Bukan Hanya Teori Penanganan Luka Bakar, SKK Migas PetroChina Juga Gelar Praktik Saat Adakan Pelatihan

JAMBIDAILY ADV – Keselamatan dan kesehatan kerja menjadi perhatian utama bagi SKK Migas PetroChina International Jabung Ltd. Sebagai perusahaan hulu migas yang memiliki aktivitas operasional berisiko tinggi, selalu komitmen dalam mengantisipasi berbagai potensi kecelakaan di tempat kerja terus diperkuat. Salah satu bentuk nyata dari komitmen tersebut diwujudkan dalam kegiatan Training Penanganan Luka Bakar di Tempat Kerja yang dilaksanakan pada Minggu (22/6) pagi, bertempat di Rec Hall Basecamp Geragai.
Kegiatan pelatihan yang digelar PetroChina ini menghadirkan narasumber profesional dari Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) Jakarta. Turut hadir sebagai pengisi materi adalah Dian Mardiani, SKM., SKep., Ners; Dr. Ayu Diah, Sp.BP-RE; Yuliantini, S.Kep., Ners; dan Zaenul Shidiq, Amd.Kep., S.KM – yang tergabung dalam Tim Burns Unit Spesialis Bedah Plastik RSPP.
Dalam sambutannya, Field Manager PetroChina, I. Wayan Suandana yang dibacakan oleh Senior Medical Officer dari Department Field QHSE – Health and Medical Service, dr. Abdul Gani Sugiri, menyampaikan bahwa potensi terjadinya insiden kebakaran di lingkungan kerja cukup besar. Oleh karena itu, pihaknya merasa perlu untuk meningkatkan kapasitas dan kewaspadaan para First Aider serta tim medis dalam menangani kasus luka bakar secara cepat dan tepat.
“Training ini bertujuan untuk memperbaharui pengetahuan dan keterampilan tim kami dalam menangani korban luka bakar, sehingga apabila terjadi insiden, kita bisa merespon dengan tepat dan efisien. Fasilitas medis di Klinik Geragai maupun Betara sudah cukup memadai. Namun penanganan awal sangat menentukan stabilitas pasien sebelum dirujuk ke rumah sakit rujukan,” terang dr. Gani.
Lebih lanjut, pelatihan ini diikuti oleh perwakilan dari berbagai departemen yang ditunjuk sebagai First Aider, guna memperkuat koordinasi dan kesiapsiagaan tim di lapangan. Dalam dunia kerja yang penuh risiko seperti di sektor migas, kecepatan dan ketepatan penanganan darurat adalah kunci untuk menyelamatkan nyawa.

Seluruh peserta pelatihan terlihat antusias mengikuti rangkaian kegiatan yang terdiri dari pemaparan materi, diskusi kasus, serta simulasi penanganan darurat. Diharapkan, pelatihan ini bisa menjadi langkah awal untuk meningkatkan kapasitas internal perusahaan dalam menghadapi insiden yang berpotensi menyebabkan luka bakar.
“Memang tidak ada yang menginginkan kecelakaan kerja terjadi, tetapi kita harus selalu siap menghadapinya. Pelatihan ini adalah salah satu bentuk kesiapsiagaan itu,” ungkapnya.
Sementara itu, Dr. Ayu Diah, Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik dari RSPP, yang menjadi salah satu narasumber utama, menjelaskan bahwa pelatihan ini dirancang tidak hanya sebatas teori, tetapi juga berorientasi pada aplikasi praktis yang relevan di lapangan.
“Kami memberikan materi tata laksana penanganan luka bakar dari yang ringan hingga berat, agar petugas medis maupun First Aider bisa mengenali jenis luka bakar dan menentukan langkah awal yang harus dilakukan. Penanganan awal yang tepat sangat mempengaruhi hasil akhir atau outcome dari pasien,” jelas Dr. Ayu.
Ia menambahkan, pelatihan khusus tentang luka bakar atau burns course di Indonesia masih terbilang langka. Oleh karena itu, RSPP mencoba mengembangkan program pelatihan yang tidak hanya mengacu pada teori kedokteran modern, tetapi juga mempertimbangkan kondisi nyata di lapangan, sehingga para tenaga medis dapat menjembatani teori dengan praktik.
“Seringkali kita paham teorinya, tapi saat berada di lapangan kondisinya tidak selalu ideal. Karena itu, kami ingin memberikan pemahaman yang bisa diterapkan di kondisi nyata, tanpa harus mengabaikan prinsip-prinsip medis yang benar,” ungkapnya.
Data menunjukkan bahwa luka bakar pada orang dewasa umumnya disebabkan oleh api, sedangkan pada anak-anak lebih sering karena tumpahan cairan panas. Dalam konteks lingkungan kerja industri, risiko luka bakar akibat percikan api, ledakan, atau bahan kimia menjadi ancaman serius yang perlu diantisipasi.

Dr. Ayu juga menekankan pentingnya pelatihan ini sebagai bentuk preparedness atau kesiapan personel dalam menghadapi situasi darurat. Penanganan luka bakar yang salah, apalagi di tahap awal, bisa berakibat fatal dan memperburuk kondisi pasien.
“Penanganan luka awal ini sangat penting, karena jika salah penangan bisa menjadi fatal untuk pasien,” tukasnya.
Pelatihan diikuti oleh 25 peserta dari berbagai departemen yang ada di lingkungan kerja PetroChina, seperti dari tenaga medis Jabung Field, Medical Jakarta, Puskesmas Sukarejo Tanjab Barat, hingga perwakilan dari QHSE Departement, Production, NGF Operation, BGP Operation, Fabshop, Field Asset, dan Civil. Keberagaman latar belakang peserta ini menunjukkan pentingnya pelatihan penanganan luka bakar sebagai bagian dari sistem keselamatan terpadu di lingkungan kerja migas. (*/Rosta)