Malam Apresiasi Seni Melayu Jambi Menghidupkan Kembali ‘Ruh Kematian’ Gos Kotabaru
3 min readJAMBIDAILY OPINI – Jambi memiliki kekayaan budaya, baik budaya benda maupun budaya tak benda yang luar biasa, keragaman budaya tersebut tersebar di wilayah subetnis Kerinci, Batin, Penghulu, Suku Pindah, Suku Anak Dalam, Suku Bajau, Suku Duano. Masing-masing sub etnis tersebut memiliki budaya dengan karakter dan ciri yang berbeda-beda.
Kekayaan Khazanah kebudayaANJambi tersebut meliputi tradisi lisan dan ekspresi, kesenian, adat istiadat masyarakat, ritus dan pengetahuan serta kemahiran kerajinan tradisional. Kekayaan dan keragaman tersebut merupakan harta yang tak ternilai harganya dan sudah seharusnya warisan budaya yang telah mengakar kuat serta memiliki keunikan tersendiri serta menjadi identitas suatu subetnis dan menjadi pada akhirnya menjadi simbol jati diri Melayu Jambi, menjadikan negeri Sepucuk Jambi Sembilan Lurah dengan keunikan tersendiri.
Dalam perbedaan dan keberagaman yang ada tercipta harmoni keindahan dalam kehidupan, seperti tertuang dalam seloko “Masyarakat bumi Sepucuk Jambi Sembilan Lurah bukan kayo kareno emas, bukan kenyang kareno makan, bukan elok kareno rupo tapi kayo dek adat dengan pusako, kenyang dek pegang dengan pakai, elok dek budi dengan bahaso, pad”inyo aman, bumi menjadi, teluk tenang rantau selesai, aeknyo bening ikannyo jinak, rumputnyo mudo kerbaunyo gemuk, beduk bebunyi suru sesak mesjid penuh.. Menjunjung keberagaman hingga terwujud keharmonisan yang kebukit samo mendaki, kelurah samo menurun, hati gajah samo dilapah, hati tungau samo di cecah, terendam samo basah, tehampar samo kering, kemudik seentak galah, keilir serengkuhh dayung, Itulah Negeri Jambi”.
Malam Apresiasi Seni Melayu Jambi, yang akan diadakan pada Jum’at 6 Januari bertempat di GOS Kota Baru merupakan kegiatan Disbudpar Provinsi Jambi, kegiatan ini di sutradarai Dr. Sri Purnama Syam, yang didukung para seniman dan budayawan dari berbagai genre, seniman muda. tua, seniman garis keras maupun lunak, seniman yang di cap oposisi mereka semua menanggalkan identitas kelompok, bendera, warna, aliran dan gelar akademiknya.
Mereka turun gunung hanya satu tujuan, menghidupkan kembali ruang ruang publik untuk berkebudayaan dan menciptakan ekosistem kebudayaan yang sehat, satu panggung membuat karya untuk masyarakat Jambi, Gedung Olah Seni Kota Baru yang merupakan asset Pemprov Jambi yang selama ini mati suri, ditiupkan lagi ruhnya agar kembali hidup, wujud pembanggunan kebudayaan bukan tulisan diatas kertas saja, bukan sekedar pengesahan Pergub Kebudayaan saja, namun aplikasi semua itu adalah mengerakkan masyarakat semua stakeholder terlibat dalam proses pembanggunan itu sendiri.
Pemerintah pusat melalui Dirjenbud Kemendikbudristek RI melalui Dana Alokasi Khusunya, telah mendukung pembanggunan kebudayaan di daerah, dan ini mesti betul betul digunakan untuk kegiatan kebudayaan di masyarakat, tanpa pandang bulu dan harus sesuai aturan dan juknisnya, DAK Kebudayaan dititipkan kepada dua UPTD daerah, yaitu Museum Negeri Jambi dan Taman Budaya Jambi, kita berharap Gubernur Jambi dapat selalu mereviews kinerja dan melakukan penilaian kinerja institusinya.
Puding Lentuk Berserong Rebah, Elok Diambil Si Aur Cino, Runding Suntuk Bicaro Sudah, Adat Dijunjung, Budaya Disanjung, Kelintang Di Talo Anak Negeri, Tando Dimulai Malam Apresiasi Melayu Jambi.
Ditulis: Ali Surakhman