12 Ekskavator Masuk TNKS Tanpa Tersentuh: Di Balik Diamnya Aparat dan Dugaan Keterlibatan Kades di Jangkat Timur

JAMBIDAILYMERANGIN – Satu ekskavator mungkin bisa luput dari pandangan. Tapi dua belas unit alat berat yang melintasi satu Polres dan empat Polsek dari Bangko ke Jangkat Timur tanpa satupun yang bertanya arah atau tujuannya, adalah ironi hukum yang nyata. Tujuan mereka diduga jelas: Sungai Ampar, kawasan hutan lindung di wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang kini terancam oleh aktivitas tambang emas ilegal (PETI) berskala besar.
Penelusuran investigasi ini mengungkap bahwa eksodus alat berat tersebut bukan gerakan sporadis. Pergerakan mereka terorganisir, tertutup, dan nyaris tanpa hambatan, seolah ada “garansi tak terlihat” dari kekuatan yang cukup besar untuk membuat aparat memilih bungkam. Dari Polres Merangin, Polsek Muara Siau, Polsek Lembah Masurai, hingga Polsek Jangkat semua dilewati tanpa tindakan.
“Sudah 12 unit alat katanya,” ujar seorang tokoh masyarakat setempat yang meminta identitasnya dirahasiakan. “Kami heran, kok bisa lewat sebanyak itu dan tidak ada yang tahu atau cegah? Padahal semua jalurnya jelas.”
TNKS dan Ancaman PETI
Sungai Ampar berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Jangkat Timur dan termasuk kawasan konservasi TNKS yang sangat dilindungi. Wilayah ini sebelumnya masuk dalam konsesi IUP PT Aneka Tambang (Antam), yang sempat melakukan eksplorasi, namun belum masuk tahap produksi resmi.
Yang menjadi persoalan kini, bukan PT Antam yang terlihat aktif di lapangan, melainkan pemain PETI yang membawa ekskavator masuk tanpa izin resmi, bahkan disebut-sebut telah membuka jalur di tengah hutan lindung.
Dugaan Keterlibatan Kepala Desa
Situasi ini makin panas dengan beredarnya informasi di media sosial yang menyebut bahwa tiga kepala desa di Kecamatan Jangkat Timur diduga ikut terlibat dalam memuluskan aktivitas tambang ilegal ini. Unggahan tersebut beredar dari akun anonim, namun telah ramai diperbincangkan warga dan memicu kemarahan sebagian masyarakat yang menolak PETI.
“Tiga Kades Jangkat Timur diduga main PETI. Diam-diam mereka fasilitasi alat berat masuk Sungai Ampar. Jangan pura-pura bersih kalau sudah ikut main belakang,” tulis akun itu.
Walau belum terkonfirmasi secara resmi siapa saja yang dimaksud, informasi ini memperkuat dugaan bahwa proyek tambang ilegal tersebut mendapat dukungan dari aktor lokal, termasuk di tingkat desa.
Masa Depan Jangkat Timur di Ujung Tanduk
Aktivitas tambang emas ilegal di Jangkat Timur bukan hanya mengancam ekosistem TNKS, tapi juga masa merusak aliran sungai. Jika benar dibiarkan, dikhawatirkan Jangkat akan bernasib sama seperti daerah-daerah lain di Merangin yang telah porak poranda seperti Sungai Manau, kampung halaman bupati, yang sawahnya kini berubah menjadi pulau-pulau batu di tengah sungai mati.(*)
Catatan Redaksi:Investigasi ini masih berkembang. Redaksi membuka ruang hak jawab bagi pihak-pihak yang disebut atau merasa dirugikan, serta akan terus menelusuri keterlibatan aktor di balik aktivitas tambang ilegal di kawasan konservasi TNKS.