18 Oktober 2024

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

Didukung Ratusan Orang, Suluk Bambu dan Ruwatan Bumi Akan Hadir Kolosal di Festival Gong Sitimang

4 min read

Suluk Bambu Tahun 2017/Foto: Dok. Teater Tonggak

JAMBIDAILY SENI, Budaya – Festival Gong Sitimang akan hadir pada 4 s.d 6 Agustus 2023 di kawasan Danau Sipin, tepatnya Rest Area atau Lokasi Panjat Tebing, Kota Jambi.

Festival Gong Sitimang memiliki 4 kegiatan besar yaitu: Bersih-bersih Danau Sipin, Lomba Umbul-umbul, Bazar UMKM dan Pergelaran Teater secara kolosal. Selain itu, juga terdapat kegiatan lain, yaitu: Lomba mewarnai, Pembacaan Dongeng, Lomba Masak bertema Ikan, pemutaran Film pendek.

Suluk Bambu dan Ruwatan Bumi diagendakan pada malam puncak Festival Gong Sitimang, tepatnya 6 Agustus 2023 Pukul 19.30 wib di Panggung Apung Danau Sipin, Kota Jambi.

“Suluk Bambu itu kisaran 30 Orang yang berasal dari Komunitas juga warga disekitaran lokasi kegiatan, lalu Ruwatan Bumi itu mencapai 100 orang yang berasal dari lebih 10 komunitas berbagai genre seni serta masyarakat,” Jelas Didin Siroz (Jum’at, 21/07/2023).

Dari data pendukung acara, untuk pergelaran di Festival Gong Sitimang akan melibatkan komunitas dari berbagai genre seni dan warga sekitaran Danau Sipin, yaitu:

1.Teater Tonggak
2.Teater AiR
3.Teater RASI
4.Teater Alief
5.Teater Lam Alief
6.Sanggar Seni S
7.Sanggar Gong Sitimang
8.Ukar Dance Project
9.Simpul Merah Art Movement
10.Komunitas Film
11.Komunitas Perahu Danau Sipin
12.Komunitas Remaja Masjid di RT Setempat
13.Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Kota Jambi
14.Duta Bahasa Kota Jambi
15.Warga di RT Setempat

Suluk Bambu sebelumnya pernah dihadirkan Teater Tonggak tahun 2017 silam di lapangan terbuka Taman Budaya Jambi. Saat itu Teater Tonggak turut menghadirkan karya dari berbagai Komunitas dengan tema lingkungan dan Instalasi bambu.

Suluk secara harfiah bermakna jalan. Orang yang menempuh jalan tersebut disebut saalik. Menurut istilah, suluk dapat dimaknai sebagai upaya hamba (saalik) mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak ibadah yang bertujuan menyucikan diri dari berbagai bentuk kesalahan dengan memperbanyak zikrullah.

Dalam pergelaran ini bambu tidak hanya menjadi jalan namun juga lantai, dan media untuk mencipatakan bunyi-bunyian bersama nada-nada syair bersholawat dan berdoa kepada sang khalik. Suluk bambu dimainkan hingga 30 orang yang akan menghadirkan bunyi dan berkolaborasi dengan alat-alat musik lain sehingga terciptanya alunan massal.

Dengan menggunakan kostum satu warna, Para pemain suluk bambu berada diseputaran Instalasi yang memiliki lantai dan berundak dalam tiga tingkatan sebagai simbol doa kepada dan tertuju kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Pemain ditengah bunyi-bunyian serta sholawat, bergerak atraktif menuju puncak hingga diakhir dengan ucapan Takbir sekaligus menjadi doa kelancaran malam puncak Festival Gong Sitimang Rangkaian Swarnabhumi tahun 2023 di Kota Jambi.

(Rangkaian Suluk Bambu, Tahun 2017/Dokumentasi Teater Tonggak)

Sedangkan Ruwatan Bumi, dipentaskan pertama kali tahun 2001 juga di Danau Sipin, dalam gelaran Temu Teater Jambi yang dilaksanakan Langkan Budaya Taratak.

Tarian tolak balak, menjadi pembuka pergelaran Ruwatan Bumi. Ruwat dalam bahasa Indonesia yang berarti Terlepas dari nasib buruk yang akan menimpa, maka Ruwatan ialah upacara membebaskan diri dari nasib buruk yang akan menimpa.

Ruwatan bumi berkisah tentang warga kampung di sekitaran Danau Sipin, dengan segala aktivitas kesehariannya. Semua berjalan tentram, Damai, dan penuh kenyamanan selayaknya pemukinan warga pada umumnya.

Namun situasi itu berubah tatkala ada seorang pembawa pesan, dan menyampaikan kabar adanya keinginan pihak-pihak tertentu untuk menimbun Danau Sipin. Hal itu merubah suasana menjadi mencekam, hingga timbul fitnah dan saling tuduh diantara mereka.

Warga tentunya menolak kabar tersebut, sebab dengan ditimbunnya Danau Sipin maka petaka besar bersiap menerpa mereka. Mengingat Danau Sipin sebagai area serapan, jika ditimbun banjir menjadi musibah yang tak terelakan, warga sepakat mempertahankan satu-satunya area yang masih terjaga dan patut dijaga.

Warga yang terprovokasi dan nyaris saling serang lalu menyadari, bahwa pembawa pesan telah menghilang. Sementara itu, tidak satupun warga mengenal pembawa pesan tadi akhirnya ditemukan dalam keadaaan tidak bernyawa lagi.

(Proses latihan/Foto: Dok. Festival Gong Sitimang)

Pergelaran Ruwatan Bumi adalah upaya membangun kesadaran masyarakat untuk bertanggung jawab terhadap pengelolaan lingkungan hidupnya. Pesan ini tercermin dalam dialog Ibu Bumi:”Anak-anakku, aku akan pergi sekarang menelusuri aliran sungai kehidupan. Kutitipkan bumi ini kepada mu jaga dan lestarikan. Alirkan seluruh darah kehidupan mu di sungai cinta agar hidup mu bahagia dan sejahtera. Jangan khianati bumi pertiwi dengan api kebencian karena hanya akan melahirkan permusuhan dan peperangan. Jangan khianati bumi pertiwi dengan kesombongan teknologi karena hanya akan melahirkan kehancuran dan kebinasaan. Jangan khianati bumi pertiwi dengan darah keserakahan karena hanya akan melahirkan kemiskinan dan kebodohan. Keselamatan bumi adalah tanggung jawab mu, tanggung jawab kita semua, jaga dan lestarikan” (*/HN)

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

80 + = 89