JURNAL PUBLIKPOLHUKAM

H Cek Endra, Ditengah Rakyat Tanpa Sekat

×

H Cek Endra, Ditengah Rakyat Tanpa Sekat

Sebarkan artikel ini

Oleh : Ir. Martayadi Tajuddin, MM

DI TENGAH terik matahari yang menyengat dan jalan desa yang belum sepenuhnya mulus, sosok itu melangkah ringan. Tidak tergesa, tidak pula canggung. Ia menyapa warga dengan senyum lebar dan jabatan tangan yang hangat. Drs. H. Cek Endra, anggota DPR RI Dapil Jambi periode 2024–2029, datang bukan untuk sekadar memenuhi agenda reses.

Ia hadir sebagai seorang wakil rakyat yang benar-benar ingin tahu bagaimana kehidupan rakyatnya berlangsung. Bukan dari laporan, tapi dari cerita langsung warga desa.

8 Oktober 2025, dua desa menjadi titik perjalanan: Desa Sungai Duren Kecamatan Jaluko di Kabupaten Muaro Jambi, dan Kelurahan Kampung Baru Kecamatan Tembesi di Kabupaten Batanghari. Dari pagi hingga petang, saya mengikuti langsung setiap langkah sang senator.

Dari tenda-tenda pertemuan hingga sudut pemukiman, dari obrolan ringan warga hingga penyampaian aspirasi yang serius. Yang saya saksikan bukan sekadar kerja reses, melainkan pertemuan hati antara seorang pemimpin dengan warga.

Warga datang dengan wajah penuh harapan. Aspirasi yang disampaikan begitu nyata dan menyentuh kebutuhan dasar: papan nama untuk musholla, lampu jalan dan sambungan listrik desa, perbaikan jalan tani, keluhan soal BPJS yang tak terbayar, keramba ikan yang kehilangan tempat tambatnya, drainase yang mampet, jalan lingkungan yang becek, akses air minum yang layak, hingga persoalan pengurusan sertifikat tanah yang belum jelas statusnya.

Dan Cek Endra? Ia mendengar semuanya tanpa jeda. Duduk di kursi sederhana, mencatat satu per satu aspirasi, dan memberi tanggapan yang jujur tanpa janji manis. Ia bukan tipe politisi yang menjawab semua dengan “nanti kami lihat.” Sebaliknya, Ketua DPD Golkar Provinsi Jambi itu langsung merespons, menyebutkan mitra kementerian yang akan diajak koordinasi, dan meminta stafnya mengatur tindak lanjut teknis di lapangan.

“Ini bukan sekadar catatan. Ini amanah. Dan saya tidak akan biarkan suara dari desa ini hanya berhenti di tenda pertemuan,” ucapnya, disambut tepuk tangan warga.

Hasan, tokoh tua Desa Sungai Duren, berkata dengan nada tulus, “Pak Cek ini beda, dia bukan datang untuk foto-foto, tapi benar-benar masuk ke rumah kami, ke masalah kami. Sudah dari dulu begitu, dari zaman dia jadi bupati.”

Sementara di Tembesi, seorang ibu bernama Bu Anisah yang sehari-hari berjualan kue menyampaikan,
“Saya nggak percaya wakil rakyat bisa sedekat ini. Beliau nggak cuma dengar, tapi kasih harapan. Saya yakin aspirasi kami nggak akan hilang.”

Yang membuat momen ini istimewa adalah cara beliau merespons — dengan ketulusan dan sikap kebapakan. Tak ada sekat. Anak-anak mendekat tanpa takut. Ibu-ibu berbicara tanpa sungkan. Dan para tokoh masyarakat menyampaikan pendapat dengan penuh hormat, tapi juga tanpa rasa segan.

Tak banyak yang tahu bahwa Cek Endra adalah peraih suara terbanyak di Jambi pada Pemilu Legislatif 2024 — dengan 101.112 suara pribadi. Tapi di lapangan, beliau tak membawa gelar itu sebagai gengsi. Justru, suara terbanyak itu menjadi beban moral untuk terus hadir dan membuktikan bahwa rakyat tidak salah memilih.

Lebih dari itu, beliau juga baru terpilih kembali secara aklamasi sebagai Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Jambi, untuk kedua kalinya. Ini adalah bentuk kepercayaan struktural yang solid terhadap gaya kepemimpinannya yang tenang, menyatukan, dan tak banyak gimik.

Sebagai orang luar yang hanya mengikuti sehari, saya merasa belajar banyak. Bahwa menjadi wakil rakyat bukan sekadar soal pidato di Senayan. Tapi soal berani hadir, berani mendengar, dan berani turun ke tanah yang becek bersama rakyat yang diwakili. Saya menyadari bahwa seorang pemimpin bisa tetap hangat dan manusiawi di tengah sistem yang keras dan penuh tekanan.

Hari itu saya pulang dengan pikiran yang penuh. Bahwa ternyata, masih ada politisi yang tak sekadar “datang dan hilang,” tetapi hadir dengan hati yang penuh kepedulian. Sosok seperti Cek Endra membuktikan bahwa kerja politik yang paling tulus tak selalu lahir dari panggung besar, melainkan dari ruang-ruang kecil di pelosok desa, di mana suara rakyat bergema jujur, tanpa skenario.

Ia tidak perlu bicara keras untuk didengar. Tidak perlu banyak berjanji untuk dipercaya. Keteladanan beliau muncul dari ketekunan, kehadiran, dan keikhlasan—nilai-nilai yang semakin langka dalam politik kita hari ini.

Dan mungkin, tanpa kita sadari, pemimpin seperti inilah yang sebenarnya kita rindukan:
Pemimpin yang tidak hanya tahu jalan ke pusat, tetapi tidak lupa jalan kembali ke desa.
Pemimpin yang tidak hanya lihai berbicara di forum, tetapi tahu cara duduk bersama rakyat dalam tenda sederhana.

Pemimpin yang tidak sekadar menatap masa depan dari atas panggung, tapi membawanya dari bawah—bersama mereka yang ingin hidupnya sedikit lebih baik.
Cek Endra adalah cermin itu.
Cermin dari apa yang seharusnya menjadi makna “wakil rakyat” yang sesungguhnya.

*)Penulis adalah pengamat kebijakan publik yang berdomisili di Jambi. Tulisan ini merupakan hasil pengamatan langsung selama satu hari penuh mengikuti kegiatan reses anggota DPR RI Drs. H. Cek Endra di Kabupaten Muaro Jambi dan Batanghari pada 8 Oktober 2025.