Cerpen Yanto bule “Cahaya Di Bukit 12”
9 min readHutan yang lebat dengan segala isinya, begitu damai,suara siamang pagi itu terdengar bersahutan, suara burung menyambut pagi begitu riang berterbangan di antara pepohonan di hutan bukit 12.
Tampak keluarga temenggung Grib ,baru saja memulai aktivitas, lelaki kekar dengan perawakan sedikit pendek, hanya menggunakan cawat yang berasal dari kain panjang di lilitkan untuk menutupi auratnya begitu lincah, sementara sebilah parang di selipan di antara kain cawat yang melilit pinggang,tangan kanannya memegang tombak, sementara tangan kirinya menempel sebatang rokok kawung.
Di tengah rimbunnya hutan,Grip masuk kedalam hutan untuk melihat jerat napuh,yang di pasang sore kemarin,jika beruntung dirinya bisa membawa pulang napuh untuk di masak bersama keluarganya.
Suara semak yang di pijak hewan makin jelas, saat temenggung grip mendekati jerat yang di pasang, hewan yang menyerupai kancil terlihat berusaha meloloskan diri dari tali jerat tambang yang di pasang temenggung grip.
Dengan cekatan temenggung grip, menangkap hewan yang mulai letih dengan usahanya meloloskan diri, kaki napuh kemudian di ikat lalu di gantungkan di kayu gagang tombak miliknya, dan kemudian pulang.
Limah, istri temenggung di dalam pondoknya yang terbuat dari kayu kayu bulat sebagai lantainya di susun rapi, sementara atapnya di buat dari daun Rumbia yang banyak tumbuh di dalam hutan bukit 12.
” Nah itu bapak sudah pulang, sepertinya membawa hewan buruan untuk kita makan” ujar Limah kepada dua anaknya yang menginjak dewasa.
” Ya Mak, sepertinya bapak membawa napuh yang memiliki daging lezat,bisa kita santap pagi ini” ujar Meratap .
Keluarga temenggung Grib, di karuniai dua anak lelaki, yang beranjak dewasa, Meratap merupakan anak sulung yang memiliki perawakan Tegal dan badannya kekar, sementara adiknya Meranting masih anak anak, namun keduanya sangat akur dan saling mengasihi.
Di kelompoknya Temenggung grip merupakan orang yang di segani, selain mampu menjadi pelindung kelompok, Temenggung grip juga orang yang cakap dalam menyelesaikan masalah kelompoknya,sehingga apa saja yang menjadi keputusan temenggung grip harus di laksanakan, selama ini keberadaan kelompok temenggung grip dengan Masyarakat luar sudah hidup berdampingan.
Di desa bukit Suban yang di huni warga eks transmigrasi, ada salah satu anggota kodim 0420/Sarko yang bernama Babinsa Kopral kepala (kopka) Tamrin yang sangat di kenal , bukan hanya sebagai tentara saja namun Babinsa Tamrin juga mengajar anak anak suku anak dalam yang mau belajar, apalagi istrinya Ibu Irma merupakan salah satu kepala sekolah di desanya, sehingga sarana dan prasarana untuk mengajari mereka tersedia.
Dari anak anak suku dalam yang belajar dengan Tamrin, Ada sosok anak yang sangat menonjol baik dari cara belajarnya, maupun cara berbicara di hadapan temen sebayanya sangat berbeda, selain itu dari sosok Meratap ada jiwa kepemimpinan yang sudah di milikinya.
Kopka Tamrin, melihat Meratap anak dari temenggung grip memilki cita cita yang sangat kuat, bahkan jiwa kepemimpinan muncul pada diri meratap, apalagi semangat untuk belajar begitu kuat.
” Kamu memiliki bakat kepemimpinan, dan sangat rajin untuk belajar nak”
” Terima kasih pak, saya sangat ingin maju seperti orang luar yang pintar”
” Untuk kamu pintar, maka sudah semestinya rajin belajar, ingat kamu satu satunya harapan orang tuamu untuk bisa meneruskan kepemimpinan bapakmu”
” Saya ingin sekolah dan menjadi tentara seperti bapak saja, biar saya bisa membantu banyak orang”
Waktu berlalu, Meratap tumbuh makin dewasa , keinginan untuk menjadi tentara main menggebu, apalagi di desa bukit Suban ada kegiatan tentara manunggal membangun desa (TMMD), begitu banyak tentara yang berdatangan ke bukit Suban untuk membuat jalan, membedah rumah dan memperbaiki fasilitas keagamaan.
Dari tentara yang masuk membangun desa bukit Suban, Meratap begitu terpesona dengan kecakapan para tentara yang begitu kompak dan memiliki keahlian bukan hanya berperang, tetapi keahlian membangun rumah penduduk, membuat jalan membuat Meratap makin kuat untuk bisa menjadi tentara kelak.
Meratap yang tinggal bersama dengan keluarga Tamrin, begitu termotivasi melihat para tentara yang menggunakan seragam loreng, bersepatu PDL tampak tengah berbaris di lapangan, begitu berwibawa dan dekat dengan warga, semangat Meratap makin kuat untuk bisa jadi satu satunya suku anak dalam yang bisa jadi anggota TNI.
Tamrin yang melihat semangat Meratap, kemudian mencoba mendengar cita citanya, seberapa besar semangat Meratap untuk benar benar menjadi manusia yang maju.
” Pak, saya ingin jadi tentara ,apa saja syaratnya biar bisa seperti bapak”
” Yang pertama kamu harus sekolah,kemudian kesehatan,fisikmu juga harus bagus”
” Saya sekarang sudah hampir lulus SMP pak, saya harus kemana lagi melanjutkan sekolah”
” Kamu harus melanjutkan sekolahmu dulu ke jenjang SMA, biar makin mudah untuk masuk mendaftar masuk TNI”
Semangat ingin maju menjadi tentara, kemudian ia ceritakan kepada bapaknya temenggung grip, di pondoknya.
” Saya ingin seperti bapak Tamrin,mau jadi tentara pak”
” Kita ini orang dalam, tidak ada sejarahnya bisa masuk tentara nak”
” Tidak pak, saya ingin buktikan bahwa suka anak dalam masih bisa sejajar dengan orang luar dan menggapai cita citanya untuk jadi tentara ”
” Buang saja jauh jauh mimpimu itu, bapak ingin kamu meneruskan jadi temenggung ”
Meratap begitu sedih mendengar, penolakan bapaknya yang ingin tetap dirinya meneruskan menjadi pemimpin di kelompoknya, sementara batinnya bergejolak, perlahan Meratap keluar dari pondok bapaknya, dan berusaha mencari ibunya.
Di sungai kecil, tampak Limah tengah mencuci ikan hasil memasang bubu pagi tadi, Di tengah asik membersihkan ikan perempuan setengah baya ini terkejut dengan kemunculan anaknya Meratap yang selama ini tinggal bersama orang luar, dan tinggal di rumah orang tua angkatnya Babinsa Tamrin.
” Ada masalah apa,sampai kamu begitu murung dan berduka nak”
” Ibu, aku ingin menjadi seperti bapak angkat ku menjadi tentara,tetapi bapak melarang dan menginginkan agar aku menjadi pemimpin kelompok ini kelak”
” Kamu bermimpi terlalu tinggi nak, apakah daya kita hanya orang dalam yang bodoh, dan ibu bersyukur bahwa kamu satu satunya anak dalam yang bersekolah di luar,tapi pikirkan lagi keinginanmu itu”
” Tolonglah Bu, aku hanya ingin doa darimu saja, sehabis lulus sekolah SMP ini aku akan melanjutkan lagi ke SMA ”
Riuh anak anak SMA terbuka di SMAN 12 Merangin, tengah olah raga, begitu juga dengan meratap yang sudah masuk menjadi siswa di sana, tak ada canggung sedikitpun dengan kekurangan yang di milikinya, meskipun terkadang masih ada saja kawan kawannya yang iseng dan mengolok olok jika meratap anak dalam yang jorok,tetapi semua itu di tepisnya demi sebuah cita cita.
” Aku harus tetap kuat untuk mewujudkan cita citaku, semua cacian kawan kawan menjadi penyemangatku”
Suatu waktu Babinsa Tamrin, di minta datang ke sekolah meratap untuk membicarakan kelulusan meratap, nilai akademik lumayan bagus, nilai bidang olahraga atletik juga sangat menonjol.
” Meratap memiliki nilai sangat bagus, hasil ujiannya saja tidak ada yang di bawah nilai 80″ ujar Agus Salim kepsek SMAN 12 Merangin.
” Anak angkat saya ini memiliki cita cita yang sangat tinggi, dan memang bukan hanya cita cita saja tetapi dengan rajin belajar, dan terbukti memiliki nilai yang sangat bagus, tetapi sayangnya pak,orang tuanya yang menjadi temenggung malah menginginkan Meratap meneruskan kepemimpinan orang tuanya”
“Cobalah di beri pemahaman,agar cita cita meratap bisa tercapai pak ”
Deru sepeda motor trail, begitu kencang saat mendaki tanjakan Sialang, Tamrin melaju dengan sepeda motornya di antara jalan setapak berlumpur menuju pemukiman temenggung grip,dengan seragam loreng dan topi rimba kopka Tamrin masuk kedalam hutan,guna menemui temenggung grip.
” Apa kabar bapak tentro”
” kabar baik temenggung”
” Kemana anggota kelompok mu, hanya induk induk saja dan anak anak yang ada di pondok”
” Ya beginilah kehidupan kami, kalau siang banyak bapak bapak berburu getah dan buah jernang, dan mencari rotan di hutan untuk di jual ke pengepul di luar”
” Oya, Meratap sudah hampir lulus sekolah, dia ingin mendaftar tentara, katanya mau seperti saya”
” Kalau itu sudah keinginan dia, saya tidak bisa menolaknya lagi, walaupun saya sebetulnya mau dia meneruskan kepemimpinan saya di sini”
” Kapan lagi ada anak suku dalam yang mau maju, kalau tidak sekarang, nanti biar saya bantu daftarkan”
Percakapan hangat temenggung grip dan kopka Tamrin terhenti saat senja mulai merayap di hutan, Tamrin bergegas kembali ke rumah, dengan menyusuri semak dan jalan setapak akhirnya sampai kerumah.
Satu ketika ada kunjungan panglima Kodam II Sriwijaya, berkunjung ke desa bukit Suban, di sana panglima ingin melihat lebih dekat kehidupan warga suku anak dalam, yang selama ini masih hidup tertinggal,di dampingi para petinggi Kodam , Danrem 042/Garpu dan juga Dandim 0420/Sarko, Panglima Kodam dengan dua bintang di pundaknya mampir ke rumah Tamrin, Yang di kenal sebagai Babinsa dan guru bagi suku anak dalam Jambi .
Panglima Kodam II Sriwijaya yang di beri gelar “Rajo Tentro” mendapatkan pemaparan dari Dandim 0420/ Sarko, terkait dengan warga binaan yang ingin menjadi anggota TNI langsung dai laporkan, selain itu perkembangan di wilayah binaan Tamrin,bakal menjadi lokasi kunjungan presiden RI ke Bukit Suban untuk melihat secara langsung kehidupan warga suku anak dalam.
Mimpi besar Meratap untuk jadi tentara, di utarakan, ternyata gayung bersambut Panglima Kodam begitu antusias dan meminta agar Meratap bisa di hadirkan di hadapannya untuk di tanya keinginannya.
Dengan sikap tegap Meratap,langsung menghadap sosok orang nomor satu di Kodam II Sriwijaya, dan mengutarakan keinginannya.
” Kamu mau jadi tentara, apa sudah siap”
“Sudah siap pak”
” Apa tamatan sekolahmu ”
” SMA terbuka pak”
” Nah ini sudah mencukupi syaratnya, Tamrin kamu bantu urus daftar ya, saya ingin ada suku anak dalam jadi tentara dan membina di wilayah ini ”
Semua persyaratan untuk mendaftar masuk TNI sudah penuhi, semua persyaratan sudah masuk bahkan dari semua seleksi baik kesehatan, jasmani,ideologi serta syarat lainya sudah memenuhi, bahkan seleksi yang di lakukan dari kodim,korem hingga panitia daerah hingga sampai ke Kodam II Sriwijaya, tetapi yang menjadi kerisauan Tamrin dan juga Meratap adalah soal lubang di telinga meratap, bisa saja menjadi salah satu gugurnya nama meratap untuk tidak lulus, tetapi karena lubang di telinga meratap adalah salah satu tradisi anak lelaki pada keluarga temenggung Grib Yan wajib di tindik, maka bisa jadi maklum sebab adat yang membedakan antara warga luar dan warga SAD.
Enam bulan berlalu, pendidikan di lalui Meratap, Bukan hanya soal mental dan ideologi,tetapi ilmu kemiliteran sudah di kuasai, bahkan dalam pendidikan yang di lalui Meratap menjadi petembak terbaik di angkatannya.
Usai di Lantik menjadi anggota TNI, Meratap cuti untuk menemui orang tuanya, di dampingi kopral Tamrin, Meratap masuk menyusuri hutan bukit 12 dengan rasa bangga.
Kedatangannya sangat di nantikan kelompok temenggung grip, sambutan adat ,terima adat di gelar, dengan seragam loreng kebanggaan TNI Meratap menatap wajah orang tuanya, dan membuktikan bahwa dirinya mampu menjadi kebanggaan keluarga dan kelompoknya.
” Aku kembali pak, dengan semua cahaya bagi kelompok ini,aku bukan hanya menjadi temenggung tetapi aku menjadi kebanggaan kelompok temenggung grip ”
Airmata Temenggung Grip dan istrinya menganak sungai, rasa bahagia bercampur aduk di dadanya, betapa bangganya Temenggung grip, melihat anak sulungnya sudah membuktikan bahwa siapapun orangnya memiliki kesempatan yang sama untuk mewujudkan cita citanya.
Suara penghuni hutan bukit 12 bersahutan seperti menyambut kedatangan,meratap dengan cahaya baru dan semangat baru, syair lirih di iringi tarian basale dan tari siamang membuat suasana jadi riang.
Pamenang Agustus 2024