26 Desember 2024

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

‘Pikulan Kaji Sirad’ Cerpen Yanto Bule

5 min read

ilustrasi

Jalanan setapak yang membelah hutan,terus di lalui Sirad,lelaki kekar dengan dua keranjang berisi penuh dagangan buah dan sayuran di pikul dengan menggunakan kartu jenis Meranti,tubuhnya mengkilat dengan peluh di badannya, baju yang di pakai di lepas dan ikatkn di ujung pikulan.

Sementara keranjang yang penuh berisi dagangan jenis sayuran dan buah tertali kuat dengan anyaman rajutnya, sesekali nafasnya tersengal akibat kelelahan dan juga di pengaruhi jalanan yang begitu berlumpur dan penuh rerumputan.

Sesekali Sirad berhenti dan air yang di bekali istrinya dari rumah, pada setiap perkebunan karet Sirad selalu berteriak sayur,sayur…
Jika ada penghuni pondok yang tinggal di dalam pasti menyahut, Siradpun mendatangi pondok di setiap kebun satu persatu.

” Sayuran apa yang di bawa hari ini pak Sirad”
” Ada kacang panjang, terong,cabai dan nangka muda”
” Boleh juga ambil beberapa ikat kacang panjang ,biar bisa saya masak untuk keluarga beberapa hari kedepan”

Setidaknya ada beban di pundaknya berkurang, sebab setiap penguni pondok yang membeli pasti di rasakan isi keranjang yang di pikulnya makin ringan.

” Alhamdulillah habis juga jualan hari ini, ada rejeki yang bisa aku bawa pulang, setidaknya biaya sekolah untuk anaku obrot yang bontot terpenuhi” ujar Sirad penuh semangat.

Butuh waktu satu hari untuk berangkat dan pulang berjualan di lakukan Sirad,jika hari baik maka dagangan akan habis jika tidak bisa saja dagangannya di bawa pulang untuk di jual di sekitar rumahnya.

Ini tahun kedua bagi Sirad berjualan dengan berjalan untuk menyambung hidup keluarganya, Sirad yang memiliki tiga orang anak ,harus berjuang demi masa depan anak anaknya,bahkan si bontot obrot, usai sekolah pagi pasti siangnya akan ikut berjualan dengan berjalan kaki.

Namun jika si bontot ikut, simboknya pasti ikut berjualan sambil mengendon wakul yang berisi dagangan pula, dan sudah barang pasti keluarga yang berjualan akan berpisah di perkebunan untuk saling menghabiskan jualan di setiap pondok di kebun kebun hutan karet.

Bagi obrot ,waktu yang menyenangkan adalah jika dirinya di suruh membawa dagangan kerupuk, sambil di pikul kwrupak yang di bawanya akan selalu bisa di makan, sebab untuk menambah tenaganya obrot dengan cerdik menjatuhkan kerupuk,sehingga kerupuk menjadi pecah dan bisa langsung di makan.

” Le, sudah waktunya kamu bau ebtanas, mulai besok habis sekolah kamu jangan ikut jualan ya” ungkap simbok, sambil mengelus kepala obrot.
” Bapak dan simbok sangat bergantung denganmu,jika suatu saat kami tidak ada lagi ,kamu sudah jadi orang hebat ya le,tapi jangan lupa hidupmu harus berguna untuk orang lain ”
” Pokoknya bapak sama simbok mau belikan kamu sepatu,biar saat ujian kamu bisa punya sepatu baru dan harus dapat rangking di kelasmu ya le, tidurlah lagi besok kamu harus ke sekolah” ucap simbok sambil beranjak dari ranjang obrot.

Aroma asap dapur mengepul ,menerobos masuk ke kamar obrot, si bontot bangun dan menghampiri simbok di depan tungku , di pangkuan simbok ada tampah berisi beras habis di tampi, sisa sisa padi yang bercampur dengan beras mulai di bersihkan,agar simbok bisa menanak nasi di Periuk untuk sekedar sarapan pagi .

” Mandilah dulu le, jangan sampai telat ke sekolah ,simbok sudah masak nasi, ada juga ikan asin goreng untuk sekedar menganjal perutmu, lihat itu bapakmu sudah menyiapkan keranjang dan pikulannya, jadikan keringat ayahmu semangat untuk majumu kelak ya le, biarkan orang tuamu saja yang hidup prihatin, tapi doa dan harapan kami tidak pupus” ucap simbok .

Tiba tiba hangat bening air mata, menetes perlahan turun di pipi obrot, di depannya tanah merah masih baru saja menggunduk dengan dua nisan bertulisan nama bapak dan simbok, dua sosok hebat yang terus menjadi penyemangat hidupnya,tiba tiba sudah tidak ada lagi.

Kenangan demi kenangan silih berganti hadir, dan seperti nyata dua orang hebat yang jadi panutan dalam hidup obrot tak lagi bisa di temukan, Terbayang betapa tegarnya simbok usai di tinggal ayah menghadap ilahi, tidak ada tangis di situasi duka yang menghampiri keluarga kyai Sirad, betapa kuatnya simbok menguatkan hati anak anaknya.

” Lekaslah kau urus jenasah bapakmu, kasihan kalau kelamaan, sebab malaikat sudah menunggu dengan pertanyaannya, panggilah orang orang untuk mengubur bapakmu le” ujar simbok lirih.

“Jika esok umur simbok tak lagi lama,kuburkan simbok dekat dengan makam bapakmu, biarkan kami selalu bersama ya le, kamu so bontot yang kuat,jangan tangisi kami jika engkau sayang simbok, air matamu akan jadi penghalang simbok menuju syurgaNYA le”

” Ingatlah bahwa simbok dan bapakmu tidak pernah bertengkar, jaga terus hatimu agar selalu bersih, manfaatkan hidupmu untuk orang lain, kamu di bekali ilmu agama, sering seringlah kirimi kami dengan doamu ya le”

Sayup sayup azan ashar berkumandang, pandangan nanar obrot masih menatap nisan bapak dan simbok, betapa pedih dan sedihnya hatiku, di saat badai kehidupan datang tak ada lagi yang membelai lembut kepalaku,tak juga ku temukan tawa bahagia bapak dan simbok di saat aku bawakan makanan kesukaan, betapa sepinya hidupku saat kesuksesan datang simbok dan bapak sudah pergi.

Tak lagi kutemui sosok sabar seperti simbok, tak dapat kutemukan lagi jiwa pemberani dan tegas seperti bapak, sosok dengan membawa pikulan yang kukenal kaji Sirad , tanggung jawab pada keluarga dan anak anaknya adalah cerminan jiwa ksatrianya.

” Bapak, simbok aku janji akan merawat pusaramu dan pikulan kaji Sirad milik bapak yang membesarkan ku, dengan setulus doaku”

Pamenang 6 Juni 2023

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

77 + = 80