SUARO WARGO

Dua Bulan Setelah MTQ Merangin ke‑51, Hadiah Juara dan Konsumsi Belum Dibayar, Surat Terbuka Dilayangkan ke Bupati

×

Dua Bulan Setelah MTQ Merangin ke‑51, Hadiah Juara dan Konsumsi Belum Dibayar, Surat Terbuka Dilayangkan ke Bupati

Sebarkan artikel ini

JAMBIDAILYMERANGIN-Dua bulan telah berlalu sejak pelaksanaan MTQ ke‑51 tingkat Kabupaten Merangin ditutup secara meriah pada 26 Mei 2025 di Kecamatan Tabir Barat. Namun, sejumlah persoalan mendasar masih belum dituntaskan oleh pihak panitia maupun Pemerintah Kabupaten Merangin, mulai dari hadiah para juara yang tak kunjung dicairkan hingga biaya konsumsi berupa nasi bungkus yang belum dibayar.

Kekecewaan publik pun memuncak. Terbaru, Martonis, selaku pendamping kelompok keagamaan Assalam, melayangkan surat terbuka kepada Bupati Merangin. Dalam surat yang disebarluaskan melalui media sosial itu, ia menyampaikan kritik keras atas lambannya realisasi tanggung jawab pemerintah.

“Hadiah para juara MTQ tingkat Kabupaten Merangin tahun 2025 di Desa Kibul, Kecamatan Tabir Ulu, sampai saat ini belum juga disampaikan. Kami bertanya-tanya, ada apa dengan Pemkab Merangin?” tulis Martonis dalam suratnya.

Ia juga menyinggung belum cairnya insentif bagi pegawai syarak di seluruh kelurahan se‑Kabupaten Merangin, yang hingga kini tak kunjung diterima. Menurutnya, situasi ini menjadi indikator rendahnya kepedulian pemerintah terhadap kegiatan keagamaan dan sosial di daerah.

Tak kalah mencengangkan, hingga kini biaya konsumsi senilai Rp 79,2 juta untuk 2.640 bungkus nasi yang disediakan selama MTQ juga belum dilunasi. Penyedia jasa mengaku belum menerima pembayaran meskipun telah menyuplai makanan secara penuh selama kegiatan berlangsung.

“Tiada tempat dan kantor untuk kami sampaikan hal ini. Kami hanya bisa membantu lewat sosial untuk mereka yang semestinya diperhatikan,” tulis Martonis.

Sebelumnya, pelaksanaan MTQ ke‑51 Merangin sempat menuai pujian karena kemeriahannya. Acara pembukaan menghadirkan qori kelas dunia Salman Amrillah, peraih juara pertama MTQ Internasional di Teheran, Iran, tahun 2019. Penutupan pun digelar megah dengan penampilan tari-tarian Islami, syalawatan dari ibu-ibu PKK, serta upacara penurunan bendera oleh 30 pelajar SMP hingga SMK dari Tabir Barat.

Namun sayangnya, kemegahan acara tidak diiringi dengan ketuntasan administratif dan moral, khususnya dalam penghargaan kepada para juara dan pembayaran jasa pihak-pihak yang terlibat.

Hingga berita ini diterbitkan, belum ada tanggapan resmi dari Bupati Merangin, Bagian Kesra, Kemenag Merangin, maupun DPRD terkait berbagai keluhan tersebut.

Martonis menutup suratnya dengan pernyataan tegas: “Dengan hal yang terkecil ini, bisa menjadi barometer kepedulian dan kinerja Bupati Merangin. Malu sama kabupaten tetangga, begitu peduli terhadap keagamaan. Merangin makin hari makin terpuruk. (*)