Di Balik Bata dan Semen: Kisah Persahabatan Anggota Satgas dan Mbah Komsiah
2 min readMuarojambi – Di bawah terik matahari siang itu, di sebuah sudut desa di Muarojambi, Letda Inf Amran dari Satgas TMMD Kodim 0415/Jambi tampak duduk bersama Mbah Komsiah, seorang warga lanjut usia yang telah lama tinggal di desa tersebut. Mereka berbincang santai sambil mengamati pembangunan rumah Mbah Komsiah yang tengah dikerjakan oleh Satgas TMMD.
Dengan seragam lorengnya yang telah lusuh oleh keringat, Letda Amran mendengarkan dengan seksama cerita-cerita Mbah Komsiah tentang masa mudanya, tentang perjuangan hidupnya, dan tentang harapannya untuk masa depan.
Senyuman kecil menghiasi wajah Letda Amran setiap kali Mbah Komsiah bercerita, diselingi dengan tawa ringan yang sesekali pecah, seolah menepis panasnya terik matahari yang mengiringi perbincangan mereka.
Mbah Komsiah, dengan mata yang mulai redup dimakan usia, tampak bersemangat. Bagi dirinya, hari itu bukan sekadar menyaksikan rumahnya yang tengah dibangun, tetapi juga merasakan perasaan diterima dan diperhatikan.
“Saya sudah lama tidak merasakan kehangatan seperti ini, Nak,” ucap Mbah Komsiah dengan suara pelan namun penuh makna pada Jumat (9/8/2924).
Percakapan yang tulus antara Letda Amran dan Mbah Komsiah ini menjadi bukti bahwa di tengah kesibukan program pembangunan, masih ada ruang untuk menjalin hubungan kemanusiaan yang hangat.
Letda Amran bukan hanya seorang prajurit yang datang untuk membangun rumah, tetapi juga seorang pendengar yang peduli, menjadi sahabat baru bagi Mbah Komsiah.
Pembangunan rumah ini merupakan bagian dari Program TMMD yang bertujuan untuk memperbaiki infrastruktur desa. Namun, lebih dari itu, setiap bata yang disusun dan setiap paku yang dipasang juga mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan.
Hubungan yang terjalin antara Satgas TMMD dan warga desa seperti Mbah Komsiah menunjukkan bahwa pembangunan yang sesungguhnya adalah tentang membangun kembali jembatan-jembatan sosial yang mungkin telah lama terlupakan.
Pada akhirnya, program TMMD bukan hanya tentang pencapaian fisik, tetapi juga tentang merajut kembali kebersamaan dan harapan. Di tengah hiruk-pikuk pembangunan, kisah Letda Amran dan Mbah Komsiah mengingatkan kita bahwa sentuhan kemanusiaan yang menghangatkan hati adalah elemen terpenting dalam setiap langkah pembangunan. **