HWPL Gelar Konferensi Doa Bersama Lintas Agama di Indonesia Untuk Perdamaian Dunia
2 min readJAMBIDAILY PENDIDIKAN – Heavenly Culture, World Peace, Restoration of Light (HWPL) Pada hari Kamis, tanggal 21 Desember 2023, konferensi doa lintas agama diadakan secara daring melalui platform Zoom Meeting.
Kegiatan ini dihadiri oleh 30 peserta dari berbagai wilayah di Indonesia, dengan tujuan memperjuangkan kehidupan damai dan harmonis tanpa konflik bersenjata.
Dalam konferensi ini, beberapa perwakilan dari lembaga agama terkemuka turut ambil bagian, antara lain MAGABUDHI Sumatera Utara, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jakarta dan Bogor, serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan, dan FKUB Sulawesi Selatan.
Salah satu agenda utama ke depan adalah pelaksanaan konferensi doa bersama se-Indonesia ini setiap bulannya. Kegiatan ini direncanakan untuk melibatkan lebih banyak pemuka agama, guna membangun jaringan yang kuat dan persiapan yang matang untuk penyelenggaraan Indonesia Religion Peace Academy (IRPA) ke-2.
Dalam konteks yang semakin kompleks dan dinamis, partisipasi lintas agama menjadi pondasi penting dalam memperjuangkan perdamaian global. Konferensi seperti ini memberikan ruang bagi dialog, kerjasama, serta kesempatan bagi para pemuka agama untuk menjalin kerjasama yang lebih erat demi mencapai perdamaian dunia yang diidamkan.
Komitmen dari para peserta konferensi ini menjadi landasan kuat dalam menjaga keragaman Indonesia dan mewujudkan perdamaian yang inklusif serta berkelanjutan.
Sebagai agenda berkala, konferensi doa bersama ini diharapkan mampu menjadi momentum berharga dalam memperkuat solidaritas lintas agama untuk kebaikan bersama.
Indonesia Religion Peace Academy (IRPA) yang Ke-2 akan dilaksanakan kembali di awal Maret 2024 (sebelumnya telah sukses melangsungkan IRPA 1 Juni 2023 lalu).
Diketahui, HWPL terus bergerak baik itu menghadirkan ratusan tokoh Agama dan publik figur dunia untuk bersama mewujudkan perdamaian, menolak peperangan.
Disisi lain, Ketua HWPL Lee Man-Hee tak henti-hentinya mengajak menyatukan semua perbedaan agar tidak terjadinya perang, karena perbedaan dapat diselesaikan secara dialog, dengan senjata akan menimbulkan kepedihan.(*/HN)