Penulisan Naskah yang Berakar Dari Upacara Tradisi’ 29-30 Mei 2023.
“Workshop sastra ini pada akhirnya akan melahirkan baik itu karya sastra maupun sumber daya manusianya, sehingga generasi kita kedepannya menjadi kebanggaan provinsi jambi dan mempunyai tanggung jawab terhadap pengembangan sastra khususnya,” Ungkap Eri Argawan, Kepala Taman Budaya Jambi (Senin, 29/05/2023) dalam kata sambutannya.
Lebih lanjut Eri Argawan, menyebut dengan adanya generasi penulis sastra tentunya dapat menyelamatkan, menjaga dan melestarikan cerita rakyat, legenda, ataupun tradisi di Jambi untuk terus hidup walaupun penuturnya telah tidak ada lagi.
“Maka pada kesempatan inilah kami mencoba, agar potensi sumber daya yang kita punya terus melahirkan generasi-generasi baru. Melalui tulisanlah yang membuat cerita rakyat, legenda, naskah-naskah lama ataupun tradisi di Jambi terus hidup,” Tutur Eri Argawan.
“Harapannya kedepan adanya database naskah-naskah, kelanjutannya ada lomba penulisan naskah, naskah-naskahnya kita apresiasi dengan memberikan penghargaan lalu naskah akan kita gelar melalui festival teater, itulah bentuk kesinambungannya,” Sembari membuka workshop sastra 2023 secara resmi.
Diikuti 50 peserta, Workshop yang dibuka secara resmi oleh Eri Argawan, Kepala Taman Budaya Jambi (Senin, 29/05/2023) tersebut bertujuan untuk Mewujudkan kepedulian dan tanggung jawab pemerintah dalam mengenalkan, melestarikan serta membina potensi budaya yang ada di masyarakat dengan cara meningkatkan pengetahuan dan hubungan kerja sama antara pelakunya.
Kegelisahan itu karena naskah teater merupakan karya sastra yang unik, begitu aplikatif sehingga penulis tak sekedar berwacana tentang konsep dan setting tetapi juga memikirkan seperti apa latar pemanggungan yang diinginkan. Hal ini bisa diasumsikan bahwa tidak semua penulis atau sastrawan tertarik untuk melakukan penulisan naskah teater, apalagi pemanfaatannya seperti terbatas pada sutradara atau kelompok teater. Padahal naskah teater sebagai sebuah karya sastra dapat diminati berbagai lapisan masyarakat.
Saat ini, jarang sekali ditemukan naskah teater yang lahir. Penulisan naskah teater seakan terhenti pada era 90-an yang ditandai dengan tak banyaknya ditemukan naskah teater bermutu yang terpublikasi serta didukung kenyataan semakin sedikit penulis atau sastrawan yang meminati bidang ini. Bila iklim ini dibiarkan, bukan tak mungkin suatu saat naskah teater tak berkembang sebagaimana karya-karya sastra lainnya.
Provinsi Jambi memiliki ragam budaya yang dapat dijadikan sumber penulisan. Oleh sebab itu, digagaslah satu langkah kerja dalam bentuk workshop penulisan naskah teater yang dipandu oleh tiga narasumber yang masing-masing memiliki keahlian di bidang penulisan. Dari workshop penulisan naskah teater ini diharapkan lahir penulis-penulis yang memiliki ketertarikan pada bidang ini dengan meramu beragamnya peristiwa keseharian, nilai-nilai moral, keagamaan dan adat istiadat dalam sebuah naskah teater.
Dipandu Oky Akbar selaku moderator, Ada tiga narasumber yang dihadirkan dalam Workshop sastra kali ini, yang PERTAMA seniman asal Aceh yang kini tercatat sebagai tenaga pengajar di ISI Panjangpanjang yaitu DR.Sulaiman Juned, S.Sn, M.Sn.
Dia adalah Sastrawan, Kolomnis, Esais, Sutradara Teater, Pendiri Sanggar Cempala Karya Banda Aceh, Pendiri UKM-Teater NOL USK, Pendiri/Penasihat Komunitas Seni Kuflet, Dosen Jurusan Seni Teater/Pascasarjana (S2) ISI Padangpanjang, Mantan Dewan Pakar DKA Aceh, Mantan Ketua Pendirian Kampus Seni ISBI Aceh, dan Ketua Majelis Adat Aceh (MAA) Perwakilan Sumatra Barat.
Dari laman rinaikabutsinggalang menulis, Sulaiman Juned diwisuda sebagai Doktor Penciptaan Seni Teater di ISI Surakarta. Ia doktor ke-16 dari ISI Surakarta, dan meraih prediket Cumlaude, dengan IPK 3,86. Sejak menyelesaikan pendidikan S1 di Jurusan Teater STSI Padangpanjang, S2 Jurusan Penciptaan Seni Teater ISI Surakarta dan S3 di kampus yang sama, Sulaiman Juned berhasil meraih prestasi gemilang sebagai mahasiswa terbaik yang lulus dengan Yudisium Cumlaude.
Yang menarik, tugas akhir penciptaan seni S3 Sulaiman Juned mengangkat Pertunjukan Teater Tutur almarhum Tengku Adnan PMTOH, seniman tutur legendaris Aceh yang telah tiada. Teater tutur yang nyaris punah. Namun, di masa hidupnya, Tengku Adnan berkeliling Aceh mempopulerkan seni tutur hikayat Aceh yang begitu dekat dan akrab di mata dan telinga masyarakat Aceh di zamannya. Di Taman Putroe Phang Banda Aceh, pada Jumat, 27 Mei 2016, Sulaiman Juned “menghidupkan” kembali Tengku Adnan PMTOH dan mengundang keharuan mendalam bagi penonton, dan menyadarkan Aceh bahwa negeri itu punya seni tutur yang selayaknya dikembangkan dan diwariskan kepada generasi muda.
Kehadiran Sulaiman Juned di Workshop ini memberikan materi “LOKALITAS TRADISI: Tindakan Kesadaran Penulis dalam Mencipta Karya Sastra” Dalam pemaparannya:
DATA SENI: Tradisi sebagai Sumber penciptaan Karya sastra:
- EKTRA ESTETIK= Sesuatu/faktor yang berada diluar fisik karya sastra merebut keinginan dari kekayaan tradisi (gejala sosial).
- Membentuk identitas melalui cara berpikir dalam prilaku manusia.
- Lokalitas diletakkan sebagai sumber penciptaan karya sastra.
- Melakukan presfektif kehidupan untuk kontruksi identitas diri.
- Kultural menjadi konseptual kekayaan etnisitas.
- Identifikasikan ‘tradisi masyarakat’ menjadi ‘ahli waris’ dari seni tradisi menjadi karya sastra.
- Rekam interaksi sosial (tradisi etnisitas) dalam visual ingatan jadi karya sastra.
- Jambi terdiri dari beberapa suku, seperti suku Jambi, Kerinci dan ada pula keturunan Minang.
- Memiliki ‘kearifan lokal’ tradisi yang sangat kaya, seperti; Tradisi berburu Sumbun, Maanta, Malam
Berinai, Makan Kelung, Kenduri Sko, Tradisi Kumau. - Berburu Sumbun; sumbun sejenis kerang makanan Favorit suku Duano. Prosesi tradisi ini kita pahami benar
lalu kita ‘rebut roh’ nya jadikan karya sastra.
Sulaiman Juned mencontohkan tradisi yang dapat diletakkan sebagai sumber penciptaan karya sastra:
- Tradisi Maanta: mengantar rantang berisi makanan. Mengembalikan rantang diisi makanan yang sama. Mempererat silaturahim sesama keluarga.
- Tradisi Malam Berinai: Sebelum melakukan pernikahan (ijab kabul), upacara adat berinai. Dilanjutkan dengan pertnjukan tari Inai. Ini simbolis menjaga calon mempelai wanita dari gangguan manusia dan mahluk halus.
- Tradisi Makan Kelung: Dilakukan jika ada keluarga yang mengidap penyakit aneh. Disediakan sesaji oleh para wanita yang suci.
- Tradisi Kenduri Sko: Upacara adat pemberian gelar. Penyandangan gelar Depati atau Permeti. Mengundang tamu dengan menggunakan bendera. Puncaknya setiap lurah mengeluarkan pusaka.
- Tradisi Kumau: Upacara adat yang dilakukan oleh para petani setahun sekali. Ngepak Jembe (membuka lahan), menyiram benih, nyambau benih (menabur benih), dan memasang pupuh (memasang daun-daun ditengah persemaian.
(*/HN)