JURNAL PUBLIK

“BATANGHARI I DI UJUNG TANDUK: JANGAN TUNGGU RUNTUH BARU BERTINDAK”

×

“BATANGHARI I DI UJUNG TANDUK: JANGAN TUNGGU RUNTUH BARU BERTINDAK”

Sebarkan artikel ini

Oleh: Ir. Martayadi Tajuddin, MM

Jembatan yang Menua di Tengah Arus yang Terus Membesar

Jembatan Batanghari I di Kota Jambi bukan sekadar infrastruktur penghubung antara dua sisi sungai. Ia telah menjadi tulang punggung mobilitas masyarakat dan logistik lintas wilayah selama hampir tiga dekade lebih, tepatnya sejak dibangun pada tahun 1989. Namun kini, jembatan rangka baja tersebut tengah berdiri di atas ambang krisis—baik secara teknis, struktural, maupun operasional.

Sebagai infrastruktur yang menghubungkan Jalur Lintas Timur Sumatera, Jembatan Batanghari I memikul tanggung jawab strategis bagi konektivitas antarprovinsi. Namun, dari perspektif teknik sipil, usia 36 tahun merupakan fase rawan yang membutuhkan evaluasi menyeluruh terhadap integritas struktur, khususnya karena kondisi beban saat ini sangat mungkin telah melampaui perhitungan desain awal.

Beban Dinamis yang Masuk Kategori Kritis

Salah satu aspek paling memprihatinkan adalah beban dinamis yang kini berada dalam kategori kritis. Beban dinamis mencakup gaya-gaya tidak statis seperti:
• Getaran akibat pergerakan kendaraan berat,
• Lonjakan beban mendadak saat pengereman atau akselerasi,
• Beban akibat kemacetan tinggi yang menyebabkan gaya tekan berlebih dan getaran frekuensi rendah pada sistem struktur.

Pada jam-jam sibuk dan akhir pekan, kemacetan di atas jembatan bisa mengular hingga ratusan meter, menyebabkan beban merata yang jauh lebih besar dibandingkan saat lalu lintas lancar. Desain awal jembatan di tahun 1980-an hampir pasti tidak mempertimbangkan skenario beban lalu lintas sepadat dan seberat saat ini, apalagi jika dikaitkan dengan bertambahnya kendaraan logistik bermuatan tinggi, seperti truk CPO, kontainer, serta truk pengangkut batu bara.

Secara teknis, beban berlebih dalam kondisi stagnan (static load accumulation) berisiko menimbulkan kelelahan material (fatigue) lebih cepat, memperlemah sambungan las dan baut, dan memperbesar peluang deformasi struktural permanen. Dalam jangka menengah, kondisi ini dapat menyebabkan keruntuhan sebagian atau bahkan potensi collapse total jika tidak ditangani.

Kerentanan Struktural dan Pencurian Komponen Baja

Selain faktor usia dan beban, kerentanan struktural juga diperparah oleh pencurian elemen-elemen struktur baja oleh oknum tidak bertanggung jawab. Dalam laporan media lokal dan pengamatan lapangan, telah terjadi kehilangan baut, plat, dan batang-batang baja kecil yang berfungsi sebagai pengikat dan penyatu sistem truss (rangka).

Padahal dalam ilmu struktur, satu komponen kecil yang hilang dapat menyebabkan gangguan distribusi beban secara keseluruhan, bahkan menciptakan titik lemah yang bersifat kritikal. Di tengah arus kendaraan yang padat dan beban berat yang terus berlangsung, kondisi semacam ini adalah alarm merah bagi keselamatan publik.

Ketergantungan Tanpa Alternatif dan Risiko Sistemik

Jembatan Batanghari I adalah satu-satunya jalur utama penghubung Kota Jambi ke Kabupaten Muaro Jambi, serta bagian vital dari Jalur Lintas Timur Sumatera yang menjadi urat nadi ekonomi dan logistik Sumatera bagian tengah. Sayangnya, hingga kini belum ada jalur redundan atau jembatan paralel yang dapat mengambil alih fungsi jika jembatan utama mengalami gangguan.

Dengan kata lain, jika jembatan ini gagal, maka Kota Jambi dan sekitarnya akan lumpuh secara logistik, ekonomi, dan mobilitas masyarakat. Potensi dampaknya akan jauh lebih besar dari sekadar kerugian infrastruktur; ini menyentuh dimensi sosial, ekonomi, dan bahkan geopolitik regional.

Pemprov Jambi Bergerak, Tapi Pusat Harus Menjawab

Gubernur Jambi, Dr. H. Al Haris, S.Sos., MH, telah menunjukkan kepemimpinan teknokratis dan proaktif dalam menghadapi ancaman ini. Berbagai kajian teknis pembangunan Jembatan Batanghari III telah dilakukan sebagai solusi jangka panjang. Rencana pembangunan telah dimasukkan ke dalam RPJMD Provinsi, disertai dengan lobi ke Kementerian PUPR dan mitra strategis nasional.

Namun, hingga kini, dukungan konkret dari pemerintah pusat masih belum hadir dalam bentuk alokasi anggaran prioritas. Proyek ini masih bergantung pada afirmasi politik pusat, padahal urgensinya tak lagi bisa ditunda. Jembatan Batanghari III tidak hanya menjadi pengganti fungsional, melainkan menjadi simbol kesiapan negara dalam melindungi keselamatan warganya melalui infrastruktur yang andal dan berkelanjutan.

Infrastruktur Bukan Sekadar Proyek, Tapi Pilar Peradaban

Jembatan Batanghari I adalah saksi bisu pembangunan Jambi tiga dekade terakhir. Tapi kini, ia tak bisa dibiarkan memikul beban zaman seorang diri. Di tengah beban dinamis yang melampaui desain, usia struktur yang uzur, dan pencurian elemen vital, keberadaannya telah masuk dalam kategori infrastruktur kritikal berisiko tinggi.

Pembangunan Duplikasi Jembatan Batanghari 1 dibaca Jembatan Batanghari III adalah kebutuhan nyata, bukan kemewahan. Ia bukan sekadar solusi teknik, tapi bentuk tanggung jawab kolektif untuk menyelamatkan konektivitas, ekonomi, dan keselamatan warga.

Sudah saatnya pusat mendengarkan suara daerah, mendukung penuh upaya Gubernur Jambi, dan bersama-sama menyelamatkan masa depan mobilitas Sumatera. Karena jembatan bukan hanya besi dan beton—ia adalah urat nadi peradaban.

*)Pengamat Kebijakan Pembangunan Daerah, Infrastruktur, Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan.