15 November 2024

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

Solusi untuk Anak Terlambat Bicara

3 min read

Ilustrasi anak dan ibu/copyright shutterstock.com/yamasan0708

JAMBIDAILY PENDIDIKAN – Perkembamgan anak memiliki kecepatan berbeda, ada yang jalan terlebih dahulu atau lebih pintar berbicara. Biasanya hal ini terlihat pada usia-usia 12 bulan

Misalnya saja, anak biasanya mengucapkan kata pertama mereka saat berusia sekitar 12 bulan. Namun, jika si kecil belum menunjukan tanda-tanda mau bicara di usia 3 tahun, orangtua harus waspada.

Melansir dari laman theasianparents.com, meski usia setiap anak dalam mulai berbicara berbeda-beda. Ada waktu dimana orangtua perlu waspada ketika anak tak kunjung bicara. Ketika anak tak kunjung bicara, dikhawatirkan hal ini sebagai tanda bahwa anak mengalami keterlambatan bicara atau speech delay.

Tanda-tanda si kecil mengalami speech delay ialah Saat anak sudah berusia 12 bulan, anak yang mengalami keterlambatan bicara tidak mau menunjukkan atau mengikuti instruksi orangtua serta pengasuhnya.

Pada usia 15 bulan anak tidak menunjuk benda yang ditunjuk oleh orangtua atau pengasuh dan tidak mengucapkan minimal 3 kata.

Pada usia 18 bulan anak tidak mengikuti instruksi dari orangtua dan belum mengatakan satu kata seperti mama, papa atau dada.

Untuk anak usia 2 tahun, anak tidak menyebutkan anggota badan atau gambar yang ditunjuk oleh orangtua. Pada usia ini anak juga belum bisa mengucapkan kata-kata yang bermakna.

Pada usia 2,5 tahun, anak belum bisa menggabungkan dua kata, tidak menggeleng dan mengangguk saat diajak berbicara.

Di usia yang ke 3 tahun, anak belum bisa mengucapkan kata bermakna, belum bisa merespon instruksi atau perintah orangtua. Anak juga tidak menunjukkan ada tanda-tanda ketertarikan pada hal yang ditunjuk oleh orangtua.

Cara membantu anak terlambat bicara
Jika orangtua menemukan tanda-tanda tersebut, ada hal yang bisa membantu. Misalnya saja, self talk tindakan berbicara tentang apa yang dilihat, lakukan, atau dengar seperti saat berjalan bicarakan apa dilihat “mamah lihat pohon, lihat gedung,”.

Penempatan mainan jauh dari jangkauan, mendorong anak untuk memintanya. Meminta mainan bisa terlihat berbeda tergantung usia anak. Misalnya, untuk anak yang belum bisa berbicara, “bertanya” bisa berarti anak sedang melihat dan menunjuk mainan yang diinginkan. Ini mendorong anak untuk bicara.

Memberikan pilihan kepada pembicara yang terlambat adalah cara terbaik untuk mendorong perkembangan komunikasi. Mulailah dengan mengangkat dua benda (misalnya mobil mainan dan buku) yang mungkin menarik bagi anak. Sambil mengangkat benda-benda itu, beri nama masing-masing saat menunjukkannya kepada anak. Kemudian, tanyakan pada anak benda apa yang mereka inginkan. Ini bisa merangsangnya untuk berbicara.

Terapi wicara
Jika hal tersebut tidak berhasil, bisa melalukan terapi wicara. dr. Novaria Puspita, SP.KFR mengatakan terapi wicara merupakan sebuah terapi yang dilakukan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan komunikasi, seperti keterlambatan berbicara pada anak (speech delay) hingga gangguan berbahasa seperti afasia.

Proses terapi wicara diawali dengan melakukan screening terhadap kondisi anak, misalnya terkait kemampuan bicara dan berkomunikasi bila dibandingkan dengan standar kemampuan pada tahapan usianya serta penyakit atau kondisi khusus yang mungkin dimiliki oleh anak dan mempengaruhi kemampuan berkomunikasi, seperti gangguan pendengaran, tingkat kecerdasan, hingga stimulasi lingkungan terhadap kemampuan berbicara anak.

Hasil dari proses ini akan digunakan sebagai dasar analisa apakah anak tersebut masih dalam rentang kemampuan bicara yang normal pada tahapan usianya atau memang mengalami keterlambatan bicara dan membutuhkan terapi wicara.

“Hasil dari proses ini juga akan menentukan rencana terapi dijalankan oleh anak serta durasi dari rangkaian terapi,” ungkapnya dalam website rumah sakit EMC.

Terapi wicara dilakukan dengan menggabungkan sesi dan program terapi bersama terapis serta bantuan alat untuk menstimulasi otot-otot bicara dan otot-otot menelan, sehingga akan didapatkan hasil yang maksimal. Pada anak, sesi dan program dilakukan dengan menggunakan bantuan alat lainnya seperti boneka tangan, kartu-kartu, hingga mainan yang akan memudahkan anak untuk merasa nyaman ketika melakukan sesi terapi. (*/fimela.com)

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

− 1 = 4