24 November 2024

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

Sanggar Putai Bakiho Dalam Karya ‘Ngayun Mamintak Lamat’ di Festival Tari Kreasi Remaja Tahun 2023

2 min read

JAMBIDAILY SENI, Budaya – Sanggar Putai Bakiho, hadirkan karya berjudul ‘Ngayun Mamintak Lamat’ dalam festival tari kreasi remaja yang berlangsung 19 s.d 20 September 2023 di Taman Budaya Jambi.

Koreografer Laras Dwi Sintia, penata musik Nosi Indra Tomi, penata kostum Laras Dwi Sintia, ditarikan oleh Verna Syavira Adila, Nafilah Durratun Najwa, Keyla Asykia Ramadhani, Airin Satira Afrilia, Delphi Rahma Aufa, Najwa Radisa Almira, Rifqi Zikra Alghifari, dan paril Kisatria.

Ngayun mamintak lamat berasal dari kata ngayun,mamintak, dan lamat, ngayun berarti mengayun, mamintak berarti meminta, sedangkan lamat berarti rahmat, dan kata luci digunakan untuk menyebut sebuah wadah yang berbentuk 2 Limas yang digabungkan, di gunakan untuk menyimpan Buah-buahan dari rimba, dari bentuknya luci di ibaratkan menyerupai bulir padi yang berisi.

Upacara ngayun luci merupakan sebuah ritual adat yang di laksanakan oleh para Balian atau Saman suku kerinci ketika padi mulai masak, Upacara adat ini dilakukan sebelum padi masak yang bertujan memanjatkan pengharapan kepada tuhan yang maha esa dan Ieluhur agar padi dapat selamat sampai musim panen tiba, setta memohon penjagaan agar dijauhkan dari hama seperti burung, ulat,tikus, dan lain sebagainya.

Tahapan ritual adat ini di mulai ketika para Balian memberi tahukan kepada para pemilik sawah bahwa akan diadakan ritual ngayun luci, sehingga mereka berkumpul mempersiapkan bahan dan kelengkapan upacara berupa sesaji atau sajin (dalam bahasa kerinci) serta membuat luci. Kemudian luci dan kelengkapan lainnya dikumpulkan kepada para Balian di rumah gedang untuk diritualkan pada malam hari.

Upacara adat di awali dengan memohon izin kepada Ieluhur dan menata sesaji di lapangan atau hamparan tempat di lakukan ritual adat. Luci di ikat ke palang yang telah di sediakan dan di beri kain panjang untuk di ayun.
Kemudian balian memulai Tepung tawa yakni mengelilingi area ritual agar tidak ada roh jahat yang hadir kecuali roh dari Ieluhur.

Setelah itu Balian mulai bersimpuh di di hadapan sesaji dan luci, ritual adat pun di mulai dengan melantunkan nyanyian Mantra yang entah berusia berapa ribu tahun. Balian pun mulai mengayunkan Luci menggunakan kain panjang yang telah diikat sembari mengelilingi Luci dengan membawa Sesaji

(*/HN)

 

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

68 − 58 =