Oleh : Nazarman
Selter eselon dua di Kabupaten Merangin memasuki tahap yang paling menentukan. Namun di balik hiruk-pikuk 44 peserta yang ikut serta, bayang-bayang sinis publik semakin tebal: apakah ini seleksi, atau sekadar pengukuhan terselubung?
Pertanyaan ini tidak muncul dari ruang kosong. Rekam jejak seleksi sebelumnya, khususnya seleksi Sekda, meninggalkan jejak yang sulit dihapus. Plt Sekda bahkan sudah melakukan syukuran di rumah dinas barunya, padahal pelantikan belum dilakukan. Fakta seperti ini membuat publik berpikir: untuk apa proses panjang jika arah pemenang sudah terlihat jelas bahkan sebelum tinta pengumuman mengering?
Karena itu, selter eselon dua ini harus diwaspadai. Terlalu sering publik melihat “seleksi” yang sebenarnya hanya rangkaian tahapan administratif untuk melegalkan nama yang sudah disiapkan. Peserta banyak, berkas numpuk, tahapan berlapis tetapi hasilnya persis seperti dugaan awal. Ritualnya sibuk, substansinya kosong.
Jika pola ini kembali terjadi, maka selter kali ini tidak lebih dari panggung formalitas yang mahal dan melelahkan, tetapi tidak menghasilkan apa-apa selain legitimasi palsu.
Pansel harus sadar: kepercayaan publik sudah menipis. Karena itu, mereka mesti membuktikan bahwa proses ini benar-benar fair. Publik harus diberikan:
transparansi nilai setiap tahapan,
bobot penilaian,
rekam jejak peserta yang dinilai,
berita acara penetapan tiga besar,
serta alasan rasional mengapa seseorang lolos atau tidak.
Tanpa itu, publik hanya akan melihat selter ini sebagai seremonial mewah untuk mengesahkan keputusan yang dibuat di ruang tertutup.
Merangin tidak sedang kekurangan ASN yang kompeten; Merangin kekurangan proses seleksi yang dipercaya publik. Birokrasi tidak akan pernah kuat jika pejabatnya lahir dari mekanisme yang sejak awal dicurigai sebagai permainan.
Dan kali ini, publik tidak hanya mengawasi publik sedang menunggu apakah pemerintah berani menjalankan selter yang sungguh-sungguh, atau kembali berjalan di jalur lama: formalitas untuk menutupi keputusan yang sudah diatur.
Jika pansel dan pimpinan daerah gagal menjaga integritas proses ini, maka bukan hanya nama pemenang yang dipertanyakan, tetapi seluruh kredibilitas tata kelola pemerintahan Merangin ikut runtuh.
Ini bukan sekadar seleksi. Ini ujian integritas. Jangan sampai gagal.***











