24 November 2024

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

Kanti Becakap Dalam Karya Pengolahan ‘La Dalu’ Upacara Ngandum Kampung di Desa Kedotan

3 min read

Foto: Wildan-JambidailyDOTcom

JAMBIDAILY SENI, Budaya – Kramat Bedil kembali berbunyi, lalu kenapa upacara Ngandum Kampung belum juga dilaksanakan. Di mana datuk? Bukankah kita membutuhkan Datuk untuk menyelesaikan masalah ini? begitulah gambaran singkat Sinopsis ‘La Dalu’ Penciptaan Teater Surealis berdasarkan Upacara Ngandum Kampung di Desa Kedotan, Muarojambi, karya Ikhsan Satria Irianto, pengolahan yang dipergelarkan Kanti Becakap (Sabtu, 05/11/2022).

Tim Produksi
Pimpinan Produksi | Tofan Gustyawan
Sutradara | Ikhsan Satria Irianto
Dramaturg | Lusi Handayani
Manajer Panggung | Danang Kurnianto
Asisten Sutradara | Mirani Vivi Oktavia
Penata Artistik | Bhogi Febriansyah, Alif Wahyudi
Penata Properti | Ari Habillah
Penata Cahaya | Ricky Agu Renaldi
Penata Musik | Christin Feri Andre Lubi
Penata Gerak | M. Rahul, Susanthi Simanjorang
Penata Busana | Wuviq Azizzah, Maida Muhayni
Penata Rias | Wida Arneli, Dini Aminarti, Silvia Tantri
Logistik | Janisha
Publikasi | RTS. Fitri Wulandari
Dokumentasi | Natasya Syalsabilla
Kru Panggung | Kanti Becakap

(Foto: Wildan-JambidailyDOTcom)

Selain bunyi dari Kramat Bedil, mimpi menjadi bagian yang esensial dalam peristiwa budaya Ngandum Kampung. Maka dari itu, karya ini difokuskan kepada pengolahan mimpi sebagai landasan penciptaan karya teater. Gaya penciptaan teater yang relevan untuk mengolah mimpi adalah Surealisme.

Efek surealis divisualisasikan dengan memanfaatkan media proyektor agar alam bawah sadar dapat tergambar dengan eksplisit dan elusif. Selain itu, memanfaatkan teknologi dalam karya teater adalah upaya untuk membuka ruang jelajah baru dan menawarkan bentuk teater kontemporer yang tetap memiliki nuansa kedaerahan. Maka dari itu, identitas kultural dari desa Kedotan tetap dipertahankan agar pertunjukan tidak terlampau berjarak dari masyarakat.

Struktur cerita disusun secara fiktif imajinatif agar konflik dapat dibangun secara kompleks sesuai kebutuhan dramatik cerita. Karya ini telah berjelas-jelas tidak mengangkat kisah sejarah atau legenda, tetapi menyusun cerita baru berdasarkan atau terinspirasi dari ritual Ngandum Kampung.

Meskipun cerita tidak benar-benar telah terjadi, namun latar tempat dan latar budaya dari desa Kedotan tetap dipertahankan sebagai upaya memberikan ilusi atas ralitas yang sesungguhnya. Gaya penulisan ini mengadopsi gaya naturalism dalam penulisan naskah adalah penulisan naskah yang berdasarkan imajinasi namun latarnya berdasarkan lokasi yang nyata.

Agar dramatik pertunjukan dapat terjaga strukturnya, maka pola pemeranan yang dipilih adalah akting yang natural (Realistik). Namun, untuk kebutuhan gaya surealisme, beberapa adegan disampaikan melalui pola akting yang ekspresif (postrealistik). Perpaduan dua konsep akting ini diharapkan dapat menawarkan pertunjukan yang dapat menjangkau berbagai segmen penonton, mulai dari publik awam seni hingga kritikan seni. Selain itu, alasan dari pemilihan dua konsep akting ini agar pertunjukan menjadi lebih variatif dan tidak terperangkap oleh konsep teater yang kaku.

(Foto: Hendry Noesae-JambidailyDOTcom)
(Foto: Hendry Noesae-JambidailyDOTcom)
(Foto: Hendry Noesae-JambidailyDOTcom)

Pentas ini diselenggarakan Pemerintah provinsi Jambi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata provinsi Jambi UPTD Taman Budaya Jambi, didukung penuh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui Dirjen Kebudayaan dalam bingkai Dana Alokasi Khusus (DAK).

Konsep upacara dalam pergelaran ini menurut Kepala Taman Budaya Jambi, Eri Argawan Sesuai kesepakatan seniman, bahwa tahun 2022 semua karya eksperimentasi, pengolahan dan Apresiasi di Taman Budaya Jambi wajib bertema Upacara.

“Inilah program pengembangan seni tradisional, kegiatan pembinaan kesenian yang masyarakatnya pelaku lintas daerah kabupaten/kota pada sub kegiatan peningkatan kapasitas tata kelola lembaga kesenian tradisional dan sub kegiatan peningkatan pendidikan dan pelatihan SDM kesenian tradisional,” Ujar Eri Argawan.

“Kanti Becakap komunitas baru yang memasuki wilayah Taman Budaya Jambi, dan telah hadir dengan karya yang baik. Terima kasih dan selamat datang kepada Kanti Becakap,” Tandasnya menambahkan(*/HN)

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

97 − = 94