21 Desember 2024

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

Berbagi Kisah Komaruddin Rachmat Jalan Kaki Yogya – Bandung Kobarkan Kampanye Melawan Stroke (1)

5 min read

SEORANG penyintas stroke, Komaruddin Rachmat, menempuh perjalanan sejauh 403 kilometer dari Yogyakarta menuju Bandung, Jawa Barat, dengan berjalan kaki. Perjalanan yang sangat tidak biasa ini dilakukan pria 69 tahun asal Kota Bekasi ini untuk meningkatkan kepedulian terhadap kesehatan, khususnya soal penyakit stroke.

Komar –panggilan akrabnya– mulai berjalan kaki dari titik nol kilometer Kota Yogyakarta di depan Kantor Pos, Sabtu (5/8/2023) pukul 08.00. Dijadwalkan aksi longmarch yang didukung Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) Yogyakarta dan Cahaya Foundation itu akan berlangsung 21 hari, hingga Sabtu (26/8).

Komar akan berjalan kaki melintasi jalur selatan Pulau Jawa melewati kota/kabupaten, antara lain, Kulonprogo, Purworejo, Kebumen, Banyumas, Cilacap, Kota Banjar, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, hingga finish di Kota Bandung.

Komar ingin menunjukkan bahwa penyintas stroke bisa sembuh seperti sedia kala. Selama perjalanan, dia dikawal satu unit ambulans dan pengendara motor dari jaringan komunitas Cahaya Foundation.

Menjelang acara pelepasan bersama Yayasan Stroke Indonesia, Komar menceritakan perjuangannya menjalani terapi pasca serangan stroke hemoragik (pembuluh darah pecah) pada 2012, saat dia berusia 58 tahun.

Akibat libasan stroke, kaki dan tangan bagian kiri Komar mati rasa. Bahkan, mulut dan bahunya miring ekstrem.
Setelah disiplin berkonsultasi dengan dokter, dia dinyatakan pulih dari stroke dan bisa menjalani kehidupan seperti dulu. Sebagai penyintas stroke, dia merasa prihatin karena banyak orang terkena penyakit itu pada usia relatif muda.

Tekad Komar berjalan kaki juga terinspirasi dari perjalanan tentara Divisi Siliwangi dari Yogyakarta ke Bandung akibat keruntuhan Perjanjian Renville. Semangat juang itu dia bawa ke dalam upaya longmarch kali ini.

Komar ingin menunjukkan bahwa seorang penderita stroke berpeluang besar untuk kembali pulih jika dilandasi semangat dan tekad juang untuk sembuh.

Ketua Umum Yastroki Mayjen TNI (Purn) Dr. dr. Tugas Ratmono Sp.S, MARS, MH, melihat tekad Komar untuk lepas dari belenggu stroke menggambarkan kampanye ‘Gerakan Perang Semesta Melawan Stroke’ dan menjadi pemantik semangat bagi penyintas stroke untuk pulih.

“Ini sesuatu yang luar biasa. Aksi jalan kaki dari Yogyakarta ke Bandung ini sebenarnya keinginan Komar untuk bercerita kepada masyarakat bahwa penyintas stroke harus punya tekad yang kuat untuk pulih kembali,” kata Tugas.

Aksi jalan kaki penyintas stroke juga dinilai bisa menginspirasi pemangku kepentingan untuk berkolaborasi memberikan penanganan stroke yang lebih baik pada masa mendatang.

Adzan subuh baru saja terdengar dari mushalla di Kawasan Rest Area salah satu SPBU di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Di hari keempat perjalanan kaki dari Yogyakarta menuju Bandung, penyintas stroke Komaruddin Rachmat sudah mulai terlihat bersiap memulai perjalanannya menuju titik finish hari keempat, yakni RSUD Dr Soedirman, Kebumen, Jawa Tengah, Selasa (8/8) pukul 05.12.

Di hari pertama hingga hari ketiga sebelumnya, mantan aktivis mahasiswa di Bandung ini telah melintasi jalur selatan Pulau Jawa melewati kota Yogyakarta, Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Purworejo. Perjalanan berikutnya melintasi Kebumen, Banyumas, Cilacap, Kota Banjar, Ciamis, Tasikmalaya, Garu,t hingga finish terakhir di Kota Bandung.

“Bagi yang melewati sepertiga malamnya dengan shalat tahajud, doakan saya dan tim agar sukses membawa misi dengan pesan kesehatan terkait stroke,” ucap Komar dalam pesan WhatsApp yang diterima redaksi.

“Saya adalah bagian dari gerakan perang semesta melawan stroke, yang dicanangkan oleh Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki). Kita tidak bisa sendiri dalam berjuang melawan stroke, tapi harus bersama-sama,” katanya menambahkan.

Komar juga mengatakan stroke itu bukan saja menyebabkan hilangnya produktivitas, namun juga menimbulkan problem sosial.

“Saya menyadari sepenuhnya bahwa aksi jalan kaki ini berat apalagi di umur saya yang sudah 69 tahun, tapi entah kenapa saya bangga melakukannya. Begitu juga tim yang mengawal saya (Mas Eko, Mas Giovani, Bang Soleh dkk), mereka sangat bersuka cita,” kata Komar sumringah.

Ia pernah terserang stroke pada 16 September 2012, dia dirawat di RS Harum Kalimalang, Jakarta Timur. Diagnosis ketika itu adalah stroke hemorrhagic atau pecah pembuluh darah otak. Stroke melumpuhkan separuh tubuh Komaruddin.
Sembilan hari terkulai di rumah sakit, sisa-sisa stroke itu masih terasa kuat kala ia pulang ke rumah.

“Kaki dan tangan bagian kiri mati rasa, dicubit dan dibakar tidak terasa. Kaki seperti kesemutan ekstrem, sulit dijejakkan ke lantai. Bahu kiri miring ekstrem, dengan tangan terkulai lemah tak bertenaga, jari-jari tangan menggenggam tidak bisa dibuka. Syaraf tangan dan kaki error tidak bisa memegang benda yang saya inginkan, kaki tidak bisa menggunakan sandal jepit secara otomatis,” ungkap Komar.

Sepulang dari rumah sakit, pria yang pernah menjadi Ketua Masyarakat Indonesia Australia Selatan (MIIAS) ini, mesti rutin berobat selama 3 bulan. Tak pelak, kantongnya cekak. “Karena alasan keuangan, saya pindah ke RS Persahabatan Rawamangun, Jakarta Timur, dengan menggunakan fasilitas askes istri saya,” kata dia.

Di sana, Komar terus mengecek kesehatannya ke poli syaraf. Komaruddin juga mengikuti pengobatan akupuntur dan medis serta bergabung dengan rekan-rekan sesama penyintas stroke untuk senam tiap Selasa pagi. Berjuang pulih Komaruddin menghabiskan waktu enam bulan sepulang dari rumah sakit untuk coba mengembalikan kesehatannya. Menurut dia, periode itu merupakan periode emas dalam usahanya kembali pulih.

“Di periode itu, saya tidak lepas obat dokter, berjalan kaki dan berjalan sejauh yang saya bisa, membeli dan membaca buku-buku kesehatan, nguping pembicaraan para dokter, mencari orang-orang yang sembuh stroke untuk mencari kiat-kiat,” ia berkisah.

Dalam aksi perjalanan kaki dari Yogyakarta menuju Bandung, Komar ingin menunjukkan bahwa seorang penderita stroke berpeluang besar untuk kembali pulih jika dilandasi semangat dan tekad juang untuk sembuh.

Aksi jalan kaki penyintas stroke ini juga dinilai bisa menginspirasi pemangku kepentingan untuk berkolaborasi memberikan penanganan stroke yang lebih baik pada masa mendatang. (Bersambung)

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

+ 43 = 47