MERANGIN – Ambisi membangun rumah sakit baru tipe D senilai Rp80 miliar berpotensi menjadi blunder besar Pemerintah Kabupaten Merangin. Proyek yang masuk dalam RPJMD Merangin 2030 ini bukan hanya mendapat sorotan, tapi juga gelombang penolakan dari anggota DPRD Provinsi hingga mayoritas warga.
Pasalnya, rumah sakit yang sudah ada—RSUD Kol Abundjani—masih jauh dari kata layak. Atap di beberapa lorong nyaris runtuh, fasilitas terbatas, dokter spesialis kurang, hingga peralatan medis usang. Dalam kondisi seperti ini, pembangunan rumah sakit baru justru dianggap pemborosan yang tak menjawab kebutuhan mendesak.
Di media sosial, suara publik nyaris bulat: perbaiki yang ada dulu, jangan bangun yang baru.
“Cocok, perbaiki fasilitas dan kinerja yang ada. Itu sudah lebih dari cukup. Kami butuh kualitas, bukan sekadar jumlah,” tulis Awang Suhada, mendukung pernyataan penolakan Izhar Majid.
“Memang betul, RSUD Abundjani seharusnya direnovasi. Banyak tiang lapuk, berbahaya bagi pasien,” ujar Rama Ini.
Suara ini sejalan dengan kritik dari anggota DPRD Provinsi Jambi dapil Sarolangun–Merangin, yang menilai fokus seharusnya pada penambahan dokter spesialis, bukan gedung baru.
“Daripada menambah rumah sakit, lebih baik menambah dokter spesialis. Itu jauh lebih bermanfaat,” tegas Ardi Wiranata.
Ironi makin tajam ketika mengingat kebijakan pemerintahan Syukur–Khafid yang mencoret Tunjangan Kelangkaan Profesi bagi dokter di awal masa jabatan. Bukannya menarik tenaga medis, justru kebijakan ini dikhawatirkan membuat dokter hengkang.
“Dokter mana yang mau datang kalau insentifnya dipangkas? Merangin 10 juta, tetangga 15–25 juta. Urus dulu nasib bidan dan perawat sesuai janji,” kata seorang bidan yang meminta namanya dirahasiakan.
Kurangnya fasilitas membuat pasien Merangin berbondong-bondong berobat ke luar daerah. Aliran uang daerah pun mengalir keluar, meninggalkan RSUD Kol Abundjani yang kian terpuruk.
“Benar, lebih baik fokus bangun RS Abundjani, lengkapi alat medis dan dokter spesialis. Biar kita bisa berobat di daerah sendiri,” kata Deni Gusmira.
“Untuk apa rumah sakit banyak kalau peralatan tidak memadai? Lengkapi dulu fasilitas dan dokter,” timpal warga lainnya.
Kini, pertanyaan yang menggantung di benak publik sederhana namun menohok:Apakah rumah sakit baru ini benar-benar untuk kesehatan rakyat, atau sekadar proyek ambisius yang mengorbankan kebutuhan nyata warga Merangin?..













