10 Januari 2025

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

Dongeng Yanto bule ‘Asal Usul Desa Lantak Seribu’

8 min read

Tiba tiba sampan yang di tumpangi kiyai Sepat Putih, Berhenti di tengah tengah sungai Batang Merangin, ulama dari kerjaan Jambi ini hendak pulang ke kerajaannya usai menjalankan tugas bersyiar di kerajaan Tandrun luah, yang di kenal sakti mandraguna dan tidak terkalahkan.

Wilayah Tandrun luah memiliki luasan yang tak terukur, Sebab menurut Tandrun luah untuk menentukan batas wilayahnya dirinya yang di kenal sakti, hanya memerintahkan gagak rimang se ekor burung elang untuk menjatuhkan daun yang di bawa dari ketinggian,sehingga dimana daun itu jatuh,maka itulah batas wilayahnya.

Sampai akhirnya kerajaan Tandrun luah,Di kenal sebagai wilayah yang sulit di kalahkan, Di wilayah kerajaan Jambi.

Sampan yang berisi tiga orang ini, mendadak berhenti di pertigaan sungai, atau yang lebih di kenal sebagai ujung tanjung, Kyai sepat putih meminta salah satu orang muridnya untuk memeriksa sampan, apakah tersangkut kayu atau terjerat akar sehingga sampan yang di tumpangi nya tidak bisa berlayar.

” Somad, coba periksa sampan kita kenapa tidak mau berjalan”
” baik guru, akan saya periksa”

Dengan berbekal pisau yang di selipkan ke pinggang, Somad murid kyai sepat putih langsung terjun ke dalam sungai Batang merangin.

Beberapa saat kemudian , Somad muncul di permukaan sungai, dengan berenang Somad mendekati sampan yang di tumpangi gurunya itu.

” tidak ada kayu atau akar yang menghambat laju sampan kita guru”
” kalau begitu apa yang membuat sampan ini tidak mau bergerak”
” coba kita kayuh secara bersama sama,”

Tak juga mau bergerak sampan kyai sepat putih , Ulama kharismatik ini kemudian meminta agar murid muridnya untuk menjaga sampannya, usai menengadahkan tangan sambit berdoa,Tiba tiba sampan yang tadinya tidak bergerak ,dengan sendirinya langsung menepi di tepian sungai.

Dengan perasaan heran, kyai sepat putih kemudian turun ke darat meminta muridnya untuk naik, dengan perasaan aneh sampan yang di bawa dari kerajaan Jambi untuk bersyiar di kerjaan Tandrun luah merupakan sampan pilihan dengan bahan kayu sampan yang bermutu dengan kayu bulian, aman aman saja bahkan sampai dengan tugas dari raja Rangkayo hitam selesai tidak terjadi masalah, namun saat akan kembali dan baru saja sampai di Batang Merangin tepatnya di dusun pemenang tiba tiba sampan tidak mau berjalan.

Kyai sepat putih, yang memiliki ke tawadhuan yang tinggi, kemudian berjalan di lihatnya hutan lebat dan ada sungai kecil yang membelah hutan terlihat begitu jernih, dengan rasa penasaran Kyai sepat putih kemudian meminta agar para muridnya membelokan sempan untuk mengikuti alur sungai.

Baru beberapa saat sampan kyai sepat putih melintasi sungai, tiba tiba di sebelah kanan tampak seorang warga tengah berladang dan terlihat padi yang mulai berbulir penuh isi, ada pondok panggung dari kayu dan dindingnya dari kulit kayu, Kyai sepat putih kemudian meminta muridnya untuk berhenti.

” assalamualaikum ”
” wallaikum salam kyai”
” ini sungai apa yang berair jernih ”
” sungai rasau kyai, silahkan naik dulu ke pondok saya kyai”
” saya harus melanjutkan perjalanan saya dulu pak, sebab saya sangat penasaran dengan jernihnya air sungai ini, atau jangan jangan ada hulu sungai yang terjaga”
” silahkan kyai, sungai rasau ini selain jernih ikannya juga banyak , semoga saja air sungai yang berada di hulu benar benar bisa terjaga sampai kapanpun”

Kyai sepat putih, lalu menaiki sampan bersama dengan tiga muridnya melanjutkan perjalanan dengan menggunakan sampan miliknya.

Kanan kiri sisi sungai tampak hutan lebat, suara siamang dan burung rangkong terdengar bersahutan, gemericik air di sela sela batu di kiri sungai mempesona kyai sepat putih, tampak bibirnya terlihat berkomat Kamit mengucap syukur, begitu indahnya ciptaan-MU.

Tak terasa perjalanan sampan kyai sepat putih bersama dengan tiga muridnya, memakan waktu hingga hampir satu hari, di atas sampai kiyai Sepat Putih terus melantunkan doa syukur, atas nikmat dan karunia yang di berikan Tuhan atas ciptaannya.

Tiba di sebuah lubuk yang dalam dengan airnya yang begitu tenang, dari kejauhan kyai sepat putih melihat ada rakit yang tertambat di sebuah kayu, sementara sosok tua karismatik tengah berwudhu di atas rakit, terlihat sosok tua kemudian mengumandangkan azan magrib.

Suaranya begitu lembut, dengan irama yang syahdu suara azan sosok tua begitu terasa menggema di sepanjang sungai dan hutan.

Dengan meminta kepada muridnya, Kyai sepat putih agar mempercepat laju sampannya, agar bisa segera sampai di rakit milik orang tua dengan pakaian syar’i.

Tak lama kemudian kyai sepat putih, sampai ke rakit milik orang tua yang belum di kenalnya, dengan mengucapkan salam Kyai sepat putih lalu naik ke rakit.

” assalamualaikum mani taba Al huda”
” wallaikum salam,kyai”
” Alhamdulillah, saya berhadapan dengan siapa”
” perkenalkan Al-Faqir saya Anwar”
” Masya Allah, nama yang sangat baik, amalan apa yang bapak amalkan hingga bisa memiliki wajah seteduh ini ”
” mari naik ke atas gubuk saya, mari ajak murid muridmu untuk sholat berjamaah di sana”

Pondok kayu milik Kyai Anwar, Beralaskan kulit kayu tetap, Meskipun terlihat sederhana tetapi sangat bersih, apalagi di alasi dengan tikar pandan, Sehingga sangat nyaman untuk sholat.

Usai melaksanakan sholat magrib berjamaah, Kyai sepat putih mendapatkan suguhan makanan berupa kopi yang di hidangkan di dalam tempurung kelapa, dan singkong rebus di campur dengan parutan kelapa dari istri pak Anwar.

” Dulu sebelum ada pemukiman, di sini masih hutan belantara, jarang ada manusia yang berani ke sini,sebab masih banyak binatang buasnya”
” Kenapa bisa tinggal di sini, Apa tidak takut akan binatang buas ”
” Jika kita berpasrah kepada Tuhan, insyaallah akan selalu di jaga kyai”

Perbincangan kyai sepat putih, Dan kyai Anwar mengalir sampai tengah malam, sementara murid murid kyai sepat putih mulai tertidur di pondok kyai Anwar.

Rasa penasaran kyai sepat putih,kepada Kyai Anwar makin kuat sebab, tidak ada satupun pondok atau rumah yang menghuni di sepanjang aliran sungai rasau,tetapi yang membuat aneh banyak sekali binatang liar mendekati pondok tetapi mereka seperti ingin melihat kejadian di dalam pondok.

Rasa penasaran itu di bawa kyai sepat putih untuk pulang ke negeri jambe, keesokan hari ,kyai sepat putih untuk pamit guna melanjutkan perjalanan melalui jalur sungai, Dengan bersampan kyai Sapat memulai perjalanan pulang, jauh sudah pondok kyai Anwar tidak terlihat lagi,hanya pepohonan rindang dan tumbuhan lebat terlihat di sepanjang aliran Sungai rasau.

” Jika ingin sampai ke sungai batang Merangin , Ikutilah sungai rasau ini sampai ke hulunya,nanti akan ketemu dengan lubuk matahari,dan sungai tanjung benuang”

Tapi hal aneh kembali terjadi, saat sampan yang di tumpangi kyai sepat putih melintas lubuk matahari, Puluhan buaya sungai tiba tiba muncul kepermukaan, seperti menghalangi laju sampan.

Lagi lagi kyai sepat putih, Meminta tiga muridnya untuk tenang, dan berusaha untuk menghalau puluhan buaya yang muncul, tetapi usaha mereka gagal, kyai sepat putih yang tau tanda tanda dari alam kalau berdoa, tak lama kemudian puluhan buaya mulai menyingkir dan masuk ke dalam air.

Kyai sepat putih,meminta muridnya untuk menepikan sampannya ,Dan kyai sepat putih melangkah masuk ke dalam hutan, di iringi tiga muridnya kyai sepat putih seperti di tuntun masuk ke dalam hutan, Lagi lagi di dalam hutan di suguhkan pemandangan yang menakjubkan, rimbun hutan terlihat seperti tertata, Ada pondok kecil dari kayu di buat lebih terbuka,hanya lantai pondok dan atap yang di tertutup,atapnya berbahan kayu di belah belah dan di lekatkan satu dengan yang lain sehingga menjadi sangat rapat dan tidak bocor, sementara lantainya juga di anyam dari kayu yang di jalin sangat rapi, Ada juga batu yang di susun dan terisi air seperti tempat wudhu.

Dari balik hutan,mata kyai sepat putih melihat ada bayangan masuk ke dalam pondok, Tapi dari postur orang yang masuk ke dalam pondok sangat mirip dengan kyai Anwar, Tetapi yang membedakan hanya memakai sorban saja.

Lelaki berwajah teduh, terlihat tengah asik memutar biji tasbih, sesekali wajahnya bergerak ke kanan dan kekiri, Kyai sepat putih memberanikan diri untuk menyapa dengan bersalam.

” Assalamualaikum kyai”
Ucapan salam kyai sepat putih,belum di balas , sepertinya sosok di depannya masih sangat nikmat melantunkan zikir.

” Walaikumsalam saudaraku”
” Sampai juga akhirnya di kediaman ku di sini”
” Masya Allah,ini benar kyai Anwar ”
” Iya saudaraku, ini jalan Allah mempertemukan kita untuk terus bersyiar ”
” Maaf kyai , sebenarnya saya sebelum berdakwah di kerajaan Tandrun luah, sudah di perintahkan raja untuk mencari sosok kyai Panjang,yang di kenal memiliki ilmu agama yang sangat tinggi dan di kenal dengan memiliki bahasa yang santun,apakah itu dirimu kyai”

” Terlalu berlebihan sekali saudara ku, aku hanya berdakwah sesuai kemampuanku saja,agar masyarakat yang aku jumpai bisa tercerahkan dengan sinar pemilik akan semesta ”
” Dulu di daerah ini, tidak ada satupun manusia yang berani masuk ke dalam hutan, yang dulunya hanya berisikan patok patok kayu saja”
” Tapi dengan keyakinan bahwa Tuhan menciptakan alam ini bukan untuk binatang saja,dan ada Khalifah di bumi yang memimpin,maka dengan bismillah saya lakukan”
” Patok seperti apa yang kyai maksud, apakah terbuat dari kayu atau dari apa”
” Ya,patok kayu yang di tancapkan dari hulu sungai rasau sampai ke Ilir sungai rasau, dan jika di jumlahkan maka mencapai seribu, ini akan menjadi salah satu desa besar yang akan menghuni di sini”
” Di hulu ada satu makam di batas sungai tanjung benuang, itu merupakan makam Kramat yang berada tepat di pinggir sungai,dan menjadi pembatas desa nantinya ”
” Dulunya ada beberapa pendakwah,yang datang dari rantau gedang,muara lati,tanjung gagak,selango dan pulau Bayur, mereka sering bergantian mendatangi wilayah ini”

Rasa penasaran kyai sepat putih,atas keberadaan kyai panjang terungkap sudah, ternyata kyai panjang bukanlah sosok sembarangan ,kyai panjang merupakan salah satu putra mahkota Kerajaan Jambi, namun enggan untuk hidup sebagai anak raja dan memilih jalan menjadi orang biasa, dengan rasa puas kyai sepat putih kembali ke kerajaan Jambi Dengan bersampan mengikuti aliran batang Merangin,dan batang tembesi hingga sampai ke sungai batang hari dan tiba di kerajaan Jambi.

Sanggar imaji pamenang @khir 2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

67 + = 68