Siapa TST, yang Gelar Pertemuan Pemuja Setan Terbesar dalam Sejarah?
4 min readJAMBIDAILY BOSTON, Massachusetts – Kelompok The Satanic Temple (TST) langsung menyedot perhatian karena mengumumkan bakal menggelar pertemuan pemuja setan terbesar dalam sejarah. Acara itu akan diselenggarakan di Amerika Serikat.
Bertajuk SatanCon 2023, pertemuan itu akan digelar di Boston, Massachusetts, dalam rangka ulang tahun ke-10 TST pada 28-30 April mendatang.
“Pertemuan pengikut setan terbesar dalam sejarah digelar di Boston pada 28-30 April,” demikian tulisan di video promosi yang diunggah TST di Instagram.
TST sekali lagi berhasil menggemparkan jagat maya. Sejak pertama kali berdiri pada 2012, TST memang tak henti menarik perhatian publik karena berbagai aksi untuk mendukung misi mereka.
“Misi The Satanic Temple adalah untuk mendorong kebajikan dan empati, menolak otoritas tirani, mengadvokasi akal sehat praktis, menentang ketidakadilan, dan mengejar tujuan mulia,” demikian pernyataan di situs TST.
Salah satu pendiri TST, Malcolm Jarry (bukan nama sebenarnya), mengaku kepada The New York Times bahwa ia sejatinya tak percaya kepada setan.
Namun, sedari dulu ia kerap membayangkan betapa efektif penyampaian pesan jika menggunakan organisasi berbau setan.
Mereka pertama kali mencuri perhatian khalayak pada Januari 2013, ketika sejumlah anggota mereka berkumpul di depan gedung parlemen Florida untuk mendukung Gubernur Rick Scott menandatangani satu aturan.
Aturan yang dikenal sebagai Senate Bill 98 itu mengizinkan pelajar memimpin acara doa di dalam pertemuan sekolah.
Mereka menegaskan bahwa doa itu dapat dipimpin oleh siswa dari pemuja setan karena aturan tersebut tak merinci agama tertentu.
“Kami ke sini untuk mengatakan betapa senang kami karena sekarang anak-anak pemuja setan dapat berdoa kepada setan di sekolah,” ujar salah satu anggota TST itu, sebagaimana dilansir MSNBC.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya Juli 2013, TST kembali bikin heboh karena menggelar “Kebaktian Pink” di makam Catherine Johnson, ibu dari pendiri Gereja Baptis Westboro, Fred Phelps.
Kebaktian Pink itu dipimpin langsung oleh salah satu pendiri TST, Lucien Greaves (bukan nama sebenarnya). Dalam kebaktian itu, dua pria gay berciuman di atas makam Johnston.
Sementara itu, Greaves menyentuh makam dengan alat kelaminnya untuk “mengubah orientasi seksual orang yang meninggal.”
Melalui ritual ini, TST ingin menyerukan kebebasan untuk memilih orientasi seksual. Dalam aturan TST sendiri, pernikahan sesama jenis diperbolehkan.
Tahun 2015, TST lagi-lagi menggemparkan AS dengan mendirikan patung baphomet, sosok imajinasi dewa pagan berkepala kambing dengan sayap malaikat.
Namun, TST tak hanya dikenal dengan aksi-aksinya yang cenderung dianggap negatif. Mereka juga menyerukan berbagai penanganan masalah lain yang dianggap mendesak, tapi tak terlalu diperhatikan.
Pada 2014, misalnya, TST menginisiasi Proyek Perlindungan Anak yang menawarkan “Amandemen Pertama untuk melindungi anak yang mungkin berisiko menjadi korban kekerasan mental dan fisik di sekolah oleh guru dan pegawai lainnya melalui hukuman.”
Sebagai tindak lanjut proyek itu, TST juga meluncurkan kampanye untuk menolak pemukulan sebagai salah satu metode hukuman di sekolah.
“Tak mau lagi dipukul di sekolah. Tuntut hak-hak beragamamu,” demikian bunyi tulisan di papan besar yang dipasang TST saat itu, seperti dilansir NBC.
Pada 2015, TST juga menarik perhatian media karena menawarkan bantuan bagi Muslim atau pengungsi yang takut menghadapi berbagai diskriminasi usai serangan teroris di Paris.
“Jika ada orang di Minneapolis yang merupakan Muslim dan takut keluar dari rumah karena takut perlawanan, jangan ragu datang ke kami,” ucap salah satu pendiri TST, Doug Mesner, seperti dikutip Esquire.
“Kami akan dengan senang hati mengawal kalian ke mana pun kalian mau pergi tanpa menunjukkan kehadiran kami-hanya orang-orang bertubuh besar saja berdiri di samping kalian.”
Associated Press melaporkan bahwa TST juga sempat mengajukan tuntutan untuk menghapus aturan yang melarang aborsi di Missouri, tapi pengadilan menolaknya pada 2020.
Dengan metode pencarian keadilan dengan cara eksentrik ini, TST berhasil menghimpun anggota yang kini sudah tersebar di Kanada, Australia, Finlandia, Jerman, hingga Inggris.
Setelah TST menyedot perhatian internasional karena advokasi yang mereka lakukan, Gereja Setan menyatakan kelompok itu “merupakan kelompok aktivis yang menggunakan bahasa berbau skandal untuk mendapatkan perhatian pers.” (CNN Indonesia)