Gubernur Jambi Apresiasi Festival Tari Lah Puar Jelupung Tumbuh IX tahun 2021
4 min readJAMBI WONDERFUL – Ini kali pertama Dr.H.Al Haris,S.Sos,MH (Minggu, 25/07/2021) berkunjung ke rumah besar seniman seusai dilantik, pada 7 Juli 2021 menjadi Raja di Istana Telanaipura, selaku Gubernur Jambi dan berpasangan dengan Drs.H.Abdullah Sani,M.Pdi, sebagai wakil Gubernur Jambi.
Al Haris mengapresiasi terselenggaranya pagelaran dan festival Tari Lah Puar Jelupung Tumbuh IX tahun 2021. Festival Tari Lah Puar Jelupung Tumbuh merupakan ajang kompetisi Tari kreasi tradisional sekaligus sebagai wahana apresiasi terhadap kekayaan budaya yang terbentuk pada seni tari.
Gubernur hadir pada Minggu (25/7/2021) di Gedung teater Arena Taman budaya Jambi Sungaikambang,
Gubernur sangat mengapresiasi pagelaran kreatif Lah Puar Jelupung Tumbuh sebagai upaya pelestarian budaya Jambi yang sarat makna dan nilai bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kehadiran Gubernur ini merupakan bentuk dukungan dan apresiasi mendalam terhadap kreatifitas seni tersebut. Tampak Gubernur sangat menikmati pagelaran seni tersebut dengan memberikan tepuk tangan yang meriah dan langsung mengomentari tarian pembuka yang ditampilkan oleh penari-penari cilik.
Pada kesempatan ini, DR. Sri Purnama Syam, SST.M.Sn, Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi menyatakan bahwa Dinas Pariwisata memiliki dua UPTD salah satunya adalah Taman Budaya Jambi.
”Taman Budaya Jambi sebenarnya lebih mengarah kepada semacam labor seni, disinilah karya-karya yang berkualitas itu di godok, ada eksperimen ada seminar atau workshop intinya untuk keilmiahan, untuk keilmuan maka dapurnya untuk masak itu di Taman Budaya kemudian digelar karya-karya tersebut akan digelar di sini,” ujar Plt Kadis.
Dijelaskan Plt Kadis bahwa ke depan akan dicoba sebelum digelar melaksanakan bedah karya. “Kalau di buku ada bedah buku, maka kita akan melaksanakan bedah karya, sehingga karya- karya Jambi itu memang karya yang dari pemikiran dan pengalaman ide dan tentunya memiliki kualitas, di situlah gunanya fungsi Taman Budaya sebagai labor itu yang pertama Taman Budaya Jambi” katanya.
“Kami ke depan punya program di Taman Budaya itu menjadi sebuah konsep dimana inovasinya bareng-bareng kita kumpul di Taman Budaya Jambi bicara musik seni dan budaya sambil menikmati kuliner tradisional. Taman Budaya ini terbuka tidak hanya untuk masyarakat seni, tetapi untuk masyarakat umum sehingga undang-undang pemajuan kebudayaan tentang pelestarian pembinaan pemanfaatan maupun karya-karya terbaik itu bisa dinikmati masyarakat dan bisa berkembang di tengah masyarakat,” Lanjutnya.
Selain itu, Eri Argawan selaku Pimpinan sanggar Sekintang Dayo menyampaikan bahwa pagelaran dan festival Tari Lah Puar Jelupung Tumbuh tahun 2021, adalah pelaksanaan yang kesembilan kalinya.
“Pak gubernur, ini merupakan kegiatan yang kesembilan. Kami terus secara berkala dan kontinuitas sehingga dapat menjaga, mengedukasi serta melestarikan kebudayaan tradisi kita bagi generasi muda Jambi. Terima kasih Disbudpar provinsi Jambi, Taman Budaya Jambi, SKK Migas dan PetroChina International Jabung Ltd,” Ungkap Eri Argawan, dalam kata sambutannya.
“Saya berterima kasih juga kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata provinsi Jambi melalui UPTD Taman Budaya Jambi, karena mendapatkan ruang berlatih tari, difasilitasi agar terus berkarya,” Tandasnya.
Kemudian pada momen ini, diumumkan hasil pemenang festival Tari Lah Puar Jelupung Tumbuh IX tahun 2021 dan Sekintang Dayo juga menampilkan pagelaran Tari Cenenggo Karya: Wendi Suwendi, Koregrafer: Eri Argawan, Penata Musik: Uswan Hasan,S.Sn,M.Sn.
Cenenggo, dikutip jambidaily.com (Minggu, 25/07/2021) dari Tulisan Wendi Suwendi, selaku pengkarya ialah Sebuah garapan tari yang memotret dengan jelas, bagaimana masyarakat adat (Orang Rimba) Jambi melakukan pencegahan penyebaran wabah atau gelabah (virus) di kala pandemi pada kelompok ini
Mereka memiliki kearifan sudah ratusan tahun menghadapi pandemi. Caranya dengan besandingon (menjaga jarak/membatasi diri dari orang asing/mengisolasi wilayah skala kecil) lalu bercenenggo (memisahkan antara yang sakit dan sehat) dan sesulongon (saling bicara dengan jarak 10-15 meter).
“Bagaimana kearifan Orang Rimba ini mampu membawa mereka pada keselamatan saat menghadapi wabah berjilid-jilid mulai dari campak sampai sekarang Covid-19. Koreografer Eri Argawan dengan cerdas menangkap peristiwa itu dan menyajikannya dalam sebuah tari, untuk mengingatkan kita semua,” Tulis Wendi. (*/HN/Maria)