JAMBI DAILY. COM– Status Facebook Khalil Kai yang menyinggung wakil rakyat asal Jambi rupanya bukan sekadar keluhan pribadi. Tulisan itu mencerminkan keresahan yang lebih luas, bahwa selama ini kontribusi wakil rakyat untuk Merangin terkesan minim, bahkan hampir tak terasa.
Dalam statusnya, Khalil menyebut langsung nama-nama politisi asal Jambi yang kini duduk di DPR RI, mulai dari Edi Purwanto (PDIP), Hasan Basri Agus/HBA dan Cek Indra (Golkar), Zulfikar Ahmad (Demokrat), Elpisina (PKB), Roky Candra (Gerindra), H. Bakri (PAN), hingga Syarif Pasya (NasDem). Pesannya sederhana tapi menohok: jangan hanya hadir saat butuh suara, sekali-sekali datanglah membawa program dan anggaran.
Reaksi publik pun deras. Bas. R menulis getir: “Mewakili kito hidup di pusat, mewakili kito mendapatkan duit banyak, mewakili kito hidup enak. lengkap la tu.”
M. Yasir lebih sinis lagi: “Aku sangko dakdo wakil kito di Senayan selamo ko. Ruponyo banyak, tp wakil di bidang apo ya?”
Epi Suherman menyoroti ketimpangan: “Dapil Sumbar banyak dpt oleh-oleh ndo APBN.”
Sedangkan Nasroel Yasier berkomentar singkat tapi tajam: “Belajarlah dgn Anggota DPR RI Dapil Sumatera Barat.”
Komentar-komentar ini menyiratkan satu hal: ada kekecewaan mendalam. Ketika masyarakat daerah lain bisa menikmati “oleh-oleh APBN” berupa pembangunan dan program nyata, Merangin justru hanya mendapatkan serapah janji.
Perbandingan dengan Sumbar terasa menyakitkan. Para wakil rakyat dari provinsi tetangga itu piawai membawa anggaran pusat ke daerah, membangun infrastruktur, pendidikan, hingga sektor ekonomi. Sementara dari Jambi, khususnya Merangin, nyaris tak terdengar geliat berarti.
Suara warga ini ingin menegaskan: wakil rakyat bukan sekadar gelar dan jabatan untuk menikmati hidup enak di Jakarta. Mereka dipilih untuk memperjuangkan kepentingan daerah. Bila fungsi itu tak dijalankan, maka kekecewaan publik seperti yang disuarakan Khalil Kai dan para warganet hanyalah awal dari hilangnya kepercayaan di pemilu mendatang.
Jangan sampai sejarah mencatat bahwa wakil rakyat asal Jambi hanyalah contoh nyata pepatah lama: “Lupa kacang pada kulitnya.”(nzr)













