KESEHATAN & OLAHRAGA

Gelap yang Datang Setelah Pengobatan, Kisah Siti Maryam, Suami yang Berjuang, dan Anak Kecil Usia Tiga Tahun yang Kehilangan Cahaya Ibunya

×

Gelap yang Datang Setelah Pengobatan, Kisah Siti Maryam, Suami yang Berjuang, dan Anak Kecil Usia Tiga Tahun yang Kehilangan Cahaya Ibunya

Sebarkan artikel ini

Oleh : Nazarman

JAMBIDAILY.COM-Rumah kecil itu kini terasa berbeda. Suasana yang biasanya riuh oleh celoteh seorang anak usia tiga tahun, kini berganti dengan kecemasan dan isak tertahan keluarga. Di sudut ruangan, Siti Maryam duduk diam. Matanya terbuka, namun tidak lagi menangkap bayangan, warna, atau cahaya. Sejak pulang berobat dari sebuah rumah sakit di Merangin, dunia yang ia kenal hilang dalam sekejap.

Tidak ada yang menduga kunjungan untuk mengobati mata kabur itu justru menjadi titik awal kegelapan yang mengubah seluruh hidupnya. Keluarga masih berusaha memahami apa yang sebenarnya terjadi, tetapi hingga kini belum ada kepastian yang mampu meredakan guncangan mereka.

Di tengah situasi itu, Yunus suaminya menjadi sosok yang menanggung beban paling berat. Ketika kejadian itu menimpa Maryam, Yunus sedang bekerja di Kalimantan, berusaha menghidupi keluarga kecil mereka.

“Saya ditelpon keluarga. Mereka bilang setelah berobat mata, istri saya tiba-tiba tidak bisa melihat,” ujar Yunus pelan. “Saya diminta pulang cepat karena anak kami masih kecil, baru tiga tahun, dan tak ada yang ngurus.”

Kabar itu membuat dunia Yunus runtuh seketika. Tanpa berpikir panjang, ia meninggalkan pekerjaannya dan pulang. Perjalanan panjang dari Kalimantan menuju Merangin terasa seperti mimpi buruk yang tidak berkesudahan.
“Rasanya jauh sekali. Saya cuma berharap istri saya masih bisa lihat walau sedikit,” katanya.

Namun harapan itu hancur ketika ia tiba di rumah.
“Sesampainya di rumah, istri saya sudah tidak bisa melihat sama sekali,” ucapnya lirih. Ia mencoba memanggil Maryam, berharap mata istrinya menoleh mengikuti suara. Tapi yang tampak hanya tatapan kosong seperti seseorang yang ditinggalkan cahaya hidupnya.

Penderitaan keluarga kian berat karena anak mereka yang baru tiga tahun belum mengerti apa yang terjadi. Ia hanya tahu ibunya tidak lagi menatap wajahnya seperti dulu; tidak lagi menyambutnya dengan senyum hangat setiap pagi. Kadang ia memegang pipi Maryam, mencoba memastikan ibunya masih ada, masih mengenalinya.

“Kami hanya ingin tahu apa penyebabnya,” ujar salah satu anggota keluarga. “Kami tidak menyalahkan siapa siapa. Kami hanya ingin penjelasan. Hidup mereka berubah total dalam satu hari.”

Beberapa hari kemudian, Siti Maryam dan Yunus memberanikan diri menemui sejumlah awak media. Dengan hati-hati, Yunus menggandeng istrinya mendatangi tempat para awak media biasa berkumpul . Wajah Maryam tampak cemas dan gelisah, sementara Yunus berusaha menjaga suaranya tetap stabil.

“Kami datang ke sini karena kami takut dipermainkan,” kata Yunus. “Kami keluarga miskin. Kami tidak tahu harus mengadu ke mana. Kami hanya minta jangan sampai kami dipingpong oleh pihak rumah sakit. Kami butuh kejelasan.”

Maryam duduk diam di sampingnya, meremas ujung jilbab yang ia kenakan. Ia tak banyak bicara, tetapi wajahnya menyimpan ketakutan yang jauh lebih besar dari kata-kata.

“Kami berharap media bisa bantu kami. Istri saya setiap hari hidup dalam gelap. Kami cuma ingin kepastian,” tambah Yunus.

Kini Yunus harus menjalankan semua peran sendiri: ayah, ibu, pencari nafkah, sekaligus pengganti penglihatan istrinya. Pekerjaan di Kalimantan terpaksa ia tinggalkan demi keluarga.
“Anak kami masih kecil. Istri saya pun butuh bantuan untuk segala hal,” ujarnya, menahan nada suaranya agar tidak pecah.

Dalam kondisi ekonomi pas-pasan, keluarga kecil ini berusaha tetap bertahan. Mereka menunggu kejelasan medis, sambil mengumpulkan keberanian yang tersisa untuk menghadapi hari-hari yang berubah begitu drastis.

Ketika ditanya apa yang paling ia rindukan, Maryam berkata sangat pelan, suara yang hampir tak terdengar.
“Saya cuma ingin bisa lihat anak saya lagi.”

Di titik inilah kisah keluarga kecil ini menggantung di antara ketidakpastian, harapan yang belum padam, dan usaha mencari seberkas terang dalam gelap yang datang tanpa pernah mereka duga.***