Cerpen Yanto Bule ” Pulanglah ibu”
6 min readSenja temaram di sudut rumahku, perlahan mengejar malam,jendela kamarku perlahan aku tutup agar angin dan nyamuk tidak masuk ke dalam kamar, suara sandal bapak terderngar keluar dari kamar mandi,sembari menunggu azan magrib lelaki paruh baya duduk di beranda rumah peningalan ibu.
Ini tahun ke empat puasa tanpa ibu,ayah beitu terlihat mulai tegar tidak lagi larut dalam kesedihan,semenjak kepergian ibu yang mendadak usai pulang dari musola di dekat pedukuhan desaku.
Azan magrib membuyarkan lamunan bapak,lelaki yang mulai menua itu masuk kedalam pesolatan,dimana biasanya kami selalu solat berjamaah bersma ibu dnan adiku ,bibir tua bapak terlihat begitu khusyuk memanjatkan doa,entah permintaan yang di sampaikan bapak kepada pemilik jiwanya.
‘’nak usai solat subuh ajak adikmu untuk sama sama ke makam ibumu’’
‘iya pak,usai sahur dan subuh nanti kita ke makam ibu,rasa kangen melaksanakan puasa bareng bareng ibu’’
‘’doakan saja di setiap engkau solat ya nak,hanyalah doa yang bis kita kirimkan,rasa sayang kita pada ibu hanya bisa di wujudkan lewat untaian doa’’
‘’tak terasa tahun ke empat tanpa ibumu’kamu jangan cengeng,lelaki itu di lahirkan hidup sendiri kamu harus kuat anaku’’
Bunga kamboja diatas pusara ibu,pohonnya makin besar kembangnya berguguran di atas tanah dan rumput di makam ibuku,tangan keriput ayah cekatan membersihkan rerumputan dan kembang kering di atas makam ibuku, adiku yang masih bersekolah sekolah dasar terlihat begitu takzim,duduk di sisi makam ibu sembari membenarkan tanah makam yang berada di sampingnya.
‘’nak jika bapakmu di panggil tuhan untuk Kembali,tolong makamkan bapak di samping makam ibumu ya’’
‘’apa yang bapak katakan pak, apakah bapak juga akan meninggalkan kami berdua’’ suaraku bergetar.
‘’bapak ingin ,jika meninggal bisa tetap berdampingan dengan ibumu,agar kami bisa selalu Bersama di Surga Nya’’
Percakapan di makam,begitu terekam jelas,betapa sayangnya bapak kepada ibuku,begtu besarnya rasa kebersamaan yang mereka lalui,entah janji apa mereka saat muda sehingga kesetiaan sampai ujung hayat masih terucap lisannya di makam ibuku.
Perjalanan pulang dari makam begitu berat,sebab masih terasa dekapan ibu jika aku tengah sakit dan membutuhkan obat dan doa ibuku, ya kehilangan akan kalimat penghantar tidur,bukan hanya cerita keluarga kami,tetapi banyak petuah ibu yang belum mampu aku jalankan, agar aku bisa menjadi contoh adiku agar bisa menjaga bapak dn martabat keluarga kami.
Kemiskinan yang kami terima sebagai takdir Tuhan,tak pernah membuat bapak minder atau bahkan malu hidup di lingkungan kami tinggal, pengetahuan agama menjadi pondasi kuat ayah untuk bisa Istiqomah menjalani hidup penuh liku liku.
Yang membuatku makin mandiri, sepeninggalan ibu adalah aku di terima bekerja pada sebuah perusahan di ibu kota kabupaten,meskipun bergaji kecil tetapi setidaknya aku sudah bisa membiayai hidupku sendiri,terkadang hasil kerjaku Sebagian aku tabung dan aku berikan kepada bapak dan membiayai adiku,agar beban bapak juga sedikit ringan.
Tiba tiba di tengah jalan pulang,aku di kejutkan dengan sosok Wanita berjilbab hitam bermotif bunga,sama seperti jilbab yang di pakai ibuku, ku hentikan laju kendaraan yang aku kendarai, ku perhatikan Wanita di depanku yang tengah berjalan dengan membawa tas belanjaan di tangan kirinya,sementara tangan kananya memegang dompet.
Wanita berjilbab itu masuk ke dalam Lorong sebuah pemukiman, aku dengan perlahan ku ikuti dengan diam diam,rasa penasaranku begitu kuat,selintas wajah ibu berjilbab sangatlah mirip dengan wajah ibuku yang sangat teduh,senantiasa basah dengan air wudhu.
Tiba di sebuah rumah sederhana,ibu itu di sambut anak anaknya yang tengah bermain di halaman rumahnya yang asri,rumah sederhana itu memiliki halaman yang cukup luas,beberapa pohon buah juga tengah berbuah,sehingga menambah asrinya rumah sederhana, tak terasa Langkah kaki ini jauh mengikuti hingga ke halaman rumahnya.
‘’cari siapa nak, sepertinya kamu orang baru di sini ya’’
Kalimat itu sangat mengagetkanku,sontak saja aku salah tingkah sebab perbuatanku mengikuti ibu berjilbab yang mirip dengan ibu di ketahui, betapa aku terkejut dengan wajah yang ada di depanku ,ya wajah itu sangat mirip dan mengingatkanku pad almarhumah ibuku.
‘’maaf ibu,tadi saya ikuti ibu semenjak dari ujung Lorong di depan sana’’
‘’mari singgah di rumah ibu,kebetulan di rumah ada anak ibu,kalua bapak masih di kebun belum pulang,biasanya sehabis asar pasti pulang kerumah’’.
Tergesa gesa aku hampiri ibu di depanku, sembari bersalaman dan mencium tangan ibu berjilbab dan ku jawab jika aku belum bisa singgah ke rumah,sebab aku juga harus segera pulang untuk mengurusi adiku yang biasanya akan pergi belajar ngaji di rumah pak kyai.
‘’maaf ibu,saya belum bisa mampir sebab ada adiku yang harus saya antar ngaji di rumah pak kyai,dan terima kasih saya sudah tau rumah ibu ,Alhamdulillah ibu sangat ramah dan baik,insya allah jika ada waktu saya akan main kerumah ibu,sampaikan salam saya untuk bapak ya bu’’.
Sepanjang perjalanan pulang,pikiranku galau ya allah betapa senangnya aku bisa melihat sekilas wajah ibuku,meskipun hanya pada orang lain yang Cuma mirip,tetapi menjadi obat rinduku padamu ibu.
Penghujung bulan Ramadhan, sebagian besar keluarga punya tradisi membersihkan makam leluhur dan keluarga, dan moment itu tidak aku sia siakan, bapak dan adiku usai asar sudah di makam,meskipun hanya bunga yag di campur dengan potongan pandan,dan di masukan ke dalam botol besar berisi air aroma kembang melati dan wangi mawar berpadu.
Bapak kemudian memimpin baca yasin di pusara ibuku, air bening hangat menganak sungai di sudut mataku, apalagi melihat adiku memeluk tanah makam,seperti menumpahkan rasa rindu pada ibuku, ya di saat adiku sangat membutuhkan kasih sayang ibuku ,Tuhan memanggilnya untuk pulang.
Genggaman tangan kecil adiku tak lepas dari tanganku, perlahan kepala adiku tersandar di pahaku yang sedang bersila di tepi makam ibuku, rasa sedih dan kangen adiku tertumpah dengan tertidur di samping makan ibuku.
Bapak terdengar menyelesaikan doanya, bunga yang ku bawa di dalam botol besar,perlahan di siramkan di atas pusara ibuku, bunga wangi dan daun pandan memenuhi tanah makam ibuku, bergegas aku bangunkan adiku untuk ku gendong,sembari menyiram nisan ibuku dengan sisa air kembang di dalam botol besar,perlahan aku tinggalkan pemakaman umum yang mulai sepi di tinggalkan warga yang selesai berkirim doa di makam leluhur dan keluarga.
Takbir bergema di musola dekat pedukuhan desa, seperti mengiris hatiku,suara takbir yang setiap idul fitri berkumandang, seperti membuka kenangan akan ibuku yang selalu menyiapkan baju baru lebaran aku dan adiku,tetapi lebaran kali ini tak kutemukan lagi.
Baju baru untuk adiku masih teronggok di lemari kecil,menunggu di pakai adiku untuk lebaran, meski terlihat riang kesedihan akan kehilangan ibu aku rasakan,sungkem ku pada bapak memecah tangisku akan rindku pada ibu, maafkan aku bapak, bombing anakmu jadi kebanggaan keluarga dan contoh baik bagi adiku.
lebaran kali ini aku hanya memintamu Tuhan,ijinkan ibuku pulang kerumah dan aku ingin memeluk ibuku meski hanya sebentar saja.
Tuhan,berikan air mata
Agar bisa membasahi gersang hatiku
Kembara ini tak jua berakhir
Sudut sajadah tak mampu merebahkan kefanaan
Tuhan,berikan aku sayap
Agar aku bisa terbang melewati Shirothol Mustaqim MU
Almanak membias setiap subuh
Terhampar jelas senyum manis ibuku di Syurga MU
Tuhan lelap kan aku dalam alfatihah MU
Sanggar imaji pamenang bangko 27 maret 2024