Agustus 2023 Kota Jambi Alami Inflasi Terendah, Fasha: Alhamdulillah Inflasi Dapat Dikendalikan
4 min readJAMBIDAILY KOTA JAMBI – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jambi dalam rilis perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Agustus 2023, mencatat Kota Jambi mengalami deflasi “month to month” (mtm) sebesar 0,45 persen, sehingga inflasi mtm Kota Jambi sebesar 1,28 persen dan yoy sebesar 1,92 persen. Angka ini menyebabkan Kota Jambi mengalami inflasi terendah se-Indonesia.
Kondisi Inflasi Nasional Bulan Agustus 2023 terjadi inflasi year on year (y-on-y) sebesar 3,27 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 115,22. Inflasi tertinggi terjadi di Manokwari sebesar 6,40 persen dengan IHK sebesar 122,04 dan terendah terjadi di Kota Jambi sebesar 1,92 persen dengan IHK sebesar 116,37.
Terkendalinya inflasi di Kota Jambi beberapa bulan terakhir dalam kurun waktu semester pertama 2023 ini tidak terlepas dari hasil kerja keras dan komitmen dari seluruh jajaran Pemerintah Kota Jambi bersama seluruh stakeholder yang terlibat, yang telah berupaya menjaga stabilitas harga dan mengendalikan inflasi.
“Agustus 2022 inflasi Kota Jambi pada angka 8,5 persen, menjadikannya yang tertinggi di Indonesia. Namun, sekarang alhamdulillah, inflasi dapat dikendalikan,” kata Wali Kota Jambi, Syarif Fasha, usai Zoom Meeting dengan Kemendagri tentang pembahasan langkah kongkrit pengendalian Inflasi serta pengumuman daerah dengan inflasi tertinggi dan terendah tahun 2023, Senin (4/9/2023).
“Sesuai arahan presiden, dalam pengendalian inflasi nasional dan daerah, kebijakan moneter dan fiskal dilaksanakan oleh bank sentral, yaitu Bank Indonesia. Kebijakan lainnya yang paling ampuh adalah peninjauan lapangan yang terus menerus kita lakukan. Peninjauan harga komoditi di pasar, intervensi pasar, inovasi dan lainnya. Itu adalah bentuk intervensi langsung, langkah kongkrit pemerintah terhadap upaya pengendalian inflasi,” ujar Fasha.
Ungkap Fasha, Pemerintah Kota Jambi telah menyiapkan 12 langkah kongkrit, sebagai upaya penanganan dan menjaga laju inflasi di Kota Jambi. 12 langkah kongkrit tersebut diantaranya meliputi, sidak secara kontinu di berbagai pasar, ritel, dan pergudangan; bantuan sosial dan program pengentasan miskin ekstrem; bantuan berusaha bagi pelaku UMKM; subsidi BBM bagi angkutan umum; operasi rutin pasar bersama Bulog Jambi; gerakan “Payo Menanam Cabai” dan bawang; peningkatan kapasitas lahan untuk pangan; panen cabai yang akan dilaksanakan pada April 2023; optimalisasi tugas dan fungsi Satgas Pangan Kota Jambi; perluasan kerjasama dengan daerah penghasil komoditas pangan; bantuan transportasi angkutan komoditas pangan; serta upaya publikasi, sosialisasi, dan edukasi untuk membangun kesadaran masyarakat terkait inflasi.
“Semua upaya ini dilakukan untuk menstabilkan laju inflasi di Kota Jambi dan tentunya tidak memberi dampak yang buruk bagi perekonomian masyarakat Kota Jambi” beber Wali Kota Jambi itu.
Terkait kenaikan harga beras, Pemerintah Kota Jambi telah menyiapkan berbagai skenario untuk menghadapinya. Salah satu langkahnya adalah dengan memperbanyak pasokan beras jenis medium.
“Kenaikan harga terutama terjadi pada beras premium, oleh karena itu kita akan meningkatkan pasokan beras jenis medium. Kami juga telah berkerjasama dengan beberapa daerah di Sumatera Selatan seperti Banyu Asin, Ogan Komering Ulu (OKU), dan Bengkulu. Saat ini, stok beras cadangan di Bulog masih belum digunakan sama sekali, sehingga kami merasa cukup tenang dalam menghadapi situasi ini,” kata Wali Kota Fasha.
Adapun deflasi yang terjadi di Kota Jambi disebabkan oleh penurunan indeks harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Kelompok pengeluaran ini menyumbang andil terbesar dalam pembentukan deflasi Kota Jambi, dengan kontribusi sebesar -0,45 persen, disusul oleh kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0 persen, perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar -0,21 persen, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar -0,0036 persen dan kelompok kesehatan sebesar 0,010 persen.
Meskipun angkanya kecil, kenaikan pada kelompok-kelompok ini tetap memiliki dampak yang penting.
Deflasi merupakan kondisi di mana harga-harga secara keseluruhan cenderung menurun, sehingga nilai uang mengalami kenaikan. Deflasi bisa memberikan efek positif bagi konsumen karena mampu meningkatkan daya beli uang. Namun deflasi bisa jadi pisau bermata dua, yang berarti bisa merugikan atau berdampak negatif, terutama dalam hal ini produsen barang atau penyedia jasa.
Deflasi yang terjadi secara tajam atau terus menerus bisa merugikan aktivitas jual beli. Penurunan harga barang dan jasa seringkali membuat produsen atau penyedia jasa mengalami kerugian karena penjualan tak mampu menutup biaya produksi maupun biaya operasional.
Jika deflasi semakin parah, tak jarang produsen atau penyedia jasa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) untuk mengurangi beban. Semakin tinggi deflasi, semakin tinggi pula potensi PHK tenaga kerja. Itu sebabnya, deflasi adalah seringkali dikaitkan dengan kondisi resesi. Deflasi seringkali terjadi saat kondisi perekonomian melesu. Roda perekonomian yang melambat terjadi karena permintaan atas konsumsi dan investasi yang anjlok. (*)