24 November 2024

Jambi Daily

Media Online Publik Aksara Propinsi Jambi

Kisah Hidup Warga Danau Sipin ‘Mendayung Harapan’  Akan Tayang di Festival Gong Sitimang

4 min read

JAMBIDAILY SENI, BudayaLeni Haini seorang mantan atlet dayung Indonesia, ironi nya demi menjadi atlet nasional beliau justru ketinggalan pendidikan formalnya. Setelah pensiun beliau hidup di lingkungan dengan serba keterbasan bahkan anarki. Tetapi demi membangun pendidikan di kampungnya beliau mendirikan sekolah walau hanya dibayar dengan sampah (Mendayung Harapan)

Festival Gong Sitimang akan hadir pada 4 s.d 6 Agustus 2023 di kawasan Danau Sipin, tepatnya Rest Area atau Lokasi Panjat Tebing, Kota Jambi.

Festival Gong Sitimang memiliki 4 kegiatan besar yaitu: Bersih-bersih Danau Sipin, Lomba Umbul-umbul, Bazar UMKM dan Pergelaran Teater secara kolosal. Selain itu, juga terdapat kegiatan lain, yaitu: Lomba mewarnai, Pembacaan Dongeng, Lomba Masak bertema Ikan, pemutaran Film pendek.

Suluk Bambu dan Ruwatan Bumi diagendakan pada malam puncak Festival Gong Sitimang, tepatnya 6 Agustus 2023 Pukul 19.30 wib di Panggung Apung Danau Sipin, Kota Jambi.

Pemutaran film digelar 4 Agustus 2023 Pukul: 19.30 Wib, akan menghadirkan karya berjudul “Mendayung Harapan” produser Husni Turion disutradarai oleh Yusril Mahendra.

“Kami akan mendukung festival gong sitimang, dan terima kasih turut mengapresiasi dengan adanya kesempatan menayangkan film ini di lokasi kegiatan yaitu Danau Sipin,” Ujar Husni Turion, saat berbincang-bincang dengan Tim Kerja Festival Gong Sitimang (Jum’at, 28/07/2023).

Mendayung Harapan, peraih peringkat 1 Apresiasi Kreasi Indonesia tahun 2022 dan Film Terpilih Festival Film Bulanan. Menariknya film ini juga akan tayang di Malaysia, 4 Agustus 2023 dan Hongkong pada September 2023.

“Semoga dilancarkan, saya besok menuju Malaysia dan Mendayung Harapan hampir bersamaan selain di Festival Gong Sitimang akan tayang di Malaysia,” Ungkap Husni Turion.

Berikut Sinopsisnya:
Ibu Leni Haini berusia 44 tahun, hidup di tengah-tengah keterbatasan dan kemampuan ekonomi yang lemah, Awal mula Ibu Leni terjun ke dunia dayung pada saat ia duduk di bangku SMP yang mana beliau baru bersekolah selama satu bulan. Karena faktor biaya dan terbentur dengan saudaranya yang juga hendak masuk SMA, Ibu Leni mengalah dan memilih menjadi atlet dayung dengan harapan sekolah dan masa depannya terjamin oleh pemerintah. Selama 9 tahun menjalani Pelatnas, Ibu Leni berhenti total dari bangku sekolah. Dan hanya belajar seadanya saja dari teman-teman atletnya yang lain.

Ibu Leni pernah meraih 2 medali emas, dan 2 perak pada Sea Games 1997 serta 1 emas dan 3 perak pada Sea Games 1999. Ibu Leni juga sebagai penyumbang 2 emas dalam kejuaraan dunia perahu naga Asia di Singapura 1996, 3 emas dan 1 perak di kejuaraan dunia perahu naga di Hongkong 1997. Serta 1 emas pada kejuaraan perahu naga Asia di Taiwan 1998.

Kini kondisi Ibu Leni setelah tidak menjadi atlet lagi cukup terbilang memprihatinkan. Beliau pernah menjadi buruh cuci, bahkan menjadi buruh di perusahaan catering. Hal itu ia lakukan sebelum adanya sekolah yang ia dirikan.

Ibu Leni pernah dikecewakan oleh Negara, namun ia masih menjalankan keseharian dibidang dayung. Hal itu ia lakukan karena ingin melihat anak-anak disana tetap berprestasi namun tidak meninggalkan pendidikan. Perahu yang Ibu Leni gunakan disekolahnya dulunya terbuat dari barang bekas hingga akhirnya Ibu Leni membeli perahu sendiri walaupun perahu bekas.

sebuah sekolah yang berdiri ditengah – tengah perkampungan dengan keterbatasan dan kemampuan ekonomi yang lemah. Sekolah ini berada tepatnya di Jln. Danau Sipin RT. 25 No. 3 Kecamatan Danau Sipin, Jambi. Beliau mulai terpikir untuk mendirikan sekolah ini berawal dari keinginan anak bungsunya yang ingin bersekolah. Namun karena penyakit langkah yang diderita anaknya yaitu adanya kelainan pada kulitnya yang melepuh dan tidak bisa terkena panas atau bahasa medisnya disebut Epidermolysis Bullosa, anaknya tidak bisa bersekolah di sekolah umum seperti anak anak yang lain. Dari hal itu, Ibu Leni terpikir untuk membuat sekolah sendiri yang mana anaknya bisa bersekolah disana sekaligus ingin mengubah pola pikir anak-anak yang berada di daerah sana tentang pendidikan.

Di sisi lain, kawasan ini dikenal sebagai sarang narkoba. Banyak anak-anak kecil yang di salah gunakan dengan cara menyuruh anak kecil disana menjual narkoba. Tanpa mereka ketahui bahwa yang mereka jual itu adalah narkoba. Maka dari itu, Ibu Leni muncul untuk menyelamatkan anak anak di sana dengan mendirikan sekolah paud dan atlet dayung agar keseharian mereka diisi dengan kegiatan yang lebih berguna bagi lingkungan khususnya bagi mereka sendiri dan tidak terjebak hanya dengan olahraga saja namun juga berpendidikan, agar hal yang di alami beliau tidak terjadi dengan anak-anak muda yang juga ingin menjadi atlet. (*/HN)

Print Friendly, PDF & Email

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

+ 57 = 62