Pendahuluan
Dalam pandangan Islam, alam semesta bukanlah entitas pasif yang berdiri netral terhadap perilaku manusia. Alam adalah makhluk Allah yang hidup, tunduk pada hukum keseimbangan (mizan), dan berinteraksi secara moral dengan manusia sebagai khalifah di bumi.
Di akhir zaman, berbagai fenomena seperti bencana alam, krisis iklim, dan kerusakan ekologis yang masif dapat dibaca sebagai ekspresi alam atas rusaknya adab dan maraknya kezaliman manusia.
Fenomena tersebut melalui pendekatan Al-Qur’an, hadis Nabi, tafsir ulama klasik, dan pemikiran kontemporer terungkap jelas bagaimana pesan-pesan moral sudah sitebar sejak 14 abad silam, bahkan tiap generasi hadir fatwa-fatwa cendekiawan dan ulama yang mengingatkan akan keberadaan manusia akan alamnya sebagai sebuah entitas yang harus dijaga dan bukan dimusnahkan.
Adab Manusia yang Diabaikan: Alam Memberikan Ekspresinya
Al-Qur’an secara tegas mengaitkan kerusakan alam dengan perbuatan manusia:
Ẓaharal-fasaadu fil-barri wal-baḥri bimaa kasabat aydin-naas.
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia. (QS. Ar-Rūm ayat 41).
Menurut Al-Ṭabari, istilah fasaad dalam ayat ini mencakup kerusakan moral, sosial, dan ekologis yang saling terkait. Al-Qurṭubi, menambahkan bahwa pelanggaran adab manusia terhadap alam berimplikasi langsung pada dicabutnya keberkahan hidup.
Dalam kerangka tasawuf, Al-Ghazali memandang, alam sebagai cermin batin manusia, ketika nafsu dan keserakahan menguasai jiwa kolektif, maka alam menampakkan ketidakseimbangannya.
Pandangan ini sejalan dengan Seyyed Hossein Nasr (1996) yang menyebut krisis lingkungan modern sebagai akibat dari desakralisasi alam. Ketika alam tidak lagi dipandang sebagai amanah ilahi, melainkan sekadar objek eksploitasi, maka respons alam menjadi keras dan destruktif.
Tiga Kezaliman Manusia dan Akibatnya
- Kezaliman Kekuasaan
Kezaliman struktural terjadi ketika penguasa dan elite ekonomi berkolaborasi dalam eksploitasi sumber daya tanpa keadilan. Ibn Taymiyyah (1328) menegaskan bahwa Allah tidak menegakkan negara zalim, meskipun mengatasnamakan agama. Dalam konteks modern, Amartya Sen (2009) menunjukkan bahwa ketidakadilan struktural meningkatkan kerentanan sosial dan ekologis, sehingga bencana menjadi bersifat kolektif.
Hadis Nabi memperingatkan dampak kerusakan moral yang merata:
Idzaa ẓaharatil-ma‘aaṣi fi ummati ‘ammahumullahu bil-balaa’.
Apabila kemaksiatan telah tampak merajalela di tengah umatku, Allah akan menimpakan kepada mereka bencana secara menyeluruh.
(HR. Ahmad).
- Kezaliman Sosial Antar-Manusia
Kezaliman sosial berupa ketimpangan ekonomi, korupsi, dan penindasan antar sesama menyebabkan runtuhnya tatanan masyarakat. Rasulullah menegaskan:
Ittaquẓ-ẓulma fa innazh-ẓulma ẓulumaatun yawmal-qiyamah.
Takutlah kalian kepada kezaliman, karena sesungguhnya kezaliman adalah kegelapan-kegelapan pada hari kiamat.
(HR. Muslim)
Ibn Khaldun (1406) dalam Muqaddimah menyatakan bahwa kehancuran peradaban selalu diawali oleh ketidakadilan sosial. Ketika kezaliman dibiarkan, solidaritas runtuh dan alam kehilangan keberkahannya.
- Kezaliman terhadap Alam
Bentuk kezaliman paling dominan di akhir zaman adalah kezaliman ekologis. Alam dieksploitasi tanpa batas, hutan ditebang tanpa hikmah, dan laut dicemari tanpa tanggung jawab. Fazlun Khalid (2002) menyebut kondisi ini sebagai environmental injustice, yakni pengkhianatan terhadap amanah kekhalifahan (kepemimpinan).
Allah menegaskan hukum sebab-akibat moral:
Wa maa aaaabakum min musiibatin fa-bimaa kasabat aydiikum.
Musibah apapun yang menimpa kalian adalah akibat perbuatan tangan kalian sendiri.
(QS. Asy-Syūrā ayat 30).
Peringatan Ilahi dan Kolaborasi Adil Manusia dan Alam
Islam tidak memandang bencana semata sebagai azab, tetapi juga sebagai peringatan dan sarana penyadaran. Hadis qudsi menegaskan prinsip dasar etika kosmik:
Yaa ‘ibaadi inni ḥarramtuẓ-ẓulma ‘alaa nafsi, wa ja‘altuhu baynakum muḥarraman fa-lā taẓaalamu.
Wahai hamba-hamba-Ku, Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku menjadikannya haram di antara kalian.
(HR. Muslim).
Rasulullah juga mengingatkan amanah ekologis manusia:
Ad-dunyaa khaḍiratun ḥulwatun, wa innallāha mustakhlifukum fīhaa.
Dunia ini hijau dan indah, dan Allah menjadikan kalian sebagai khalifah di dalamnya.
(HR. Muslim).
Menurut Quraish Shihab (2017), tauhid sejati melahirkan keadilan sosial dan kepedulian lingkungan. Pandangan ini sejalan dengan gagasan ekologi integral dalam pemikiran global kontemporer (Pope Francis, 2015), yang menekankan kolaborasi adil antara manusia dan alam.
Kesimpulan
Ekspresi alam di akhir zaman merupakan refleksi dari krisis adab dan kezaliman manusia. Al-Qur’an, hadis, dan pemikiran ulama klasik hingga kontemporer menunjukkan bahwa kerusakan ekologis tidak terpisah dari kerusakan moral dan sosial. Oleh karena itu, solusi Islam bersifat holistik, pemulihan tauhid, penegakan keadilan, dan penguatan amanah ekologis. Jika manusia gagal membaca peringatan ini, alam akan terus berbicara dengan bahasa yang semakin keras dan lantang.
REFERENSI:
- Al-Ṭabari, Abu Ja‘far Muḥammad ibn Jarir. (923).
Jāmi‘ al-Bayan ‘an Ta’wīl Āy al-Qur’an. Beirut: Dar al-Fikr.
Tafsir (QS. Ar-Rum ayat 41). - Al-Qurṭubi, Muhammad ibn Ahmad. (1273).
Al-Jāmi‘ li Aḥkam al-Qur’an. Cairo: Dar al-Kutub al-Miṣriyyah. - Al-Ghazali, Abu Ḥamid. (1111).
Iḥya’ ‘Ulum al-Din. Beirut: Dar al-Ma‘rifah. - Ibn Taymiyyah, Taqi al-Din Aḥmad. (1328).
Majmu‘ al-Fatawa. Riyadh: Dar ‘Alam al-Kutub. - Ibn Khaldun, ‘Abd al-Raḥman. (1406).
Al-Muqaddimah. Beirut: Dar al-Fikr. - Muslim ibn al-Ḥajjaj. (875).
Ṣaḥiḥ Muslim. Beirut: Dar Iḥya’ al-Turath al-‘Arabi. - Aḥmad ibn Ḥanbal. (855).
Musnad Aḥmad. Cairo: Mu’assasah al-Risalah. - Nasr, Seyyed Hossein. (1996).
Religion and the Order of Nature. New York: Oxford University Press. - Khalid, Fazlun M. (2002).
Islam and the Environment. Leicester: Kube Publishing. - Sen, Amartya. (2009).
The Idea of Justice. Cambridge, MA: Harvard University Press. - Shihab, M. Quraish. (2017).
Islam dan Lingkungan Hidup. Jakarta: Lentera Hati. - Francis, Pope. (2015).
Laudato Si’: On Care for Our Common Home. Vatican City: Vatican Press.











