Perkaya Seni Musik Kreatif Nusantara, Profesor Mahdi Bahar Kembangkan ‘Bungo Krinok’ untuk Segala Usia
5 min readJAMBIDAILY SENI, Budaya – Salah satu dosen tetap program studi seni drama tari dan musik (Sendratasik) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi kembangkan musik krinok masyarakat Jambi dan ansambel serta implementasi model musik “bungo krinok”: dewasa, remaja, dan anak-anak untuk pengayaan aset seni musik kreatif pariwisata nusantara.
Dari resume tertulis Prof Dr Mahdi Bahar S.Kar M.Hum, yang diterima jambidaily.com (Jum’at, 28/08/2020) disela-sela latihan untuk pembuatan video klip di Taman Budaya Jambi membeberkan proses terciptanya karya.
Musik krinok
Musik krinok adalah salah satu genre musik tradisional masyarakat Melayu Jambi. Sub-masyarakat pendukung utamanya ialah masyarakat Melayu Jambi Kabupaten Bungo dan Kabupaten Tebo. Genre musik ini terkategori pada musik vokal.
Berdasarkan tradisi lisan yang berkembang di lingkungan masyarakat pendukung, dulunya krinok hanya berupa nyanyian solo ratapan (elegy). Ratapan petani tradisional dan sekaligus sebagai hiburan dan senda-gurau pada waktu gotong-royong menanam padi (nunggal padi) di pinggir hutan.
Lingkungan alam daerah Jambi yang pada umumnya hutan tropis, dialiri Sungai Batanghari dan banyak lahan gambut, Ratapan (elegy) krinok oleh Syaiful Anwar (2020) membentuk pola kehidupan sebagian besar masyarakatnya bertani di lahan kering. Salah satu macam pertanian mereka adalah bertanam padi di lahan kering. Pembersihan semak belukar dan menanam padi di lahan kering, mereka kerjakan dengan gotong-royong. Pada waktu senggang istirahat melepas lelah, inspirasi nyanyian krinok lahir.
Secara turun temurun nyanyian krinok mereka biasakan dan akhirnya terbentuk suatu genre musik vokal. Dalam perjalanannya, nyanyian krinok berkembang dalam bentuk ensambel sederhana, menggunakan instrumen musik lain: kelintang kayu, gong, gendang, bahkan botol sebagai alat musik ritmis. Biola atau mereka sebut piul (violin) digunakan sebagai alat musik melodis pengiring nyanyian. Bahkan sekarang ada mereka gabung dengan musik program menggunaan eletric organ. Musik yang demikian mereka sebut krinok dan menjadi tradisional sampai saat ini di lingkungan setempat.
Musik ‘BUNGO KRINOK’
Bungo Krinok adalah nama yang diberikan untuk produk model musik kreatif berbasis musik krinok. Ada tiga (3) model aranssemen musik Bungo Krinok yang dihasilkan adalah: Model Anak-anak, Remaja, dan Dewasa. Dikerjakan melalui serangkaian proses riset dan pengembangan (research & development, R&D).
Riset lapangan di daerah Bungo dan Tebo, dan pengembangan dikerjakan di studio (desk work) serta proses latihan di studio musik Prodi Sendratasik Universitas Jambi; sanggar seni “SENBI”, dan; sanggar seni Pinang Selayang. Pendekatan metodologis yang digunaakan adalah metode riset R&D seperti dijelaskan Gall dan Borg (2003), dan dirangkum seperti pada bagan di bawah.
Bahan baku yang diteliti adalah material musik tradisonal krinok melalui serangkaian proses kerja, sampai menemukan potensi yang akan diolah menjadi struktur dan garap musik yang disebut Bungo Krinok, model: Anak-anak, Remaja, dan Dewasa.
Tiga (3) kategori potensi yang ditetapkan berdasarkan riset, ialah:
(1) struktur komposisi sajian musik krinok,
(2) material musikologis, dan
(3) pola nada (tone system) yang membentuk nyanyian krinok.
Berdasarkan hasil riset diformulasikan ketiga aspek tersebut, yaitu:
(1) komposisi serta perjalanan musik musik Bungo Krinok bersifat melingkar (cycle); melodi berupa tema-tema sebagai dasar pengembanga nada (tone system) yang di Krinok.
Dua (2) bentuk formulasi dan satu (1) pengembangan musik (Bungo Krinok) terdiri atas tiga model (arransemen) tersebut adalah seperti demikian.
“Asisten komposer untuk kelintang anak-anak ialah Zulkarnain, untuk Remaja, format orkestra, asisten komposer oleh Indra Gunawan, S.Sn., M.Sn. Lalu Dewasa, format combo, asisten komposer itu Uswan Hasan, S.Sn., M.Sn. Saya selaku Penggas dan konseptor komposisi musik serta Ketua Tim Peneliti,” Tutur Prof Dr Mahdi Bahar S.Kar M.Hum.
“Pemajuan kebudayaan meniscayakan adanya kreativitas dan inovasi. Penggalian lebih dalam potensi seni budaya memerlukan sejumlah dukungan, sumber daya manusia, finansial, dan kesempatan. Kesadaran tidak selalu mengekor pada produk kebudayaan asing, sehingga kita berkepribadian budaya sendiri, menjadi kewajiban untuk diwujudkan melalui kerja, baik personal maupun melalui sinergitas dengan berbagai pihak yang relevan,” Terangnya menambahkan.
“Terima kasih LPDP, Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang telah mensponsori,” Tandasnya.
Berikut Profil singkat Prof. Dr. Mahdi Bahar, S.Kar., M.Hum: Lahir di Bukittinggi – Sumatera Barat. Setamat madrasah, gelar Sarjana Muda Karawitan diperoleh di ASKI Padangpanjang pada tahun 1983, dan program (S-1) Seniman Karawitan di ASKI Surakarta pada tahun 1985. Pada tahun 1989-1992 jabatan Pembantu Direktur Bid. Akademis (PD-I) dipercayakan oleh lembaga tempat mengabdi sebagai dosen, yang sekarang berubah bentuk menjadi Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang. Jabatan PD-I tidak membuat betah dan selanjutnya menuntut ilmu ke UGM, sehingga tamat program studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa pada tahun 1995 dengan membawa gelar Magister Humaniora.
Pada tahun 1999 mengambil program doktor bidang Ilmu Budaya (Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa) di lembaga yang sama dan selesai pada tahun 2003. Disertasi yang digarap berjudul “Perkembangan Budaya Musik Perunggu Minangkabau di Sumatera Barat”. Pada tahun 2007 dikukuhkan sebagai Guru Besar di ISI Padangpanjang. Pada tahun 2014 menamatkan Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LI, Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Republik Indonesia.
Sebagai penggelut musik tradisional Minangkabau, selain kota-kota di Indonesia, pernah mengikuti pertunjukan kesenian ke berbagai negara, baik sebagai musisi maupun sebagai komponis. Di samping peneliti, pengetahuan akademik dimuat di beberapa Jurnal Nasional Terakreditasi dan Internasional Bereputasi, Majalah, Buku, dan Harian Daerah. Menjabat sebagai Rektor ISI Padangpanjang (Periode 2011 – 2014). Sekarang dosen tetap di Prodi Sendratasik Fak. Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi.
(*/Hendry Noesae)